Fadli Zon Cium Aroma Adu Domba Benturkan Masyarakat

Fadli Zon Cium Aroma Adu Domba Benturkan Masyarakat
RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fali Zon mencium ada aroma adu domba antarkelompok yang berbeda agama, maupun antarkelompok dalam satu agama.
 
"Saya mencium aroma adu domba antar kelompok di sini, baik antarkelompok yang berbeda agama, maupun antarkelompok dalam satu agama," kata Fadli Zon dalam keterangan persnya, Selasa (13/2/2018), terkait serentetan serangan terhadap tokoh agama yang terjadi akhir-akhir ini.
 
Jika sebelumnya serangan dialami oleh sejumlah tokoh Islam, ulama dan ustadz, maka pada Minggu 11 Februari 2018, serangan kini menimpa Gereja Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta. 
 
“Kalau kita tarik lagi ke belakang, sebelum peristiwa kekerasan di Gereja Lidwina, kita mencatat setidaknya ada empat serangan serupa yang kebetulan menimpa pemuka kalangan Islam dari ormas yang berbeda-beda. Pertama, kekerasan terhadap K.H. Emron Umar Basyri, pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah Cicalengka, seorang tokoh NU. Kedua, serangan terhadap Ustad Prawoto, salah satu tokoh Persis (Persatuan Islam), yang akhirnya meninggal dunia. Ke tiga, serangan terhadap seorang santri dari Pesantren Al-Futuhat Garut, oleh enam orang tak dikenal. Dan ke empat, serangan terhadap Ustad Abdul Basit, yang dikeroyok sejumlah orang di Jalan Syahdan, Palmerah, Jakarta Barat,” jelasnya.
 
Fadli mengecam aksi tersebut, sekaligus mendesak Polri mengusut tuntas aksi-aksi brutal ini, termasuk motif para pelaku. 
 
“Aksi penyerangan terhadap jamaah dan pimpinan misa di Gereja Lidwina Sleman, Yogyakarta, jelas melukai kita. Saya mengecam tindakan tak beradab tersebut. Tindakan itu sama sekali tak mencerminkan ajaran agama mana pun,” tegas Fadli Zon.
 
Fadli Zon melihat serangan-serangan tersebut memiliki pola target yang sama. Sasarannya adalah tokoh atau kelompok keagamaan. Menariknya menurut Fadli, sejumlah penyerang yang berhasil diidentifikasi juga memiliki identitas tuggal, yaitu diduga sebagai orang gila. 
 
"Kejadian-kejadian tadi jadi ada polanya. Sehingga, jangan heran jika ada sebagian dari kita yang menduga bahwa saat ini sedang ada semacam upaya adu domba antarumat beragama di sini, apa pun kepentingannya," jelasnya.
 
Dikatakan Fadli, isu agama adalah isu sensitif. Sehingga, aparat kepolisian harus bekerja cepat dan transparan, agar tidak muncul spekulasi dan prasangka yang bisa memicu konflik di tengah masyarakat.
 
“Terlebih di tahun-tahun politik seperti sekarang. Upaya-upaya yang mengarah kepada adu domba, membentur-benturkan masyarakat, akan semakin banyak. Itu sebabnya pemerintah, dalam hal ini aparat keamanan, harus bisa mengantisipasi agar peristiwa serupa tak terulang lagi," pintanya.
 
Dari sisi keamanan, kata Fadli Zon, rentetan tindak kekerasan ini merupakan tamparan bagi pemerintah dan menunjukkan pemerintah belum bisa memberikan jaminan rasa aman. 
 
"Padahal, ulama, santri, pendeta, dan jemaat gereja adalah warga negara yang berhak mendapatkan jaminan keamanan dari pemerintah. Apalagi, pemerintah juga baru menyelenggarakan Musyawarah Besar Pemuka Agama dan Kerukukan Bangsa pekan lalu. Kenapa tiba-tiba bisa muncul kejadian seperti ini? Ini teguran bagi kedisiplinan pemerintah, khususnya aparat keamanan," katanya.
 
Fadli Zon mengajak dalam menjaga perdamaian bukan hanya dengan semangat toleransi saja, tapi juga semangat menyingkirkan problem ketidakadilan sosial dan ketidakadilan ekonomi yang ada di tengah-tengah masyarakat. Menciptakan toleransi utamanya merupakan tugas masyarakat, maka menciptakan keadilan sosial terutama adalah tugas pemerintah.”
 
“Saya mengajak dan menghimbau kepada para pemuka agama di Indonesia untuk turut menjaga dan menenangkan masyarakat. Jangan kita mudah terpancing atau terjebak pada politik adu domba. Kekayaan kita yang paling berharga adalah bisa bersatu dalam kemajemukan. Kita harus menjaganya," pungkas Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu.
 
Reporter:  Syafril Amir
Editor:  Rico Mardianto