BBM Naik, Aktivitas PETI Menjadi-jadi

BBM Naik, Aktivitas PETI Menjadi-jadi
TELUK KUANTAN (HR)-Kenaikan harga BBM dan murahnya harga komoditi pertanian di Kuansing menjadi alasan pelaku Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) tetap beroperasi.
 
"Saat ini, hanya pekerjaan PETI membuat kami tetap bertahan hidup. Kalau diandalkan karet, untuk beli cabe saja tak cukup," ujar seorang pelaku PETI yang tak ingin disebutkan namanya, Rabu (3/12) di Teluk Kuantan.
 
Rendahnya harga karet sepanjang tahun 2014, menjadikan PETI sebagai solusi mendongkrak perekonomian masyarakat. Jika tidak ada PETI, ia tidak bisa membayangkan susahnya menjadi petani.
 
Ditambah dengan dicabutnya subsidi BBM, barang-barang kebutuhan pokok ikut melonjak. Sempat tak ada dompeng, alangkah menderitanya orang miskin di Kuansing.
 
Ia menyadari, pekerjaan yang sedang ditekuni saat ini bertentangan dengan hukum. Tapi, pemerintah juga tidak bisa memberikan solusi terhadap persoalan ini.
 
"Kalau ini ilegal, tolong diberi izin. Dengan demikian, tidak ada lagi kucing-kucingan antara aparat dan kami yang hanya mencari sesuap nasi," lanjutnya.
 
Dari pantauan di lapangan, aktivitas PETI kian menjadi-jadi di sepanjang aliran Sungai Kuantan. Tidak hanya di lokasi ini, aktivitas PETI juga menjalar di sungai-sungai kecil dan lahan perkebunan.
 
Kian maraknya aktivitas PETI sepertinya sangat sulit diberantas. Ketika aparat turun, maka akan timbul konflik sosial yang sangat besar. Sulitnya memberantas PETI diakui Kapolres Kuansing AKBP Bayuaji Irawan.
 
"Ini tidak hanya tugas polisi," tegas Bayuaji. Ia sependapat, masalah PETI sudah menjadi masalah sosial di Kuansing. Untuk itu, dalam penanganannya tidak hanya melalui penegakan hukum.
 
Melainkan, peranan seluruh stakeholder sangat dibutuhkan. Mulai dari Pemda dan komitemen masyarakat. Meski demikian, Polres tetap melakukan penertiban sampai saat ini.
 
"Tapi, yang lebih utama harus tuntas akar permasalahannya. Tidak hanya sekedar penertiban saja," pungkas Bayuaji melalui pesan singkatnya. (mg2)