Memasuki triwulan II

Pembangunan Sejuta Rumah Baru 25 Persen

Pembangunan Sejuta Rumah Baru 25 Persen

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Terhitung hingga Mei 2016, capaian pembangunan sejuta rumah di Riau baru mencapai angka 25 persen.

Jumlah tersebut masih berada jauh dari yang ditargetkan, seharusnya sudah mencapai 65 persen. Hal ini disebabkan karena masih belum jelasnya penggunaan area pertanahan, sehingga memperlambat penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di Riau.

Demikian diungkapkan oleh Kepala DPD REI Riau, Amran Tambi kepada Haluan Riau, Selasa (24/5). Menurutnya, banyaknya permasalahan yang menghambat pengerjaan program sejuta rumah.

Dengan capaian yang baru 25 persen tersebut, artinya progres pengerjaan sejutar rumah tersebut masih dibawah dari yang diharapkan.

"Idealnya pengerjaan program sejuta rumah sudah mencapai 65 persen,tapi karena banyak permasalahan seperti tidak jelasnya RTRW dan sulitnya proses izin yang dikeluarkan oleh masing-masing daerah,"ujar Tambi.

Dijelaskan Tambi, selain permasalahan tersebut perlambatan kondisi ekonomi yang terjadi di Riau juga menjadi pemicu terhadap lambatnya pembangunan sejuta rumah. Sehingga berdampak pada turunnya minat beli masyarakat terhadap kepemilikan rumah.

"Banyak proyek yang tidak jalan, sehingga perputaran uang tidak sampai ke masyarakat. Apalagi dengan melemahnya kondisi ekonomi saat ini, ditambah lagi masyarakat harus dihadapkan dengan turunnya harga Tandan Buah Segar (TBS). Jadi bagaimana rumah bisa dibeli kalau kebutuhan pangan tak tercukupi,"ujar Tambi.

Dijelaskannya, rendahnya minat masyarakat membeli rumah tentu dirasakan oleh seluruh pengembang atau developer yang ada. Pasalnya, sejak dibangunnya rumah dari tahun 2014 hingga sekarang masih banyak unit rumah yang belum terjual.

Seluruhnya masih tertahan begitu saja, sementara banyak cost (biaya) yang harus dikeluarkan oleh pengembang.

Hal ini tentu sangat memberatkan, dan diyakininya untuk target pembangunan 8.000 unit rumah untuk Riau tidak akan tercapai. Karena hingga Agustus rumah yang terjual baru 30 persen.

"Bisnis disektor perumahan hanya jalan ditempat, apalagi permasalahan izin lahan juga masih dirasakan sulit,"paparnya.***