Kondisi Terkini Bangunan Sarang Burung di Siak

Usai Dibangun, Belum Terkelola dengan Baik

Usai Dibangun,  Belum Terkelola dengan Baik

(riaumandiri.co)-Bangunan sarang burung yang berada di bawah Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, saat ini kondisinya masih memprihatikan. Bangunan yang ada saat ini merupakan proyek yang dikerjakan tahun 2014 lalu.

Rencananya, bangunan itu dicanangkan menjadi taman burung, tempat berkumpulnya bermacam jenis burung dan dikelola menjadi objek wisata. Meski pembangunan di tahun 2014 dengan anggaran Rp1,8 miliar itu telah rampung, namun sampai saat ini belum terkelola dengan baik. Kondisinya saat ini dikerumuni semak belukar.

Kondisi bangunan yang berjarak sekitar satu kilometer dari Kantor Bupati Siak itu mendapat sorotan dari berbagai pihak. Khususnya terhadap Dinas Pariwisata, selaku instansi yang berwenang menanganinya. Sehingga dana yang telah digulirkan untuk bangunan itu terkesan mubazir, karena fasilitas yang ada bisa usang dan lapuk termakan waktu.

Ketua Masyarakat Peduli Kabupaten Siak (MPKS) Wan Hamzah, mengaku telah mendengar pembangunan sarang burung tersebut akan dilanjutkan tahun ini dengan anggaran Rp1,4 miliar. Namun demikian ia meminta dinas terkait menyiapkan rencana pengelolaan dengan matang agar bangunan itu nantinya tidak terbengkalai lagi.

"Tahap pertama sudah dibangun menghabiskan anggaran besar, dan sampai sekarang belum ada gambaran bagaimana pengelolaan ke depan. Jangan sampai pem bangunan ke dua jadi tambah dalam," kata Wan Hamzah.

Secara perinsip, Wan Hamzah sangat mendukung adanya program pembangunan untuk meningkatkan pariwisata. Namun demikian sebagai warga Siak ia tidak ingin program dibuat asal-asalan, tanpa konsep yang matang sehingga nantinya sia-sia.

Wan Hamzah pesimis pengelolaan sarang burung itu akan berhasil jika masih ditangani langsung oleh pemerintah. Karena konsep pengelolaan yang diselenggarakan pemerintah sangat bergantung dengan dana operasional. Pegawai cenderung bekerja jika ada yang menguntungkan untuk dirinya.

"Saran saya, serahkan ke pihak ketiga, jadi pemerintah bisa buat kontrak. Jika tidak mencapai target dalam waktu yang ditentukan, bisa diputuskan kontrak kerjanya," saran Wan Hamzah.

Namun demikian, pemilihan pihak ke tiga yang mengelola tentu tidak bisa serampangan, harus benar-benar kelompok pecinta burung, mengetahui bagaimana merawat burung, memahami ilmu patiwisata, serta memiliki jiwa bisnis.

Konsep Matang
Menyikapi hal itu, DPRD Siak meminta dinas terkait menyiapkan konsep yang matang, melakukan ekpos sebelum pembangunan dimulai untuk mendapatkan masukan dari tokoh masyarakat, dari komunitas pecinta burung, agar dana yang digulirkan untuk pembangunan tidak sia-sia nantinya.

"Kalau memang dibangun untuk meningkatkan sektor pariwisata, dinas harus menyiapkan konsepnya yang matang, jangan sampai bangunan itu mubazir, sekarang anggaran sedang sulit, jadi pekerjaan harus dengan sekala prioritas," saran anggota DPRD Siak, Syamsurizal.

Dilanjutkan Kembali
Terkait hal itu, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Siak, Hendrisan, mengatakan tidak ada permasalahan peda bangunan sarang burung atau taman bueung itu. Ia mengatakan, bangunan yang ada saat ini merupakan bangunan tahap pertama, dari rencana awal yang akan akan sebanyak empat tahap.

"Itu tahun 2014, tahap awal pagunya Rp2,1 miliar, dikerjakan dengan nilai Rp1,8 miliar. Angka pastinya saya tidak begitu ingat. Rencananya akan kita lanjutkan tahun 2015, anggarannya tidak ada, begitu juga dengan tahun 2016 pada APBDP dicoret. Dan tahun ini kita anggarkan Rp1,4 miliar," ujarnya.

Hendrisan membantah menelantarkan bangunan itu, pihaknya terus berupaya membuat program agar bangunan itu bisa segera beroperasi menjadi objek wisata. Sehingga nanti setelah dikelola, selain menjadi tempat menghabiskan masa libur bagi masyarakat juga bisa menjadi pos pendapatan daerah.

Lebih jauh, Hendrisan mengaku telah membangun komunikasi dengan BKSDA, pihak yang berwenang menentukan jenis burung apa saja yang bisa didatangkan untuk mengisi taman burung tersebut.

"Sebelum beroperasi nanti kami akan kerja sama dengan BKSDA, untuk memastikan jenis burung yang boleh dipelihara dan dikembangkan di taman burung itu. Tentunya bukan burung langka yang habitatnya dilindungi," ujar Hendrisan.

Selain itu, Hendrisan mengaku akan menjalin kerja sama dengan komunitas pecinta burung yang ada di Siak. Keberadaan taman burung ini akan memfasilitasi komunitas pecinta burung, misalkan dijadikan pusat kontes burung.

Pihaknya juga akan menawarkan kepada komunitas, bagi yang bersedia menitipkan burungnya akan dikelola di taman burung itu.

"Setelah jadi nanti kita undang komunitas pecinta burung di Siak, mereka bisa menitipkan burung peliharaan di sana dan kita kelola, kita jadikan sarang burung itu sebagai objek wisata," kata Hendrisan.

Hendrisan optimis, jika semua jenis burung yang ada di Siak dan memiliki nilai jual bisa hadir di taman burung itu, akan menjadi daya tarik tersendiri bagi Wisatawan. (tim/hen/lam/ dod/her)