Dewan Pertanyakan Program Pemprov

Angka Kemiskinan di Riau Meningkatx

Angka Kemiskinan di Riau Meningkatx

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Angka kemiskinan di Provinsi Riau pada tahun 2015, tercatat mencapai 531,39 ribu jiwa. Hal ini cukup mengejutkan, karena mengalami peningkatan dari tahun 2014, yang ketika itu tercatat sebanyak 499,89 ribu jiwa.

Tak ayal, kondisi ini mendapat sorotan dari DPRD Riau. Khususnya terkait salah satu program kerja Pemprov Riau Angka yang pengentasan kemiskinan. Dewan mempertanyakan sejauh mana program itu bisa dijalankan. Karena melihat dari data tersebut, jumlah angka kemiskinan di Riau malah melonjak dibanding tahun sebelumnya.

Kondisi ini dinilai semakin ironis, mengingat Riau memiliki dana APBD yang melimpah, mencapai Rp11 triliun. Dengan anggaran sebesar itu, seharusnya Pemprov Riau memiliki program yang menyentuh langsung kepentingan masyarakat banyak, khususnya dalam pengentasan kemiskinan.

"Gambaran yang kita dapatkan, tentunya, ini sangat kita sayangkan. Kita juga jadi memppertanyakan apa saja kerja pemprov Riau untuk pengentasan kemiskinan selama ini," ungkap anggota Komisi E DPRD Riau, Ade Hartati Rahmat, Jumat (11/3).

Kendati demikian, Ketua Fraksi PAN DPRD ini juga mengakui, kondisi ekonomi saat ini, memang mengalami penurunan, sehingga diduga ikut menjadi penyebab turunnya perekonomian masyarakat Riau.

Apalagi, harga sawit maupun karet  menjadi sumber pendapatan sebagian besar petani masyarakat Riau jauh merosot dan harganya mengalami penurunan. "Pemerintah harus mencarikan solusi dan kita tidak ingin angka masyarakat miskin di Riau jangan sampai bertambah lagi," ujar Ade.

Beli Beras Susah
Payahnya kondisi ekonomi masyarakat Riau saat ini, setidaknya bisa tergambar dari apa yang dialami para petani karet tradisional di Kabupaten Rokan Hulu. Karena harga karet yang menurun drastis, mereka jadi kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Pasalnya, harga satu kilogram getah saat ini, tidak lagi bisa untuk membeli beras, meski pun hanya setengah kilo.

Menurut Partono, salah seorang petani karet di Desa Rambah Muda, Kecamatan Rambah Hilir, sejak harga karet anjlok, ekonomi keluarganya benar-benar terancam. Jangankan untuk membeli kebutuhan sandang, dengan harga karet yang hanya Rp4 ribu per kilo, sudah tak cukup untuk membeli setengah kilo beras.

"Apalagi untuk membeli keperluan lain. Harga satu kilo karet hanya Rp4 ribu. Sedangkan harga beras sekarang paling murah Rp12 ribu per kg," ujarnya.

Partono mengakui biasanya dalam satu pekan, ia bisa mendapatkan 100 kilogram karet dari kebunnya seluas satu hektare. Sejak harga karet anjlok, dalam sepekan ia hanya bisa menerima Rp400 ribu.
"Itu belum bersih saya terima, sebab ada potongan-potongan lain," katanya.

Partono mengharapkan pemerintah segera mencari solusi agar harga karet naik seperti sebelumnya. Sehingga, ekonomi petani karet kembali pulih. (rud, rtc)