150 Perusahaan Minyak dan Gas Terancam Bangkrut

150 Perusahaan Minyak dan Gas Terancam Bangkrut

TOKYO (riaumandiri.co)-Sebanyak 150 perusahaan minyak dan gas terancam bangkrut, menurut konsultan energi IHS Inc. Penyebabnya, kenaikan suplai minyak mendorong penurunan harga minyak dunia.

Jumlah perusahaan yang terdampak pada penurunan harga minyak tersebut naik dua kali lipat dari 60 perusahaan yang sudah dinyatakan bangkrut tahun lalu. Demikian menurut Bob Fryklund, kepala analis di IHS, dalam sebuah wawancara.

Jika ada goncangan lebih lanjut, hal tersebut akan mendorong skema merger dan akuisisi pada perusahaan minyak dan gas ini. Sebelumnya, skema ini masih ditahan sebab pembeli dan penjual masih belum sepakat pada nilai aset.

Harga minyak turun 70 persen dalam dua tahun terakhir seiring peningkatan produksi minyak di Amerika Serikat (AS) serta di negara-negara produsen minyak dalam Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC).

Jika ada penambahan jumlah perusahaan minyak dan gas yang bangkrut, hal ini mengindikasikan harga energi tersebut sudah menyentuh level terendah. Kondisi ini bisa mendorong penjualan aset perusahaan minyak dan gas hingga 230 miliar dollar AS.

"Tidak akan ada yang membeli karena ada missmatch antar-ekspektasi," kata Fryklund dalam sebuah wawancara di Tokyo. "Kami perlu menutup jurang perbedaan tersebut, dan yang akan terjadi adalah sisa dari perusahaan yang bangkrut akan melanjutkan usaha," lanjutnya.

Lebih jauh lagi, menurut Fryklund, perusahaan yang berencana berinvestasi harus menunggu setidaknya selama enam bulan hingga harga minyak kembali naik dan mereka memiliki kepercayaan untuk pulih.

IHS menambahkan, rendahnya harga minyak juga mendorong efisiensi. Ongkos operasi per barrel turun sekitar 35 persen tahun lalu di Amerika Utara, dan turun 20 persen secara global.

IHS memperkirakan, produksi minyak Amerika Serikat bakal turun sekitar 600.000 barrel per hari tahun ini. Namun, pihak penambang akan meningkatkan produksi minyak lagi jika harga minyak menyentuh 45 dollar AS per barrel dalam enam bulan mendatang.