Kurangnya Pengawasan

Semenisasi Jaringan Rawa Banyak Yang Rusak

Semenisasi Jaringan Rawa Banyak Yang Rusak

SIAK (RIAUMANDIRI.co) - Semenisasi peningkatan jaringan rawa di Dusun Tanah Bagus, Kampung Muara Kelantan, Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak banyak yang retak. Pengerjaan yang menelan dana APBN itu diduga banyak yang rusak, akibat kurangnya pengawasan dalam pengerjaan proyek tersebut.

Pengerjaan semenisasi peningkatan jaringan rawa di Dusun Tanah Bagus, Kampung Muara Kelantan, Kecamatan Sungai Mandau menelan biaya sebsar Rp11,8 miliar dari APBN Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Balai Wilayah Sungai Sumatera III. Proyek yang dikerjakan PT Pulu Ganding Sejahtera saat ini kondisinya banyak yang retak.

Ironisnya, pengawas dalam pengerjaan tersebut seolah tak peduli dengan apa yang terjadi dengan retaknya bangunan yang baru seumur jagung itu. Di sejumlah titik pembangunan proyek tersebut, kondisinya banyak dijumpai bekal ditambal, namun keadaannya tetap retak dan pecah.


Ariadi (35) warga Siak, Rabu (25/10)  menyayangkan kondisi proyek tersebut. Menurutnya, bantuan pemerintah itu jadi terbuang sia-sia. "Saya sangat menyayangkan dengan keadaan bangunan ini, masa baru dibangun sudah banyak yang pecah dan ditambal. Kalau seperti ini dibiarkan saja, maka proyek dari dana pemerintah itu terbuang sia-sia," sebutnya.

Lebih lanjut Ariadi berharap, kondisi tersebut segera ditanggapi penegak hukum yang ada. Sehingga, kejadian serupa tidak terulang kembali.
"Sebagai masyarakat kecil, kita hanya bisa berharap kepada penegak hukum yang ada di Riau agar menindaklanjuti masalah ini. Dengan demikian, kejadian serupa agar tidak terulang kembali di wilayah Siak ini,” harapnya.

Camat Sungai Mandau Irwan Kurniawan mengakui, selama aktivitas proyek tersebut belum dimulai, ada pihak PPTK yang minta kepadanya agar menunjukkan lokasi jalan yang akan dibangun di sana.

"Sebagai pemerintah kecamatan kami sangat berterimakasih atas bantuan semenisasi jalan itu. Karena, pada waktu pekerjaan dimulai ada orang yang bernama Ihsan yang kalau tak salah dia ngaku sebagai Panitia Pelaksan Teknis Kegitan (PPTK) dari Bogor untuk menunjukkan di mana lokasi yang akan dibangun,” katanya.

Lebih lanjut Camat juga menjelaskan, setiap pekerjaan proyek itu ada masa perawatannya. Sehingga, selagi pekerjaan masih dalam masa perawatan, kerusakan tersebut masih tanggung jawab rekanan.

“Setahu saya dalam UU nomor 40 tahun 2008 dijelaskan, setiap pekerjaan itukan anggarannya setahun. Disitu ada yang namanya biaya masa perawatan. Kalau ada masalah pada pekerjaan tersebut,

maka serah terima tidak dapat dilakukan. Harapan saya, pihak kontraktor segera memperbaiki mana yang pecah itu hingga tampak bagus dan tak ditambal lagi ,” tegas Camat.

Sementara itu, Dodi, Kepala Urusan Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengairan Umum (PU) Tualang, Mandau, menjelaskan besi yang mereka gunakan bukan warmese, namun besi polos dan beton yang mereka gunakan beton K125 bukan Beton K175.

"Besi yang digunakan pada pembangunan semenisasi itu bukan warmese, tapi besi polos. Beton yang digunakan pun K125 bukan K175. Sedangkan pekerjaan semasa Pokmas dulu yang kita pakai Beton K175.

Bukan itu saja, saat pengerjaan jalan itu tidak dipasang penyekatnya melainkan langsung los satu," ungkapnya. Sementara itu Pengawas PU Provinsi Riau Triwatman belum berhasil dikonfirmasi. Telepon selulernya tidak dapat dihubungi.(gin)