Karhutla Terus Mengganas
BENGKALIS (riaumandiri.co)-Hingga Minggu (13/3), kebakaran hutan dan lahan masih terus mengganas di Kabupaten Bengkalis dan Meranti. Di dua kabupaten ini, api bahkan telah mulai melalap kebun milik warga.
Dari Jakarta, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang telah berlangsung di Riau saat ini, sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena kuat dugaan,
Karhutla musibah itu terjadi karena disengaja alias sengaja dibakar.
Di Kabupaten Bengkalis, sejumlah daerah terus dikepung Karhutla. Pada Minggu kemarin, petugas pemadam masih berjibaku memdamkan kebakaran yang melanda lahan di Teluk Lancar, Kecamatan Bantan, yang telah berlangsung sejak Kamis lalu.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah-Pemadam Kebakaran (BPBD-Damkar) Bengkalis, melalui Kabid Damkar Suiswantoro, api masih terus mengganas di kawasan itu. Sejauh ini, api telah menghanguskan sekitar lima hektare kebun kepala milik warga Muntai.
“Kebakaran sudah terjadi sejak Kamis (9/3) lalu, Regdam Kecamatan Bantan dibantu personil Polsek Bantan dan masyarakat masih berjibaku memadamkan api. Namun dikarenakan cuaca cukup panas ditambah hembusan angin cukup kencang, kebakaran sulit dipadamkan. Sampai hari ini,kawan-kawan di Bantan masih berusaha memadamkan api,” ungkapnya.
Api diperkirakan berasal dari arah laut (bibir pantai) lalu merambat ke darat dan melalap perkebunan kelapa milik warga. Kondisi di lapangan, selain akibat hembusan angin dan cuaca terik, petugas juga kesulitan mendapatkan sumber air untuk melakukan pemadaman.
“Jadi kawan-kawan di lapangan memanafaatkan air laut saat pasang, juga dari air parit yang tidakseberapa banyak,” sebutnya.
Sementara itu, Karhutla yang terjadi di Desa Teluk Lancar sejak beberapa waktu lalu, saat ini telah dipadamkam 100 persen. Sama saja, di lokasi ini pun petugas kesulitan mendapatkan sumber air. "Jadi kawan-kawan di lapangan mencoba solusi lain seperti membuat sekat di beberapa titik, sehingga api tidak meluas," terangnya lagi.
Sedangkan Karhutla di Dusun Parit Lapis Kembung Luar, saat ini juga kembali menyala. Meskipun beberapa hari lalu, api telah dipadamkan. Saat ini, api mengarah ke Dusun Buyung. “Saya dapat informasi kawan-kawan di Kembung Luar juga berjibaku melakukan pemadaman,” ujar Suis lagi.
Ia mengakui, Karhutla di lahan gambut memang sulit dipadamkan. Apalagi kalau api sudah membakar ke dalam tanah. ”Kalau tidak digali atau disiram hujan deras, biasanya api akan kembali menyala walau sebelumnya terlihat sudah berhasil kita padamkan,” terangnya.
Sedangkan Karhutla di Desa Bantan Air, setidaknya telah membuat dua hektare kebun sawit warga ludes terbakar. Kebun tersebut posisinya berdampinngan dengan kantor desa. “Kebakaran hampir melahap kantor desa, tapi bisa dicegah,” tambahnya lagi.
Kesulitan Air.
Susahnya mendapatkan sumber air untuk memadamkan Karhutla, juga dirasakan petugas pemadam di Kabupaten Merant. Sama halnya dengan Bengkalis, Karhutla di Meranti juga terjadi di sejumlah kawasan. Di antaranya di Desa Mekar Sari, Kecamatan Merbau. Di lokasi ini, lahan yang terbakar paling sedikit mencapai 100 hektare. Begitu pula di Desa Penyagun, Tanjung Kedabu dan terakhir di Dusun Mulau Desa Sungai Cina Kecamatan Rangsang Barat.
Kepala BPBD Meranti, M Edi Afrizal mengakui, Karhutla yang terjadi di Meranti terjadi hampir bersamaan di beberapa titik. Edi juga mengakui petugas di lapangan kesulitan mendapatkan sumber air untuk pemadaman. Namun Edi mengaku, hingga saat ini pihaknya belum bisa memastikan, apa penyebab Karhutla tersebut.
Sedangkan Danramil 02 Tebing Tinggi, Mayor (Arh) Bismi Tambunan SE, mengatakan, hingga saat ini pihaknya bersama masyarakat dan pihak perusahaan, yakni PT SRL, masih berjibaku memadamkan api di Desa Tanjung Kedabu. "Kita masih berupaya memadamkan api, di sini sulit mendapatkan air," ujarnya.
Sedangkan Kepala Desa Sungai Cina, Muhamad Nasir, juga mengakui di daerahnya masih terjadi Karhutla hingga Minggu sore kemarin. Sejauh ini, tambahnya, upaya pemadaman masih terus berlanjut.
Dibakar
Dari Jakarta, Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, memastikan kebanyakan Karhutla yang terjadi di Riau adalah disengaja, alias dibakar. Hingga Minggu kemarin, Satelit Modis Sensor Terra Aqua mencatat ada 45 titik api yang ada di Riau.
Menurut Sutopo, titik api tersebut tersebar di beberapa daerah seperti Bengkalis, Meranti, Indragiri Hilir, Siak dan lainnya. "Penyebab karhutla tetap sama, yaitu akibat kecerobohan dan pembakaran. Artinya sengaja dibakar," katanya.
Sutopo menyesalkan temuan itu. Menurutnya, titik panas yang menandai adanya karhutla itu terbukti tidak hanya merusak hutan dan lahan. "Orang utan, satwa langka yang dilindungi pun ikut terbakar," tuturnya.
Secara rinci, Sutopo mengatakan, titik panas yang tersebar di Riau berada Bengkalis (16), Indragiri Hulu (2), Kepulauwan Meranti (20), Pelalawan (4), Rokan Hilir (1) dan Siak (2).
"Kondisi cuaca di Riau kering. Wilayah di Riau saat ini memasuki kemarau periode pertama hingga April mendatang," sebutnya.
Kemarau yang terjadi pada periode kedua yang menyongsong pada Juli hingga September diprediksinya akan lebih kering daripada periode pertama. "Kondisi air sumur dan air permukaan sudah mulai menipis sehingga menyulitkan petugas saat memadamkan api," kata Sutopo.
Tersangka Diamankan
Sementara itu, Kapolres Indragiri Hulu, AKBP Ari Wibowo, mengungkapkan pihaknya telah mengamankan seorang tersangka Karhutla. Yang bersangkutan berinisial Her (37) warga Desa Kuantan Tenang Kecamatan Rakit Kulim.
Dikatakan, tersangka diamankan saat Kapolsek Kelayang, AKP Zaidir bersama anggotanya sedang melaksanakan patroli dan pembuatan embung di kebun sawit PT Sinar Reksa Kencana (PT SRK). Ketika itu, petugas melihat ada lahan terbakar yang lokasinya tidak begitu jauh dari batas areal perusahaan.
Setelah api dipadamkan, petugas pun mengusut sehingga akhirnya mendapatkan indikasi, bahwa kebakaran itu akibat aksi Her, yang juga pemilik lahan di kawasan itu. "Tersangka beserta barang bukti dibawa ke Polsek kelayang untuk diproses penyidikan lebih lanjut,” ujarnya.
Sebelumnya, tanggal 22 Februari 2016 lalu, Polres Inhu terlebih dahulu mengamankan empat warga warga Rawa Bangun Kecamatan Kuala Cenaku. Mereka adalah Kar, Nu dan Sug. Selain itu, petugas juga mengamankan Ya (40) yang tak lain adalah pemilik lahan. (man, jos, rez, rtc)