Dua dari Kawanan Gajah Berjalan Pincang

Dua dari Kawanan Gajah Berjalan Pincang

SUNGAI MANDAU (riaumandiri.co)-Dari 15 ekor gajah yang berkeliaran di Kampung Olak, Kecamatan Sungai Mandau, dua ekor di antaranya jalannya pincang, tampak kaki belakang diseret dan tubuh binatang ini tidak seimbang. Kondisi diketahui sat Haluan Riau mengambil dokumentasi keberadaan binatang dilindungi itu di perkebunan karet warga, sekitar 100 meter dari jalan raya lintas Siak-Sungai Mandau, Rabu (23/3).


Belum diketahui pasti apa penyebab gajah tersebut bisa pincang, dari kasat mata tidak ada bekas goresan pada kulit binatang itu. Selain itu, rombongan gajah juga sudah berpisah, mereka membentuk rombongan kecil, terpantau 3 gajah jalan bersama sementara rombongan lain berada di posisi berbeda.

Pawang Gajah dari BKSDA Riau yang ikut turun kelapangan menghalau gajah dengan masyarakat membenarkan gajah tersebut pincang.

"Kami bingung mau di halau lewat mana, soalnya kita tidak tau mana jalan masukknya. Kemaren kami sudah berhasil menghalau sampai ke areal perkebunan PT SIR, namun rombongan gajah ini balik lagi, karena daerah itu bukan jalannya saat masuk. Gajah ini mau Pulang ke Habitatnya kalau kita halau ke jalan pertam ia masuk kampung," kata Tutur.

Meski merasa terganggu dengan kehadiran gajah, namun masyarakat juga turut prihatin dengan kondisi gajah yang pincang itu. Jika dibiarkan tanpa pertolongan, khawatirnya satu-persatu gajah bisa musnah karena tidak sanggup bertahan di lingkungan pemukiman warga.

"Bak makan buah simalakama kita bang, dibiarkan merusak kebun, mata pencarian warga tergangu, masyarakat tidak bisa beraktifitas. Kalau terus di usir gajah lari dan terpisah dari rombongan, kita juga kasian melihat gajah yang pincang," kata warga setempat, Yanto yang juga ikut ke lapangan mengusir Gajah.

Camat Sungai Mandau Irwan Kurniawan saat ditemui di ruang kerjanya mengaku terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mengatasi kehadiran binatang bertubuh tambun itu.

"Kami sudah koordinasi dengan BKSDA, bagaimana agar gajah ini diindahkan. Namun pihak BKSDA menyebutkan pemindahan gajah prosedurnya panjang, harus seizin kementrian. Selain itu biayanya mahal, untuk pemindahan ke pusat pelatihan Gajah di Minas, satu ekor Gajah butuh Dana Rp35 juta, sementara anggarannya tidak ada," terang Irwan Kurniawan.

Selain itu, Irwan Kurniawan mengaku, sudah melakukan koordinasi dan meminta dengan perusahaan yang menguasai HPH-HTI dan HGU di wilayah Kecamatan Sungai Mandau. Camat meminta kepada perusahaan untuk menyerahkan peta lintasan gajah, sehingga pemerintah bisa mudah memberikan arahan pada masyarakat.

Kedua, Irwan Kurniawan mengusulkan agar Perusahan melepaskan beberapa persen lahannya yang dekat lintasan gajah untuk dijadikan lahan tanaman pangan gajah.

Kepala BKSDA Riau, Sektor Siak Supartono mengaku pihaknya sudah menurunkan tim untuk membantu masyarakat menghalau gajah, didatangkan dua ekor gajah jinak untuk memancing dan menggiring gajah liar itu.

Dikatakan Supartono, Gajah liar itu masuk ke pemukiman warga karena habitatnya sudah habis, ia menilai perusahaan yang beroprasi di wilayah Sungai Mandau harus bertangungjawab, karena habitat gajah ada di HPH-HTI beberapa perusahaan itu. Ia sepakat dengan usulan yang disampaikan oleh Irwan Kurniawan, Perusahan harus merelakan lahanya untuk tanaman pakan gajah.
Cepat Diatasi

Menanggapi kejadian ini yang terus terulang, Ketua Komisi II DPRD Siak Syamsurizal angkat bicara, ia mengatakan ini masalah serius yang harus cepat diatasi. Banyak pihak yang mengkecam tindakan manusia yang mengganggu masyarakat, sementara tidak ada pihak yang memperhatikan kerugian masyarakat saat diganggu gajah.

"Sepertinya gajah lebih mahal dari nyawa manusia, kalau gajah mati hebohnya mengguncang dunia, namun kalau manusia mati terinjak gajah tidak seheboh itu. Beberapa bulan lalu sudah ada punggung warga yang patah karena terinjak gajah, kami tidak mau hal ini terulang kembali," kata Syamsurizal.(lam)