Karet Tak Menguntungkan Lagi

Petani Beralih Berkebun Sawit

Petani Beralih Berkebun Sawit

TELUK KUANTAN (RIAUMANDIRI.co) - Rendahnya nilai ekonomi komoditas karet saat ini, membuat sebagian petani karet mengalih fungsikan lahan pertanian karet menjadi perkebunan kelapa sawit. Hal itu terjadi di beberapa desa, kecamatan Kuantan Tengah dan Kecamatan Singingi.

Para petani terpaksa menebang pohon karetnya, karena nilai jual getah karet sangat murah, yang berkisar antara 5.000-6.000 rupiah per kilogramnya. Oleh sebab itu, pendapatan dari bertani karet tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani,

Seperti disampaikan seorang petani karet, warga Desa Jake, Kecamatan Kuantan Tengah, Soni (36), saat ditemui sedang melakukan penebangan pohon karet di area kebunnya seluas satu hektar, Senin (14/11).


"Iya benar mas, bertani karet sudah tak menguntungkan lagi, harga getah cuma 5.000 rupiah per kilo, kalau kita berdiam diri saja, bisa mati tak makan anak istri di rumah,"keluhnya.

Dikatakan Soni, ia terpaksa menebang dan menumbangkan semua pohon karet yang ada dikebunnya. Kayu yang dihasilkan dari pohon karet itu di potong-potong, selanjutnya dijual ke pengepul untuk memenuhi ekonomi keluarga.

Sedangkan lahan bekas kebun karet yang sudah ditumbangi pohonnya itu nantinya akan ditanami bibit kelapa sawit yang dinilai lebih ekonomis. "Mengenai lahan bekas kebun karet itu nantinya kalau ada rejeki saya tanami bibit sawit, karena sawit sedikit lebih menguntungkan dibandingkan karet,"tuturnya.

"Walaupun pohon karet itu masih produktif, tapi mau gimana lagi, lebih besar pula pasak daripada tiang, Ya terpaksa pohon-pohon karet ini ditumbangkan, bisa dijual, satu kubiknya bisa dihargai 300 ribu, lumayan untuk biaya sehari-hari,"ungkapnya.

Kondisi ini dibenarkan Sriyanto, seorang pengepul kayu karet ditemui di tempat yang sama, setiap hari ia keliling desa membeli dan mengumpulkan kayu karet dari para petani, untuk selanjutnya dijual lagi ke pabrik triplek di Pekanbaru.

"Memang benar, sejak satu tahun terakhir ini saya berprofesi sebagai penampung kayu karet masyarakat, saya beli dengan harga Rp300 ribu perkubiknya dan saya jual lagi ke pabrik di Pekanbaru,"jelasnya.

Dikatakannya, rata-rata 100 kubik setiap bulan dia bisa mengumpulkan kayu karet yang didapati dari petani dan profesi pengepul ini bukan dirinya sendiri saja, melainkan masih banyak juga orang lain yang berprofesi sama di wilayah lain seperti dirinya.

"Rata-rata setiap bulan itu saya bisa mengumpulkan 100 kubik lah, sedangkan pengepul ini bukan saya saja, disetiap desa juga ada pengepul lainnya"pungkasnya.(wan)