Pengamat: Elektabilitas Jokowi Belum Aman

Pengamat: Elektabilitas Jokowi Belum Aman
RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago merasa optimis bahwa tidak mungkin calon presiden (capres) tunggal pada Pemilu 2019. Bahkan elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) berdasarkan survei saat ini dinilainya belum aman.
 
Ketika berbicara dalam Dialektika Demokrasi bertema "Lima Parpol di Luar Pengusung Jokowi Membentuk Dua Poros Baru?", di Media Center DPR, Kamis (22/3/2018), Pangi memprediksi, setidaknya akan ada dua pasang calon presiden dan wakil presiden yang akan tampil.
 
Alasan Ipang, begitu dia akrab disapa, setelah dia melihat sikap dan hubungan Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dari jumlah kursi DPR, maka dua partai tersebut sudah bisa mengusung pasangan capres dan cawapres sendiri.
 
"Jumlah kursi Gerindra dan PKS di DPR sekarang ini sudah bisa mengusung calon sendiri. Jadi tidak mungkin ada calon tunggal," kata alumni Universitas Andalas Padang itu.
 
Dengan keyakinannya itu, maka tidak mungkin Prabowo akan bergabung dengan Jokowi dalam pemilihan presiden pada Pemilu 2019 seperti diisukan beberapa waktu belakangan ini.
 
"Jadi gak mungkin Prabowo bergabung dengan Jokowi. Head to head akan terulang kembali antara Jokowi melawan Prabowo. Pemilih potensi Prabowo sangat potensial untuk bisa melawan Jokowi," ujar Ipang.
 
Bahkan dia menilai elektabilitas Jokowi berdasarkan survei-survei tentang calon presiden yang dilakukan sejumlah lembaga survei belakangan ini menunjukan posisi Jokowi belum aman. "Elektabilitas yang aman itu di atas 60 persen. Melihat survei itu maka posisi Jokowi belum aman," jelasnya.
 
Terkait calon wakil presiden yang akan berpasangan dengan Jokowi, Ipang memprediksi bahwa Jokowi atau partai penguasa akan mengambil cawapres profesional untuk menyelamatkan PDIP dalam kepentingan jangka panjang.
 
Apakah Jokowi akan kembali memenangkan Pilpres 2019, Ipang menyerahkan sepenuhnya kepada yang rakyat yang memilih. Namun dari program pemerintahan sekarang yang dipimpin Jokowi sekarang ini, Ipang melihat program pro rakyat  terganggu dengan masalah subsidi, utang yang terus meningkat dan lainnya.
 
"Hidup makin susah di zaman Jokowi, tambah melarat. Pajak makin naik, dan Narkoba mulai marak. Sementara rakyat mengingankan Jokowi di satu sisi yakni terkait infrastruktur harus tetap dilanjutkan dan jangan sampai putus di tengah jalan," ujar Ipang. 
 
Sementara itu politisi dari PKS Al Muzammil Yusuf yang juga tampil sebagai pembicara dalam diskusi tersebut menegaskan bahwa PKS tidak akan bergabung dengan Jokowi dan menginginkan calon presiden alternatif.
 
"Mayoritas kader PKS mutlak menginginkan presiden alternatif dan bukan pada incumbent.  Majlis Syuro memutuskan untuk calon alternatif bekerjasama dengan mitra yang selama ini berkerja sama dengan kami, yaitu Gerindra yang sudah menjadi sekutu kami. Penyebutan sekutu dari bapak Prabowo," jelas Muzammil.
 
Menurut Muzammil, kalau tidak ada persoalan yang berarti, dialog antara dua pimpinan, baik PKS maupun Gerindra sampai saat ini berlangsung baik. "Tentu kami juga dengan Gerindra tidak menutup siapapun teman-teman mitra koalisi, termasuk dengan PAN kami cukup dekat," katanya.
 
Karena itu, dia juga juga optimis bahwa tidak akan muncul  satu pasang calon melawan kotak kosong dalam pemilihan presiden 2019. "Insya Allah minimal 2 calon, karena ada PKS dan Gerindra di calon kedua. PKS siap berkoalisi dengan siapapaun untuk membangun poros berhadapan dengan incumben," tegas Muzammil dengan nada optimis. 
 
Reporter :  Syafril Amir
Editor     :  Rico Mardianto