Menuju Swasembada Pangan

Suyatno Berhasil Tingkatkan Sektor Pertanian Rohil

Suyatno Berhasil Tingkatkan Sektor Pertanian Rohil
Program ketahanan pangan di masa kepemimpinan Bupati Rohil  Suyatno terus mengukir prestasi dengan keberhasilannnya membina berbagai kelompok tani dalam memacu peningkatan sektor pertanian hingga pencapaian swasembada pangan. Penerapan program ini dinilai berhasil dengan meningkatnya taraf kehidupan masyarakat petani. Melalui sektor Pertanian turut dan terus mengukir prestasi di tingkat nasional. Penilaian itu, yakni meliputi pengelolaan serta pembinaan terhadap kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan sampai dengan bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani melalui program-programyang diterapkan.
 
Tentunya kepemimpinan Suyatno dalam menciptakan kehidupan masyarakat tani yang lebih baik sudah terbukti. Buktinya, sejumlah prestasi telah banyak yang berhasil diukir oleh petani Rohil di tingkat nasional. Sejak tahun 2006 lalu, sampai saat ini. Kelompok Tani Moro Seneng di Muktijaya, Kecamatan Rimbamelintang meraih prestasi nasional dalam pengelolaan Tata Air Mikro (TAM). Kemudian, tahun 2007 lalu giliran Kelompok Tani Sumber Harapan Muktijaya, Kecamatan Rimbamelintang meraih prestasi nasional dalam Pengelolaan TAM. Masih di tahun sama, Kelompok Tani Kedele Rokanbaru, Kecamatan Pekaitan meraih prestasi ketahanan pangan tingkat nasional. Selanjutnya, tahun 2010 giliran Kelompok Mikro Tani Pedamaran, Kecamatan
Pekaitan meraih prestasi nasional di bidang pengelolaan TAM.  "Kalau tahun 2011 ini, adalah Gapoktan Muktijaya Kecamatan Rimbamelintang yang meraih prestasi nasional dalam pengelolaan Gapoktan sekaligus penyuluh swadaya Kepenghuluan Paritaman juga meraih prestasi nasional. Tahun ini 2015 ini, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Muktijaya, KecamatanRimbamelintang, kembali mengukir prestasi secara gemilang. Gapoktan di bawah binaan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Rohil telah diundang  ke Istana Jakarta untuk menerima penghargaan tingkat
nasional sebagai Gapoktan berprestasi. Untuk mencapai dan meraih penghargaan berprestasi sampai tingkat nasional ini, banyak seleksi dan tahapan yang harus dilewati oleh Gapoktan Muktijaya. Yakni melalui seleksi tingkat kabupaten dan Provinsi Riau hingga sampai ke tingkat nasional. Malahan, tim dari kabupaten dan provinsi serta pusat untuk ke lapangan untuk melakukan penilaian.
 
Penilaian itu, yakni peliputi pengelolaan serta pembinaan terhadap kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan sampai dengan bagaimana meningkatkan kesejahteraan petani melalui program-program yang diterapkan. Sebagaimana yang kita ketahui, kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Mukti Jaya cukup banyak. Yakni 10 kelompok tani, 4 kelompok pembudidaya perikanan, 2 kelompok peternak, 2 kelompok wanita tani dan 4  kelompok Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Dengan diundangnya Gapoktan Muktijaya ke Istana negara itu setidaknya dapat memotivasi bagi petani untuk meningkatkan  usaha taninya. Kearifan Suyatno sebagai pemimpin Rohil sudah tak diragukan lagi, berbagai sektor sudah terbukti menuai prestasi sebagaimana diketahui baik itu dari kabar mulut maupun dari media massa.
 
Sebagaimana program nasional yang digalakkan Presiden RI Jokowidodo terkait ketahanan pangan nasional sangat dipandang perlu demikian itu juga Rohil turut menempati posisi penting di sana. Bahkan saat ini Pemerintah Kabupaten Rohil tengah menggalakkan kegiatan program tersebut. Pemerintah Kabupaten Rohil bertekad swasembada pangan tahun 2017 mendatang. Keberhasilan itu diyakini dapat dicapai bekerjasama dengan Pemda, TNI dan kelompok tani. Diketahui juga dahulu ketika masih bergabung dengan Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan Hilir merupakan lumbung padi terbesar di Provinsi Riau. Namun, kini produksi padi menurun lantara banyaknya alih fungsi lahan.
 
Untuk mengembalikan kejayaan masa lalu dalam program peningkatan ketahanan pangan nasional, pemerintah daerah bergandeng tangan bersama TNI-AD dan kelompok tani untuk mengatasi persoalan ini nantinya. Hasilnya dapat dirasakan dalam tiga tahun kedepan, sektor pertanian di Kabupaten Rohil dapat meningkat pesat dan berkembang sebagai salah satu daerah penghasil lumbung padi terbesar di Provinsi Riau. Sebagaimana yang diintruksikan Priseden RI Joko Widodo, Indonesia harus menjadi daerah swasembada pangan. Dari pada itu, pemerintah daerah bersama DPRD berupaya memajukan sektor pertanian, jagung dan kedelai dalam tiga tahun kedepan. Terpenting, menurut Bupati, Kabupaten Rohil harus menjadi yang terbaik dalam bidang pertanian dan palawija
Terbukti, Kabupaten Rohil masih yang terbaik kedelainya. Daerah Darusalam daerahnya sangat potensi untuk tanaman kedelai dan jagung, harapan tersebut agar bisa tetap dipertahankan. Targetnya, Indonesia harus menjadi daerah swasemnda pangan 2017. Selanjutnya, Dandim 0303 Bengkalis mengatakan, dalam mewujudkan kegiatan swasembada pangan, TNI selalu siap menjadi pendamping, sesuai UUD 45, UU TNI 34 thn 2004, MoU Kementrian Pertanian dan Perikanan bersama Panglima TNI. Jika Indonesia tidak dapat melaksanakan program swasembada pangan, dipastikan dapat terjadi krisis pangan kedepanya. Karena, sekarang ini sudah terjadi perang energi pangan dan air.
 
Bahwa sangat ironis jika negara Indonesia yang diberikan kekayaan energi alam yang besar tetapi tidak dapat dimanfaatkan dengan baik dan benar. Mudah-mudahan kehadiran TNI sebagai pendamping dapat menjadi pengugah penyuluh pertanian. Intinya kegiatan ini yakni mensinegrikan program swasembada pangan. Mudah-mudahan kehadiran TNI dapat menjadi motivasi ditengah masyarakat kelompok tani. dan berharap kegiatan ini dapat sukses hingga tahun 2017, mendatang, dan bisa swasembada pangan. Rokan Hilir sepuluh tahun lalu memiliki areal tanaman pertanian seluas 43 ribu hektare, seiring berjalanya waktu terjadi alih fungsi lahan dan kini hanya tinggal 32 ribu hektare. Menindaklanjuti rencana pengembangan areal pertanian,Dinas Pertanian dan Peternakan melakukan pengukuran tahun 2013, hasilnya lahan pertanian hanya tinggal 12.709 hektare. Tahun 2014, sasaran tanam setahun 12 ribu hekate, namun realisasi 14 ribu hetare. Rencana untuk pengembabgan jaringan jaringan tresier 3 ribu hektare untuk tahun 2015.
 
Tiga Kali Setahun
Di Rimbo Melintang bisa tanam 3 kali setahun. Artinya, Indeks Pertanaman 300. Kemudian di Rimbo Melintang memiliki pompanisasi untuk mengatur irigasi air. Kabaupaten Rohil sendiri memiliki areal 141 hektare yang masih berstatus Quo dan terkendala tidak bisa diolah menjadi tambahan areal pertanian. Sedangkan laju pertumbuhan dalam kurun waktu tahun 2009-2013 terjadi alih fungsi lahan. Persoalanya, sebanyak 9.458 hektar terjadi alih fungsi lahan dengan rata 47 ribu hektare. Jumlah kerusakan infrastruktur  saluran irigasi daerah sepanjang 1.983,15 kilometer dan daerah rawa 4 kilometer lebih. Dengan perhitungan 82 61 persen, dan daerah rawa 78,29 persen Produktivitas rendah, kualitas SDM petani rendah dalam penerapan teknologi dan manajemen, serta Kelembagaan penunjang belum berjalan optimal dan akselibilitas petani terhadap modal lemah.
 
Ketahanan pangan adalah kondisi dimana kebutuhan pangan bagi seluruh masyarakat dapat terpenuhi baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Pentingnya persoalan pangan bagi masyarakat Rohil tidak perlu dipertanyakan kembali. Sehingga setiap pemimpin Rohil dituntut untuk memiliki solusi yang efektif untuk menangani persoalan-persoalan pangan yang dialami didaerah. Hal ini juga dialami Bupati Rohil Suyatno. Pada awal masa jabatannya sejak menggantikan Annas Maamun, ia telah berjanji kepada masyarakat agar Rohil dapat mencapai kedaulatan pangan, yaitu ketahanan pangan melalui produksi lokal/petani daerah. Suyatno berharap, agar kedaulatan pangan ini dapat tercapai melalui empat program utamanya, yaitu, pengendalian impor pangan, penanggulangan kemiskinan petani dan regenerasi petani, implementasi reformasi agraria, pembangunan agribisnis kerakyatan.
 
Tetapi akankah ketahanan pangan bahkan kedaulatan pangan dapat tercapai dengan pelaksanaan program program ini? Mari ksimak penjelasan dari tiap tiap program tersebut. Impor pangan yang telah dilakukan oleh Rohil selama ini telah menjadi permasalahan bagi masyarakat, padahal Rohil merupakan Daerah Potensi dan dulunya merupakan Daerah yang mencapai swasembada (swasembada beras sejak masih bersama Bengkalis). Oleh karena itu, dalam program pangan yang telah direncanakan, Suyatno menargetkan dengan cara meningkatkan produktivitas pangan melalui petani daerah, dan juga pertanian berbasis pengolahan pertanian. Contoh komoditas pangan yang akan ditingkatkan produktivitasnya adalah beras dan jagung serta kedelai. Produksi beras ditargetkan naik dari 5 ton gabah kering giling per hektare menjadi 5,6 per hektar. Sedangkan produktivitas jagung ditargetkan naik dari 4,8 ton per tahun menjadi 5,6 ton per tahun.
 
Program kedua yang akan dilakukan Suyatno, adalah menanggulangi kemiskinan petani dan regenerasi petani. Kemiskinan yang dialami oleh petani disebabkan oleh ketidakcukupan pendapatan dari hasil taninya, fluktuasi harga, kegagalan panen, dan lain sebagainya. Untuk mempermudah petani, Suyatno akan membangun infrastruktur yang mendukung sektor pertanian, seperti jembatan, jalan raya dan lain-lain. Pada sisi lain, regenerasi petani merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena mayoritas petani di Rohil sudah berusia di atas 45 tahun (usia petani Indonesia pada 2014 terdiri 61,8 persen berusia lebih 45 tahun, 26 persen berusia 35 tahun-44 tahun dan 12 persen berusia kurang dari 35 tahun). Sehingga hal ini menjadi salah satu alasan mengapa produktivitas sektor pertanian rendah, selain teknologi yang digunakan. Regenerasi petani tidak dimaksudkan untuk menambah jumlah petani, tetapi agar generasi muda dapat masuk ke dalam sektor pertanian, melakukan inovasi dalam teknologi pertanian, dan dapat menghasilkan output yang optimal.
 
Dalam rangka mengikutsertakan generasi muda dalam sektor pertanian, Suyatno akan meningkatan pembangunan dan atraktivitas ekonomi pedesaan melalui investasi. Program yang ketiga adalah implementasi reformasi agraria. Pengertian dari reformasi agraria adalah proses restrukturisasi (penataan ulang susunan) kepemilikan, penguasaan, dan penggunaan sumber-sumber agrarian (khususnya tanah). Hal ini dimakasudkan agar petani mempunyai lahannya sendiri. Sehingga hal ini akan mengurangi jumlah petani gurem, yaitu petani yang menggarap lahan yang bukan miliknya, yang kebanyakan memiliki kehidupan yang tidak layak. Bupati Rohil, Suyatno menargetkan agar setiap petani memiliki 1 hektare lahan untuk digarap.
 
Pembangunan Agribisnis
Program terakhir yang akan dilakukan oleh pemerintahan Suyatno adalah pembangunan agribisnis kerakyatan. Pembangunan agribisnis kerakyatan ini adalah pembangunan fasilitas bisnis bagi sektor pertanian. Pembangunan agribisnis ini akan diwujudkan dalam bentuk pembangunan bank tani, koperasi dan UKM. Pembangunan pembangunan ini dimaksudkan agar sektor pertanian memiliki dana yang cukup untuk berkembang. Bank khusus tani dirasa perlu untuk dibangun karena bank bank yang selama ini sudah ada tidak menyalurkan dana yang cukup kepada sektor pertanian. Hal ini disebabkan oleh resiko pertanian yang terlalu tinggi sehingga bank-bank enggan untuk meminjamkan dananya.
 
Pemerintah berpendapat, beberapa program yang direncanakan oleh Suyatno berpotensi untuk meningkatkan ketahanan pangan Indonesia, Rohil secara Khusus. Argumen yang mendukung pernyataan penulis adalah adanya program yang dapat menyelesaikan pokok permasalahan pertanian dan ada yang tidak. Pokok permasalahan pertanian adalah bahwa bertani terlalu berisiko (contohnya gagal panen), dan bertani kurang menguntungkan. Pemerintah berpendapat bahwa program yang dapat menyelesaikan masalah utama pertanian adalah program penanggulangan kemiskinan petani dan regenerasi petani serta program pembangunan agribisnis kerakyatan. Program penanggulangan kemiskinan petani dan regenerasi petani dapat menyelesaikan masalah utama pertanian melalui pembangunan infrastruktur pertanian yang akan membuat biaya dalam sektor pertanian menurun sehingga bertani menjadi lebih menguntungkan.
 
Program agribisnis kerakyatan dapat menyelesaikan masalah utama dengan cara penyediaan asuransi pertanian bagi para petani. Hal ini dapat menyelesaikan masalah utama bertani yaitu risiko yang tinggi dengan membuat petani menjadi "kebal" terhadap risiko gagal panen. Sistem yang dapat digunakan adalah petani membayar premi ketika petani mendapatkan panen dan akan mendapatkan kompensasi ketika petani mengalami gagal panen. Pemerintah berpendapat, dua program lainnya, yaitu pengendalian pangan dan reformasi agraria tidak dapat menyelesaikan masalah utama dari pertanian. Tujuan dari adanya pengendalian pangan adalah untuk mengurangi persaingan dari sektor pertanian di daerah.
 
Dalam jangka pendek mungkin hal ini berdampak baik bagi sektor pertanian didaerah, namun dalam jangka panjang sektor pertanian didaerah tidak akan berkembang karena sudah merasa aman dan tidak merasa perlu untuk dikembangkan. Selain itu pangan yang mengutamakan pengurangan penjulan kepada pihak luar semata juga membebankan masyarakat karena harus mendapatkan kebutuhan pangan dengan harga yang lebih tinggi.
 
Program reformasi agraria juga tidak dapat menyelesaikan masalah utama dari pertanian. Pemberian lahan kepada petani justru membuat petani tidak mempunyai rasa memiliki terhadap lahan pertanian. Hal ini akan membuat para petani, terutama petani gurem, menjual lahan pertaniannya ketika sedang membutuhkan pendapatan. Oleh karena itu lahan seharusnya tidak langsung diberikan tetapi diberikan berupa hutang agar petani mempunyai rasa memiliki dan tanah tersebut tidak langsung diperjualbelikan. Berbagai cara diterapkan Pemerintah Rohil melaui Badan Ketahanan Pangan (BKP) Rohil, juga mengembangkan kawasan rumah pangan lestari untuk mencukupi kebutuhan pangan keluarga.
 
Kawasan Rumah Pangan Lestari
Pengembangan kawasan rumah pangan lestari difokuskan di Kecamatan Rimbo Melintang tepatnya di Kepenghuluan Mukti Jaya, Kepenghuluan Pematang Sikek dan Tanah Merah. Masyarakat di kepenghuluan tersebut, telah berhasil mengembangkan rumah pangan lestari. Contohnya, masyarakat berhasil memanfaatkan lahan pekarangan rumahnya menjadi kebun sayuran dan  apotik hidup. Dari hasil survei lokasi, masyarakat sudah berhasil mengembangkan tanaman sayur seperti sawi, tomat, seledri, cabe, kangkung, kemudian untuk apotik hidup seperti jahe, lengkuas, temulawak dan serai.
 
Kepenghuluan Mukti Jaya merupakan daerah percontohan pengembangan rumah pangan lestari. Sebab, pengembanganya tidak membutuhkan luas tanah, biaya dan tenaga. Kedepan, ketahanan pangan ingin sharing program bersama dinas pertanian, perikanan, bapemas. Jadi nanti sharingnya, dinas perikanan menyiapkan kolam ikan, dinas pertanian membantu bibit tanaman sayur, bapemas memprogramkan rumah layak huni. Jika ini berhasil, akan dikembangkan di kepenghuluan lainya.(adv/pemkab).