Tak Ada Cerita Indah

Tak Ada Cerita Indah

Istanbul (HR)-Sepuluh tahun lalu Liverpool pernah mengukir cerita indah di Ataturk Stadium saat menjuarai Liga Champions. Namun di 2015 ini ceritanya berbeda karena 'Si Merah' harus pulang dengan kepala tertunduk usai disingkirkan Besiktas.

Pada final Liga Champions musim 2004/2005 yang digelar di stadion berkapasitas 80.500 penonton itu, Liverpool menghadapi AC Milan dan sepertinya laga ini akan berjalan berat sebelah setelah Rossoneri unggul 3-0 di babak pertama lewat dua gol Hernan Crespo dan Paolo Maldini.
Namun Liverpool bangkit di babak kedua dan membuat keajaiban hanya dalam tempo waktu 10 menit ketika Steven Gerrard, Vladimir Smicer, dan Xabi Alonso bergantian menjebol jala Dida. Skor pun imbang 3-3 dan laga dilanjutkan ke extra time.
The Reds yang mungkin tadinya sudah nyaris patah semangat akhirnya "hidup" kembali dan di babak extra time, Jerzy Dudek membuat save krusial ketika menghadang dua peluang Andriy Shevchenko dari jarak dekat.
Pertandingan akhirnya harus dituntaskan dengan adu penalti yang mana tuntas dengan skor 3-2 untuk kemenangan Liverpool, usai tangan kanan Dudek menepis penalti Shevchenko. Steven Gerrard pun jadi kapten lima The Anfield Gank yang mengangkat 'Si Kuping Besar' dan cerita indah dari Istanbul pun selalu dikenang sepanjang masa oleh fans Liverpool.
Selang satu dekade kemudian Liverpool kembali mendatangi Ataturk Stadium untuk melakoni laga penting kontra Besiktas di leg kedua babak 32 besar Liga Europa, Jumat (27/2) dinihari WIB.
Meski menang 1-0 di leg pertama pekan lalu namun bukan pekerjaan mudah untuk Liverpool mengingat Besiktas tak terkalahkan di enam pertandingan kandang di Eropa musim ini, plus suporter Turki yang kerap terkenal dengan terornya untuk tim tamu.
Karuan kombinasi itu membuat Liverpool kerepotan dan akhirnya Besiktas membuat agregat sama kuat 1-1 usai Tolgay Arslan mencetak gol di menit ke-72. Ketika pertandingan harus berlanjut ke babak extra time, Liverpool pun kian dalam bertahan dari gempuran Besiktas.
Skor 1-0 tetap bertahan hingga 120 menit laga tuntas dan adu penalti harus dilakukan untuk menentukan pemenang. Liverpool sebenarnya patut pede, karena selain punya kenangan indah di stadion ini soal adu penalti, mereka juga miliki rekor bagus di babak tos-tosan yakni memenangi 16 dari 18 kesempatan.
Sayangnya Dejan Lovren sebagai eksekutor penentu Liverpool memusnahkan impian klubnya untuk lolos ke babak 16 besar, setelah penaltinya melebar jauh dari sasaran. Besiktas pun menang 5-4 dan tak ada lagi cerita heroik Liverpool di Istanbul.
Perjalanan Liverpool di Eropa musim ini harus tuntas lebih cepat di tangan Besiktas.(dtc/ssc/pep)