Warga Rusia Turun ke Jalan Tolak Pemblokiran Roblox
Riaumandiri.co - Puluhan warga di kota Tomsk, Siberia, Rusia, menggelar aksi unjuk rasa pada Minggu (14/12) waktu setempat. Aksi ini dilakukan untuk menentang kebijakan pemerintah Rusia yang memblokir platform gim daring Roblox.
Unjuk rasa tersebut mencerminkan kekecewaan masyarakat terhadap meningkatnya praktik penyensoran digital di Rusia. Sejak perang berlangsung, pembatasan akses terhadap berbagai aplikasi dan platform digital semakin sering terjadi.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Rusia telah menutup atau membatasi akses ke berbagai platform media sosial global. Aplikasi seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, Snapchat, hingga YouTube menjadi target pembatasan.
Di saat yang sama, negara juga memperkuat distribusi narasi yang sejalan dengan kepentingan pemerintah. Penyebaran informasi tersebut dilakukan melalui jaringan media sosial dalam negeri serta media konvensional Rusia.
Pemblokiran Roblox secara resmi diumumkan oleh lembaga pengawas komunikasi Rusia, Roskomnadzor, pada 3 Desember lalu. Pemerintah menilai platform gim asal Amerika Serikat itu memuat konten yang tidak pantas.
Selain itu, Roblox dianggap berpotensi memberikan dampak negatif terhadap perkembangan moral anak-anak. Alasan inilah yang dijadikan dasar utama keputusan pemblokiran.
Meski berjarak sekitar 2.900 kilometer dari Moskow, kota Tomsk justru menjadi simbol perlawanan warga. Puluhan demonstran berkumpul di Taman Vladimir Vysotsky untuk menyuarakan penolakan mereka.
Para peserta aksi membawa poster yang berisi dukungan terhadap Roblox serta kritik terhadap kebijakan negara. Aksi tersebut berlangsung di tengah suhu dingin dan salju yang menutupi area taman.
“Jangan sentuh Roblox,” ujar salah satu tulisan dalam poster yang dibawa para pendemo.
“Roblox adalah korban Tirai Besi digital,” sebut poster lainnya.
Ada pula poster bernada sindiran terhadap pemerintah yang berbunyi, “Larangan dan pemblokiran adalah satu-satunya yang dapat Anda lakukan.” Foto-foto dari penyelenggara aksi menunjukkan sekitar 25 orang berdiri melingkar sambil memegang plakat.
Larangan terhadap Roblox memicu perdebatan luas di Rusia. Isu yang dibahas tidak hanya soal sensor negara, tetapi juga menyangkut keselamatan anak di era teknologi digital.
Selain itu, masyarakat mempertanyakan efektivitas pemblokiran aplikasi. Banyak warga menilai larangan tersebut mudah dilewati hanya dengan menggunakan VPN atau jaringan privat virtual.
Sejumlah anak muda Rusia mempertanyakan logika kebijakan tersebut. Mereka menilai pemblokiran menjadi tidak relevan jika dapat ditembus dengan beberapa klik saja.
Di sisi lain, muncul kritik mengenai minimnya alternatif aplikasi buatan Rusia. Banyak pihak mempertanyakan mengapa negara belum mampu menyediakan platform lokal pengganti aplikasi global yang diblokir.
Namun, tidak semua pihak menolak kebijakan tersebut. Beberapa orang tua dan guru menyampaikan kekhawatiran mereka terhadap Roblox.
Mereka menilai platform tersebut memungkinkan anak-anak mengakses konten seksual. Selain itu, terdapat kekhawatiran mengenai potensi komunikasi antara anak-anak dengan orang dewasa yang tidak dikenal.
Roblox sendiri berkantor pusat di San Mateo, California, Amerika Serikat. Platform ini juga pernah diblokir di sejumlah negara lain seperti Irak dan Turki.
Pemblokiran di negara-negara tersebut dilakukan karena kekhawatiran bahwa predator daring dapat memanfaatkan platform untuk melecehkan anak-anak.
Pihak Roblox belum memberikan tanggapan langsung atas permintaan komentar terkait pemblokiran di Rusia. Namun sebelumnya, perusahaan menegaskan komitmen mereka terhadap keselamatan pengguna.
Roblox menyatakan menyediakan sistem perlindungan bawaan yang ketat untuk menjaga keamanan para pemain, khususnya anak-anak.
Sementara itu, pejabat Rusia menyatakan bahwa sensor diperlukan sebagai bentuk pertahanan. Mereka mengklaim negara tengah menghadapi “perang informasi” yang canggih dari negara-negara Barat.
Pemerintah Rusia juga menilai pembatasan digital penting untuk melindungi nilai-nilai tradisional Rusia. Budaya Barat disebut sebagai ancaman yang dianggap merusak tatanan moral masyarakat.(MG/FAI)