Forum Diskusi Publik di UIN SUSKA

Pers dan Mahasiswa Berperan Bendung Paham Komunisme

Pers dan Mahasiswa Berperan Bendung Paham Komunisme

Pekanbaru (riaumandiri.co)-Organisasi Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suska menggelar Forum Diskusi Publik membahas Peran pers dan mahasiswa dalam membendung paham komunisme gaya baru di kalangan pemuda, Rabu, (25/5).

"Apakah benar komunis itu bangkit kembali? Sebab sekarang masyarakat dan media massa sedang hangat-hangatnya memberitakan kebangkitan komunis ini.

Diharapkan melalui diskusi sekarang, mahasiswa dapat meluruskan informasi simpang siur tersebut, sehingga mahasiswa mendapatkan ilmu, wawasan dan pemahaman bahayanya paham komunis itu," kata Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Suska Riau, Dr Yasri Yazid Mis.

Kegiatan ini dihadiri oleh, Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr Azmi, Wakil ketua PWI Riau, Satria Batubara, pihak pers diwakili Hasan Basri, Koordinator Forum Diskusi Publik Provinsi Riau, Amril Jambak dan mahasiswa dari BEM, HMJ, PMI Fakultas UIN Riau.

Wakil Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi Dr Azmi menjelaskan,  Indonesia terdiri dari 1.128 suku/ etnis. Perbedaan suku memudahkan komunis untuk masuk dan mencuci otak agar dapat merubah ideologinya dari Pancasila menjadi komunisme.

"Ciri-ciri ideologi komunisme yaitu atheis atau tidak memiliki Tuhan dan tidak menghargai individual. Masyarakat komunis akan menghapus hak milik pribadi, dan akan ditukar menjadi hak negara. Jadi semua yang ada adalah hak milik bersama," katanya.

Sistem kapitalis yang dicapai harus melalui gerakan revolusi. Hukum dan aturan tidak diperlukan, karena komunis anti terhadap paham nasionalisme. Sebab ideologinya tetap berpedoman kepada arahan pimpinan dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.

Salah satu bahaya latin komunis, yaitu berupaya mencabut TAP MPR nonor 25 tahun 1966, tentang pelarangan dan pembubaran PKI. Kemudian komunis berusaha membunuh petinggi negara supaya mereka bisa menguasai negara untuk dijadikan sebagai negara komunis.

Ditambahkan Azmi, modus perjuangannya selalu memanfaakan kemiskinan. Mendekati dan mencuci otak masyarakat miskin ini dengan janji janji akan mensejahterakan dan meningkatkan perekonomian asalkan mau bergabung dengan komunisme. Sehingga dulu banyak masyarakat yang terjebak untuk bergabung dengan komunis.

Berdasarkan pandangan ulama, ajaran komunis itu kufur (kafir). Seorang komunis tidak boleh menikah atau dinikahkan. Jika meninggal, maka haram hukumnya umat Islam menyelenggarakan jenazah. Oleh sebab itu tidak ada tempat bagi komunis di Indonesia.

"Peran mahasiswa disini dituntut sebagai penyampai keberanan, agen perubahan dan jangan berpihak kepada paham yang salah. Kemudian mahasiswa selaku generasi penerus bangsa dituntut untuk bermoral, beragama dan bernegera.

Jadi inilah yang kita kembangkan dalam menghadapi dan membendung paham komunisme gaya baru dikalangan pemuda," kata Azmi.

Wakil Ketua PWI Riau Satria Batu Bara mengatakan baru-baru ini ada seorang pemuda di Kabupaten Inhil Riau, ditangkap Polisi karena mengenakan baju berlogo palu arit. Namun setelah ditelusuri, ia juga tidak tahu asal baju. Tetapi baju itu hanya diberi seseorang kepada dirinya.

Karena baju itu terlihat bagus dan cocok dipakai, maka ia mengenakkan baju itu untuk pakaian sehari-hari. Tetapi logo aau simbol yang ada dibajunya ternyata bermasalah.

Namun karena tidak ada pembuktian, maka pemuda ini dibebaskan.Jadi pers yang berfungsi sebagai penyebar informasi, edukasi dan sosial kontrol, tidak tertutup kemungkinan untuk memberitakan informasi ini. Kemudian pers akan menindaklanjuti ada apa dibalik pemuda itu.

Sehingga baru dapat diketahui pokok permasalahannya. "Berdasarkan sejarah, dimana suatu negara mengalami keterpurukkan (miskin), maka disitulah komuni akan masuk.

Jadi kalangan inteklektual dan negara harus bertanggungjawab untuk megantisipasi terhadap kemiskinan ini.  Salah satu yang berperan mengantisipasi masuknya paham komunis yaitu pers," jelas Satria.

Perwakilan dari pers, Hasan Basri menegaskan sekarang yang ditakuti bukan komunis bagi masyarakat Indonesia. Tetapi munculnya simbol dan logo komunis di beberapa daerah.

Padahal paham komunis itu sudah berkembang sejak dulu hingga sekarang. Contoh banyak orang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Seperti sikut-menyikut, jatuh-menjatuhkan dan fitnah-memfitnah.

Bahkan di suatu daerah di Pulau Jawa, ada rumah seseorang yang membongkar kecurangan ujian sekolah malah diserang masyarakat.

Dan anaknya dilarang masyarakat untuk masuk sekolah. Karena masyarakat itu takut, bahwa anaknya akan membongkar kecurangan Ujian Nasional juga.(and)

"Jadi kenapa tidak paham ini yang diberantas oleh pemerintah. Karena paham itu adalah paham komunis. Maka sekarang mahasiswa dan pers jangan takut dengan munculnya logo atau simbol palu arit, tetapi waspada dengan paham yang sudah berkembang tersebut.

Kita jangan menafsirkannya paham komunis itu secara melihat pisik saja. Sehingga kita keliru mengartikannya apa itu komunis itu.

Padahal paham komunis itu sudah berkembang sejak dulu dinegara Indonesia ini. Jadi kita harus mengetahui dan memahami paham komunis itu supaya kita bisa melindungi diri dari pengaruh paham komunis tersebut," kata ahli sejarah ini.(and)