-guru cabul di Inhu -Sekolah terkesan Menutup-nutupi

Tersangka Akui 10 Siswi Jadi Korban

Tersangka Akui  10 Siswi Jadi Korban

RENGAT (HR)-Pengakuan mengejutkan dilontarkan Su alias Ad (28), oknum guru olahraga di SD 026 Pematang Reba, Indragiri Hulu. Kepada petugas, ia mengakui ada 10 siswa di sekolah itu yang menjadi korban aksi cabul yang dilakukannya.

Hal itu diungkapkan Kapolres Inhu AKBP Ari Wibowo melalui Kasat Reskrim AKP Taufik Suhardi, Senin (2/3). Meski pengakuan itu sudah ada, namun jajaran Polres Inhu belum bisa memastikannya. Pasalnya, hal itu baru berupa pengakuan Su yang saat ini sudah ditetapkan sebagai tersangka.

"Sejauh ini, korban yang sudah melapor baru enam orang. Memang katanya akan ada lagi yang datang melapor, tapi sejauh ini kita belum menerima adanya laporan baru," terangnya.

Karena itu, pihaknya mengimbau jika ada pihak yang merasa menjadi korban akibat perbuatan cabul Su,

Tersangka
agar segera melaporkannya ke Polres Inhu.

Sementara itu, aksi cabul Su tersebut telah membuat siswa yang menjadi korbannya merasa trauma. Kondisi itulah yang kini dirasakan N, salah seorang siswa korban cabul Su. Menurut pengakuan St, sang ibu, N sudah menjadi korban cabul Su sejak sebulan lalu.

"N sudah bercerita sejak satu bulan yang lalu, namun ketika itu kami sedang mengurus adiknya yang sakit, jadi kurang diperhatikan," ungkapnya, saat mendatangi Sekretariat PWI Inhu, Senin sore kemarin.

Dituturkannya, sejak kejadian itu, sang anak mengalami perubahan sikap yang cukup drastis. N sering menolak saat disuruh makan. Begitu juga keceriaan yang biasa tampak pada dirinya, saat ini menghilang. Selain itu, N juga menjadi lebih tertutup. Tidak hanya kepada anggota keluarga tapi juga orang-orang di sekitarnya. "Yang paling tampak, dia sekarang malas ke sekolah. Dalam seminggu kadang hanya dua hari," tuturnya.

Trauma pada bocah itu semakin mendalam setelah Su kembali mengulang perbuatan terkutuknya itu pada Selasa (24/2) lalu. "N sampai muntah-muntah dibuatnya," aku bocah itu polos.

"Kami ingin dia diberi hukuman yang seberat-beratnya. Kalau hukuman ringan, kami tak terima," tegas St.

Terkesan Ditutupi
Tidak hanya itu, St juga mengaku mempertanyakan sikap sekolah, yang terkesan menutup-nutupi perbuatan terkutuk Su tersebut.

Pasalnya, ia pernah bercerita tentang tentang hal itu kepada salah seorang guru di sekolah berinsial E. Ketika itu, E sempat melarangnya melapor ke polisi.

Dari informasi yang diterimanya, aksi serupa juga diduga dilakukan E kepada murid-murid di sekolah. Pasalnya, siswa lain juga pernah melaporkan perbuatan Su kepada E dan kepala sekolah. Namun para murid malah dilarang menceritakan hal itu kepada orangtua. Karena pihak sekolah yang akan menyelesaikannya.

"Berarti apa yang dilakukan tersangka sudah diketahui pihak sekolah. Tapi tetap ditutup-tutupi untuk menjaga nama baik sekolah," ujarnya.

Tidak hanya itu, tambah St, E juga diduga sengaja mengatur kesaksian palsu kepada anak murid. Hal tersebut dilakukan E saat anak-anak tersebut sedang les. "Kalau ada yang "digitu-gitukan" sama Pak A, jangan kasih tahu sama orangtua ya," ucap St menirukan instruksi E kepada para anak murid.

Tentu saja aksi guru itu membuat dirinya semakin emosi. Ia bahkan pernah berniat menarik anaknya dari sekolah itu. "Saya berniat untuk menarik anak saya dari sekolah itu, anak saya sudah trauma dan tidak mau lagi bersekolah di sana. Tapi saat saya minta surat pindah, malah dibujuk-bujuk agar tidak pindah," ujarnya dengan nada tinggi.

Saat dikonfirmasi, Kepala Sekolah SDN 026 Alimudin membantah hal itu. Dikatakan, pihak sekolah tidak pernah mengajarkan siswa memberikan kesaksian palsu kepada pihak Kepolisian. "Saya tidak tahu itu, saya tidak pernah memberikan perintah untuk memberikan kesaksian palsu," ujarnya.

Ia juga membantah menghalang-halangi siswa yang ingin pindah. "Saya bukan tidak mau memberi surat pindah, tapi kita kasih solusi dengan melakukan bimbingan terhadap anak itu dan guru tersebut sudah kita pecat untuk menghilangkan traumanya," ujarnya.

Meski demikian, tidak semua orangtua berniat memindahkan anaknya. Seperti dituturkan A, salah satu orang tua murid lainnya. Ia mengaku tidak akan menarik anaknya dari sekolah itu. "Saya tidak akan menarik anak saya dari sekolah itu, tapi mulai sekarang saya akan lebih meningkatkan penjagaan saya," ujarnya. (eka)