Riau Tertinggi Deflasi 1,10 Persen

Riau Tertinggi Deflasi 1,10 Persen

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Terhitung selama April 2016, pertumbuhan ekonomi Riau mengalami penurunan atau deflasi sebesar 1,10 persen. Hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan pada Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 123,64 persen pada Maret 2016 lalu menjadi 122,28 persen di April 2016.

Demikian diungkapkan oleh Kepala Badan Pusat Statistik Riau Mawardi Arsyad, akhir pekan lalu. Menurutnya, penurunan tersebut terjadi pada empat kelompok pengeluaran, yakni  kelompok bahan makanan sebesar 3,76 persen, kelompok transpor, komunikasi dan  jasa keuangan sebesar 1,73 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,26 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,01 persen.

Sedangkan kenaikan terjadi pada dua kelompok yakni kelompok makanan, jadi minuman, roko dan tembakau sebesar 0,49 persen dan kelompok sandang sebesar 0,08 persen. Sementara kelompok kesehatan relatif masih tetap stabil.

"Deflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan sebesar 3,67 persen, dengan andil yang diberikan sebesar 0,87 persen. Untuk komoditas yang memberikan andil terjadinya deflasi yakni harga cabe merah, bensin, beras, daging ayam ras, tarif listrik, telur ayam ras, solar, buncis, cabe rawit, angkutan udara, ikan serai, semen dan lainnya," ujarnya.

Dijelaskannya, dari 23 kota di Sumatera yang menghitung IHK, hampir keseluruhan mengalami deflasi. Dengan propinsi tertinggi di Sibolga sebesar 1,79 persen, diikuti Bukittinggi sebesar 1,59 persen dan Jambi sebesar 1,45 persen.

Sementara terendah terjadi di Kota Bungo sebesar 0,13 persen dan Meulaboh sebesar 0,14 persen. Jadi tertinggi terjadi di Jambi, Tanjung Pinang dan Pekanbaru.

Untuk Riau, penghitungan IHK dilakukan di tiga kabupaten yakni Pekanbaru, Dumai dan Tembilahan. Dengan deflasi yang dialami Pekanbaru sebesar 1,2 persen, Dumai sebesar 0,64 persen dan Tembilahan 0,36 persen.

Sedangkan secara nasional, Kepala BPS Suryamin menjelaskan deflasi kali ini tertinggi sejak tahun 2000, yakni sebesar 0,45 persen. Deflasi juga terjadi pada kelompok pengeluaran yang didorong pada penurunan tarif dasar listrik (TDL), dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami deflasi cukup besar sampai 1,6 persen.

Kelompok kesehatan pada April mengalami inflasi sebesar 0,01 persen. Sedangkan, tidak ada kenaikan harga maupun penurunan harga untuk kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga.

"Inflasi tahun kalender (Januari-April) sebesar 0,16 persen. Sementara inflasi tahun ke tahun sebesar 3,6 persen,” imbuh Suryamin.

Inflasi komponen inti tercatat sebesar 0,15 persen, dan inflasi komponen inti tahun ke tahun sebesar 3,41 persen. Dari 81 kota IHK,sebanyak 77 kota mengalami deflasi, sedangkan lima kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tarakan sebesar 0,45 persen.***