Saat Warga Rohil Menutup Paksa

Pemilik Kafe Beberkan Oknum yang Mendapat Setoran

Pemilik Kafe Beberkan Oknum yang Mendapat Setoran

BAGANSIAPIAPI (HR)-Puluhan orang mengatasnamakan warga Desa Pematang Botam, Kecamatan Rimba Melintang, melakukan aksi penyegelan kafe yang beroperasi di wilayah itu, Sabtu (26/12) malam. Karena aksi mereka tidak mengantongi izin, sempat terjadi perang mulut antara pemilik kafe dengan warga.

Kedatangan massa yang tak diundang ke kafe yang menyuguhkan hiburan karaoke, sempat membuat pengunjung merasa terganggu, sehingga mereka ikut ikutan menuding warga melakukan sweeping tanpa alasan yang jelas.

"Kemaren kan sudah dikasih tahu supaya seluruh kafe di wilayah ini ditutup. Malah surat itu sudah kita tembuskan ke camat dan Polsek setempat," kata Sekdes Pematang Botam, Khairi Bizar, di antara kerumunan warga.

Mendapat tekanan dari Sekdes, pemilik kafe bernama Ani, lantas jadi emosi. Dia menuding aparat desa tidak mempertimbangkan kondisi ekonomi dan pekerjanya yang bekerja hanya mencari sesuap nasi. "Kalian jangan sembarang mengusir kami. Kami ini warga pribumi. Kami berhak mencari nafkah di sini," cetusnya.

Mendengar celoteh Ani, wargapun mengomel-ngomel dan menjawab kesal. "Kalau buka kafe di kampung anda saja. Jangan di sini," sahut salah seorang warga.

Atan, salah satu pemilik kafe ikut juga berkomentar. "Kami mau saja tutup. Tapi harus tutup seluruh tempat hiburan di Rokan Hilir. Jangan tebang pilih. Saya minta Kapolres tutup semua tempat hiburan," tandasnya.

Tak terima dengan tekanan warga, pemilik kafe mengancam akan membongkar siapa saja yang mendapat setoran serta warga yang sering ke kafenya. "Bongkar saja! Bongkar saja siapa orangnya!" teriak warga bersamaan. Karena didesak terus, Ani kemudian menunjuk satu persatu warga yang sering joget di kafenya dan malah jarang bayar.

Warga yang merasa ditunjuk satu persatu langsung mundur. Karena penyelesaian tidak tuntas, warga menelepon Kapolsek Rimba Melintang, Ipda Zulhainan, untuk datang ke lokasi kejadian.

Setibanya di TKP, terjadi dialog antara pemilik kafe dengan Zulhainan. Dia juga merasa terkejut karena dari pengakuan pemilik kafe, ada anggotanya mendapat setoran dari mereka.
"Kami sudah membayar sama anggota Bapak sebesar Rp 200 ribu. Kami bayar perbulan. Sudah jalan setahun. Jangan telat sikit. Kami bisa kena bentak," cetus Ani yang diamini pemilik kafe lainnya.

Mendengar pengakuan mereka, sontak membuat wajah Kapolsek merah padam karena kesaksian mereka disaksikan oleh warga. "Saya tidak pernah menyuruh anggota saya meminta setoran. Berapa kali saya razia dan minum disini pun saya tak mau. Saya bukan sok suci dan saya tidak menerima sepersenpun," kata Zulhainan bernada tinggi dan dengan nafas naik turun.

Saat itu juga, Zulhainan keluar dari kerumunan warga dan menelpon seseorang untuk mengetahui siapa saja yang terlibat mengambil setoran. Karena persoalan itu menyangkut institusinya, Kapolsek lalu membubarkan warga serta meminta pemilik kafe untuk menutup tempat hiburannya.

Sebelum pulang, seluruh anggota Polsek memberikan pengarahan kepada sejumlah pemilik kafe serta karyawannya untuk menghentikan operasi sementara.(grc/hen)