Harga Minyak turun

Kontraktor Evaluasi Blok Migas

Kontraktor Evaluasi Blok Migas
JAKARTA (riaumandiri.co)-Harga minyak yang terus anjlok membuat para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) terus melakukan efisiensi biaya dan evaluasi proyek blok migas.
 
Direktur Pembinaan Hulu Migas Kementerian ESDM, Djoko Siswanto mengatakan penurunan harga minyak dunia membuat perusahaan migas tidak mengajukan kontrak perpanjangan.
 
Seperti Chevron Indonesia Company (CICO) yang mengelola Production Sharing Contract (PSC) East Kalimantan (EKAL) tidak akan mengajukan perpanjangan PSC EKAL dan akan mengembalikan aset tersebut kepada Pemerintah Indonesia pada 24 Oktober 2018.
 
Begitu pun KKKS lain yang tengah mempertimbangkan untuk mencari mitra kerja agar bisa melakukan share down atau pengalihan hak partisipasi sebagian.
 
"Ada beberapa KKKS yang melakukan pengalihan interest sebagian. KKKS yang mau dijual sebagian seperti Conoco Phillips dan Santos di Natuna," kata Djoko, Senin (1/2) di Jakarta.
 
Hal serupa juga akan dilakukan operator migas plat merah. Direktur Hulu PT Pertamina (Persero), Syamsu Alam mengatakan, beberapa blok migas yang dikelola di wilayah yang sulit dijangkau, sehingga biaya dikeluarkan menjadi lebih tinggi. Dengan kondisi seperti itu, keekonomian yang didapat perseroan menjadi sangat tipis, bisa menjadi minus.
 
Sementara jika blok migas tidak dikelola, maka produksi blok tersebut akan hilang. Syamsu mencontohkan seperti Blok West Madura Offshore (WMO) dimana saat harga minyak US$ 30 per barel, Pertamina sempat mengevaluasi menutup blok migas tersebut.
 
"Saat harga di bawah US$ 30 per barel, kami sempat khawatir. Kalau shutdown 10.000 barel per hari (bph) hilang, kalau 10.000 bph hilang harus diganti dengan impor. Apa kita shut down lalu kami impor, ini yang masih kami bicarakan secara komprehensif," kata Syamsu.
 
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto menambahkan, penurunan harga minyak membuat Pertamina melakukan berbagai upaya efisiensi.
 
"Di aspek upstream kami bisa menurunkan cost. Jadi langkahnya pertama adalah cutting cost 30%. Kami sedang mencari potensinya. Sampai dengan akhir Jumat ini kami berhasil menemui indikasi sebesar 23%," jelas Dwi.(kci/dar)