Ahli Ibadah dan Duit

Ahli Ibadah dan Duit

Dikisahkan di satu negeri ada seorang ahli ibadah yang banyak menghabiskan waktunya setiap saat untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Sampai pada suatu hari ia mendengar kabar bahwa di ujung negeri banyak orang yang menyembah sebatang pohon. Kemudian ia mengambil sebilah kapak dengan maksud ingin menebang pohon tersebut dan menyelamatkan orang-orang dari kesesatan. Iapun berangkat.

Di tengah jalan ia dihadang oleh Iblis. Kemudian terjadi dialog diantara keduanya. "mau kemana wahai saudara dengan kapakmu?". tanya Iblis. "mau menebang pohon yang disembah oleh banyak orang itu". Jawab ahli ibadah. "apa urusannya dengan engkau? biarkan mereka melakukan itu." lanjut Iblis. "aku ingin menyelamatkan orang-orang dari perbuatan sesat mereka. pungkas ahli ibadah.

Singkat cerita terjadilah perkelahian sengit diantara keduanya. Sampai pada akhirnya Iblis terjatuh ke tanah, lalu si Ahli Ibadah melompat ke dadanya kemudian berkata,”apakah engkau masih mau menghalangiku untuk melaksanakan keinginanku?! Tidak, lakukanlah apa yang engkau inginkan. Jawab Iblis. Karena badannya terasa sangat letih setelah bertarung dengan Iblis, si Ahli Ibadah mengurungkan niatnya untuk menebang pohon pada hari itu dan menundanya esok hari.

Keesokan harinya, si ahli ibadah kembali pergi dengan sebilah kapaknya untuk melakukan keinginannya yang masih tertunda. Di tengah perjalanan, ia kembali dihadang oleh Iblis. Setelah terjadi perdebatan, keduanya kembali bertarung untuk yang kedua kalinya. Pada pertarungan yang kedua ini, Iblis masih tidak mampu mengalahkan si Ahli ibadah. Ia pun takluk padanya dan membiarkan si Ahli Ibadah untuk menyampaikan maksudnya.

Setelah kalah dalam dua pertarungan itu, Iblis berpikir bahwa ia tidak akan mampu melakukan adu fisik dengan ahli Ibadah. Lalu mencari cara lain untuk menaklukan ahli ibadah itu dengan melakukan tipu helah. Akhirnya Iblis melakukan perundingan (negosiasi) dengan ahli ibadah itu. “Begini sajalah hai ahli ibadah, engkau tidak perlu bersusah payah lagi untuk menebang pohon itu. Aku akan menyediakan duit beberapa dirham setiap hari di bawah tikar (sajadah) tempat engkau beribadah, dengan itu kebutuhan hidup engkau sehari-hari akan terpenuhi”. Bujuk Iblis. Rupanya ahli ibadah itu termakan rayuan iblis dan iapun menyetujuinya.

Selepas itu, setiap kali selesai beribadah kepada Allah swt, si ahli ibadah membuka tikarnya dan menemukan duit beberapa dirham di bawahnya. Iapun merasa senang dengannya dan tercukupilah segala kebutuhannya.

Sampai pada suatu hari, setelah si ahli ibadah itu selesai bermunajat kepada Allah swt, ia segera membuka tikarnya ternyata kali ini ia tidak menemukan apa-apa. Duit dirham yang dijanjikan iblis sebelumnya sudah tidak ada lagi. Si Ahli ibadah itu marah besar karena merasa ditipu Iblis laknatullah ‘alaihi. Ia mengambil kapaknya dan bergegas pergi untuk menebang pohon yang disembah orang-orang sebelumnya.

Di tengah perjalanan, ia dihadang oleh Iblis. Setelah memaki-maki Iblis karena merasa ditipu olehnya, lalu terjadi perkelahian sengit diantara keduanya. Tapi kali ini si Ahli Ibadah berhasil dikalahkan Iblis. Si Ahli Ibadah roboh dan terkapar di tanah, Iblispun melompat ke atas dadanya. Dalam suasana seperti ini, si Ahli Ibadah bertanya kepada Iblis,”kenapa engkau bisa mengalahkanku kali ini sedangkan pada dua pertarungan sebelumnya engkau tak berdaya di bawah kekuatanku.” Iblis menjawab,”kalau pada dua kali pertarungan sebelumnya engkau bisa mengalahkanku disebabkan engkau betul-betul berjuang karena Allah swt untuk menyelamatkan kesesatan manusia. tapi dalam pertarungan yang ketiga ini engkau tidak lagi berjuang karena Allah swt tapi karena aku sudah tidak lagi memberikanmu duit untuk kebutuhan harianmu.”jawab iblis.

Mendengar penjelasan iblis itu, si ahli ibadah merasa tak berdaya dan tertunduk malu karena telah melakukan kesalahan fatal yang membuat Allah swt murka kepadanya. karena keimanan dan semangat jihadnya menegakkan kebenaran yang berkobar sebelumnya telah dinodai dan tergadai hanya gara-gara duit beberapa dirham. Wallahu A’lam***