Payung Sekaki Sumbang Kasus Terbanyak

42 Warga Pekanbaru Terserang DBD

42 Warga Pekanbaru Terserang DBD

PEKANBARU (HR)-Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Pekanbaru mengatakan, hingga minggu pertama Januari, sebanyak 42 orang masyarakat Kota Pekanbaru dari 12 kecamatan yang ada, menderita penyakit Demam Berdarah Dengue. Dari jumlah tersebut diketahui Payung Sekaki menjadi kecamatan penyumbang kasus terbanyak yakni delapan kasus.


Meningkatnya jumlah penderita penyakit DBD di Pekanbaru, karena faktor cuaca yang ekstrim dan selalu berubah-ubah dari hujan ke panas, begitu juga sebaliknya.
"Menyikapi itu, kita sudah lakukan program pengasapan (fogging) di wilayah- wilayah yang diketahui endemis DBD. Hingga minggu pertama bulan ini, dari 12 kecamatan, Payung Sekaki merupakan yang terbanyak menderita DBD yakni, ada delapan kasus," kata Gustiyanti SKM, M, Kes, Kepala Bidang Pengendalian Kesehatan Pekanbaru, Senin (11/1).
42 Warga

36 kasus DBD yang disebutkan kata Gustiyanti, merupakan jumlah total yang terjadi di seluruh kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru, untuk rinciannya adalah sebagai berikut. Kecamatan Sukajadi, kasus DBD berjumlah sebanyak 4 kasus, Senapelan 5, Pekanbaru kota 4, Rumbai Pesisir 6  dan Rumbai sebanyak 1 kasus DBD.
Selanjutnya untuk Kecamatan Limapuluh telah terjadi sebanyak 2 kasus DBD, Sail, nihil, Bukit Raya, 1 kasus, Marpoyan Damai, 3 kasus, Tenayan Raya, 1 kasus, Tampan, 7 kasus dan terakhir Kecamatan Payung Sekaki terbanyak yakni, 8 kasus. Dengan demkian Gustiyanti menyebut, pihaknya akan melakukan tindakan pencegahan dilapangan dengan program fogging dan lainnya.
"Peran masyarakat juga sangat diharapkan dalam hal ini, seperti dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yang dilakukan atas kesadaran. Sehingga anggota keluarga dan keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat, seperti gotong royong membersihkan lingkungan setempat," katanya lagi.
Selain itu bagi masyarakat yang teridentifikasi terjangkit DBD, Dia berharap agar segera memeriksakan dan mengobatinya ke Puskesmas terdekat, artinya jangan dibiarkan penyakit itu hingga berlarut-larut.
"Jika ada indikasi terjangkit penyakit DBD, segera periksakan dan cek ke Puskesmas, jangan dibiarkan berlarut-larut yang nantinya malah menjadi masalah. Kami dari Diskes juga akan menurunkan tim ke lapangan untuk melakukan program fogging, mudah- mudahan program ini bisa membasmi sarang nyamuk dan perkembangbiakannya," katanya.
Terkait persoalan karena disebut sebagai kecamatan penyumbang terbanyak kasus DBD, Zarman Candra saat dikonfirmasi membenarkannya, dan menjelaskan dikecamatan yang Ia pimpin terdapat dua kelurahan dengan jumlah kasus DBD terbanyak."Iya, benar, ada dua kelurahan yang endemis DBD yakni Tampan dan Labuh Baru Timur," ujarnya.
Cegah dengan 3M Plus
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Andra Sjafril, mengatakan fogging bukan satu-satunya solusi penanggulangan penyakit DBD yang saat ini mulai meningkat di Provinsi Riau.
Untuk mengantisipasi berkembangnya virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegipty ini, ia mengharapkan peran seluruh lapisan masyarakat dari tingkat bupati walikota, camat hingga kelurahan, RT dan RW untuk menggerakkan masyarakat gotong royong massal dalam pemberantasan sarang nyamuk.
"Penyebab utama masih berjangkitnya kasus BDB ini adalah kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat yang saat ini masih kurang, padahal penyakit ini dapat dicegah dengan dengan cara 3M plus. Kalau Foging iti ada aturannya, jika bisa foging tidak dilakukan jika tidak ada warga yang terkena DBD," ungkapnya.
Dijelaskan Andra, banyak perdebatan maupun keluhan masyarakat mengenai keterlambatan fogging. Sebagian menganggap Dinas Kesehatan terkesan lambat dalam penanganan DBD.
Menyikapi hal ini Kadiskes menjelaskan bahwa perlu atau tidaknya dilakukan fogging berdasarkan hasil Penyelidikan Epidemiologi (PE) yang dilakukan Dinkes Kabupaten/Kota apabila ditemukan pada radius 100 meter.
Foging bisa dilakukan jika ada 3 orang atau lebih pasien demam tinggi tanpa sebab atau 2,  1 orang lagi tengah dirawat di rumah sakit.  Selanjutnya di 5 rumah air bersihnya terdapat jentik nyamuk. Fogging ini dilakukan sebanyak 2 siklus dengan jarak 2 minggu dari fogging pertama.
"Jadi alasannya adalah, fogging pertama memberantas nyamuk dewasa dan dilakukan fogging lagi setelah dua minggu untuk memberantas nyamuk dewasa baru yang berasal dari jentik pada siklus sebelumnya. Dengan demikian, virus dengue dianggap sudah musnah," jelas Andra.
Ditambahkan Andra, alternatif lainnya penanggulangan untuk BDB adalah dengan melakukan larvasida dengan memberikan abate pada air-air bersih tempat perindukan nyamuk.
"Tentu saja yang paling utama dari semua itu yang perlu dilakukan adalah Penyuluhan Kesehatan untuk mengedukasi masyarakat untuk dapat merubah perilaku menjadi bersih dan sehat," ungkapnya.(her/nur)