7 Guru Spiritual Palsu Rekaan Dimas Kanjeng Ditangkap

7 Guru Spiritual Palsu Rekaan Dimas Kanjeng Ditangkap

SURABAYA (RIAUMANDIRI.co) - Jajaran Polda Jawa Timur, menangkap tujuh guru spiritual (abah) yang diduga hasil rekaan pengasuh Padepokan Dimas Kanjeng Probolinggo, yakni Taat Pribadi, yang menjadi tersangka penipuan terkait dugaan penggandaan uang.

Menurut Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol RP Argo Yuwowon, ketujuh 'abah' tersebut diringkus petugas dari beberapa rumah di Jakarta. "Mereka sebenarnya orang biasa, bahkan ada yang kuli bangunan, tapi mereka direkrut untuk seolah-olah menjadi guru spiritual yang dihormati," ujarnya, Senin (7/11).

Didampingi Kasubdit Keamanan Negara Ditreskrimum Polda Jatim AKBP Cecep Ibrahim, ia menjelaskan penangkapan mereka merupakan hasil pendalaman dalam pemeriksaan Taat Pribadi hingga merujuk pada tersangka lain yakni Vijay.


"Dalam setiap kegiatan, ternyata Taat Pribadi selalu menelepon Vijay, lalu Vijay menghubungi koordinator yang mencarikan abah itu, lalu abah yang disodorkan itu dipilih dan akhirnya koordinator itulah yang merekrut abah. Namun ada satu dari tujuh orang itu yang masih belum dijuluki abah," ujarnya.

Tujuh abah yang dimaksud adalah Marno Sumarno alias Abah Cholil, Atjep alias Abah Kalijogo, Biwa Sutarno alias Abah Karno, Mujang alias Abah Nogosastro, Abdul Karim alias Abah Sulaiman Agung, Ratim alias Abah Abdul Rahman, dan Sadli. Mereka mengenakan jubah hitam yang juga disuruh tersangka.

Tentang peran para abah itu, tambahnya, hal itu tergantung permintaan tersangka (Vijay dan Taat Pribadi). "Kalau diminta duduk saja ya duduk, kalau diminta menghilang, ya menghilang," katanya.

Ia menegaskan bahwa para abah itu hanya menerima perintah dan mengikuti saja perintah itu, lalu mereka akan mendapat imbalan Rp4-5 juta. Bahkan ada yang diberi Rp20 juta dan hadiah umrah. "Status mereka hingga kini masih menjadi saksi," ucapnya.

Secara terpisah, Pak Mujang alias Abah Nogosastro menyatakan dirinya menerima gelar abah saat berada di Probolinggo. "Saya sendiri nggak tahu apa-apa, karena saya juga sekolah, saya hanya tahu duit. Selama lima bulan, saya sudah tiga kali dipanggil dan diberi amplop berisi uang jutaan," katanya.

Ditanya perintah yang diterima, ia mengaku hanya diberi tasbih dan disuruh duduk untuk menemani Dimas Kanjeng Taat Pribadi. "Saya hanya duduk saja sambil memelintir tasbih," ujarnya sambil mempraktikkan tugasnya. (rol/sis)