Lafran Pane tidak Mau Jadi Pahlawan Nasional

Lafran Pane tidak Mau Jadi Pahlawan Nasional

Yogyakarta (HR)-“Saya yakin Pak Lafran Pane tidak mau jadi pahlawan nasional, semua tahu, Lafran sepanjang hidupnya sama sekali tidak tertarik diangkat-angkat, dia sosok rendah hati, kata Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD saat memberi sambutan dalam Seminar Nasional “Jejak Hayat dan Pemikiran Lafran Pane”, di Kampus Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, Selasa (10/11). Acara diadakan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Nasional.

Namun menurut Mahfud MD, kitalah yang merasa perlu membalas pengabdian Lafran Pane dengan mendorongnya menjadi pahlawan nasional. “Indonesia ini bisa utuh hingga sekarang, salah satunya karena semangat keindonesiaan-keislaman yang dirintis setelah kemerdekaan Indonesia oleh Lafran Pane, dan semangat itu hidup hingga sekarang”, ungkap Mahfud MD yang juga Ketua Presidium Nasional KAHMI ini.

Senada dengan Mahfud MD, politikus senior, Akbar Tanjung yang juga hadir dalam seminar itu mengungkapkan, saat akan masuk partai politik, ia terlebih dahulu datang ke Yogyakarta, khusus meminta nasehat Lafran Pane. Kepada saya, Lafran Pane bilang “dimanapun kau berkiprah tak ada masalah, yang penting semangat keislaman-keindonesiaan itu kau pegang terus”, ujar Akbar
Narasumber lainnya, Hariqo Wibawa Satria (penulis biografi Lafran Pane) menjelaskan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, muncullah polarisasi politik, semua partai politik menyusun kekuatan untuk menghadapi pemilu yang direncanakan tahun 1946. Lafran Pane memilih independen, karena Indonesia juga menghadapi dua tantangan lain, yaitu ancaman nyata agresi militer Belanda dan rendahnya pemahaman keislaman di kalangan mahasiswa Islam, bahkan di kampus Islam seperti Sekolah Tinggi Islam (STI) Yogyakarta sekalipun.

Menurut Hariqo Wibawa, posisi Lafran Pane ini sebenarnya tidaklah terlalu istimewa, karena banyak juga yang seperti Lafran Pane. Bedanya adalah, Lafran Pane mampu melembagakan pikirannya itu dalam sebuah wadah bernama Himpunan Mahasiswa Islam dengan tujuan mempertahankan Indonesia, mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. “Lafran lebih mengedepankan kepentingan nasional ketimbang kepentingan kelompoknya, HMI juga mengajarkan toleransi antar sesama aliran dalam Islam dan kepada umat lain, karena kita satu Indonesia. Tidak mudah mendirikan organisasi yang bisa eksis hingga sekarang, Lafran itu konsolidator ulung, orang mau ikut dia, karena dia jujur, bukan karena dia punya uang”, lanjut Hariqo Wibawa Satria
Sementara itu, Chumaidy Syarief Romas meneteskan air mata dan hampir tidak bisa berkata ketika menyampaikan materinya.

Chumaidy adalah mantan Ketua Umum PB HMI sebelum Abdullah Hehamahua (Mantan Penasehat KPK). “Saya kenal benar Lafran Pane, ia senior yang jujur dan zuhud, saya kira ini yang harus kita teladani, banyak bersyukur dan ingat Allah akan semakin menjauhkan kita dari korupsi dan perbuatan yang merugikan negara”, kata Chumaidy.

Menurut Chumaidy, Lafran Pane bisa saja kaya raya dengan memanfaatkan jaringan dan pengaruhnya, namun sampai akhir hayatnya, rumah pribadipun dia tidak punya. “HMI bukan tidak boleh kaya, namun kayalah dengan tidak merugikan orang lain dan negara”, lanjut Chumaidy. Dalam seminar itu dibahas juga pemikiran Lafran Pane tentang ketatanegaraan yang disampaikan oleh Dr. Dr. Nikmatul Huda, S.H. Seminar ini dipandu Prof. Dr. Jawahir Thontowi, S.H., Ph.D

Seminar Nasional Lafran Pane dihadiri 320 orang dari berbagai kampus di Yogyakarta, Solo, Semarang dan Salatiga. Hadir juga Mantan Dubes RI untuk Chile, Ibrahim Ambong, Mahadi Sinambela, Zulfkifli Halim, Senopati, Lukman Hakiem, Subandrio dan Pengusaha Ulla Nuchrawati, dll. Seminar juga merekomendasikan agar Lafran Pane diusulkan menjadi pahlawan nasional, namun demikian KAHMI akan terus mengadakan berbagai seminar dan pameran foto di berbagai daerah guna menggali pemikiran dan kiprah Lafran Pane.(rls/syafri ario)