RUPIAH MAKIN PERKASA

Dollar AS Alami Pekan Terburuk Sejak Juni

Dollar AS Alami Pekan Terburuk Sejak Juni

Pelemahan dollar AS juga tampak pada indeks dollar yang dikompilasi Bloomberg. Pada pukul 06.48 waktu London, Bloomberg Dollar Spot Index turun 0,1 persen. Sepanjang pekan ini, indeks dollar tersebut sudah tertekan 1,2 persen yang merupakan pelemahan terbesar sejak periode mingguan yang berakhir 12 Juni lalu. Sementara, yen tak banyak perubahan di level 120,02 per dollar AS.
"Pergerakan saham yang solid dan pasar komoditas secara umum mendorong aksi beli investor. Selain itu, ekspektasi penundaan kenaikan suku bunga AS membuat kondisi dollar rentan. Baik dollar maupun yen tertekan," jelas Jun Kato selaku Senior Fund Manager Shinkin Asset Management Co.
Catatan saja, dollar dan yen sudah melemah 1,7 persen sepanjang pekan ini. Kondisi ini menjadikan dua mata uang utama dunia tersebut sebagai mata uang dengan performa terburuk di antara 10 mata uang negara maju.
"Kami memprediksi, dollar AS akan bergerak fluktuatif pada pekan depan karena ekspektasi suku bunga tidak akan dinaikkan saat ini," jelas Elias Haddad, currency strategist Commonwealth Bank of Australia.
lepas dolar AS
Bank Indonesia mengatakan, penguatan rupiah yang terjadi hampir sepekan ini dominan disebabkan banyaknya pihak yang melepas dollar AS. Oleh karena itulah, BI mengajak pihak yang masih memegang dollar AS melepaskan mata uang Amerika Serikat (AS) itu sehingga penguatan rupiah terus terjadi.
 "Kita hanya bantu dorong sedikit saja. Jadi memang banyak orang cut loss dollar. Jadi yang pada masih pegang dollar, baik individu maupun korporasi, sebaiknya dijual dollarnya," ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Jakarta, Jumat (9/10).
Selama ini, kata dia, banyak orang yang merasa ragu dengan asumsi nilai tukar rupiah dalam RAPBN 2016 sebesar 13.900. Mirza mengatakan, hal itu diakibatkan karena tekanan ekonomi saat itu.
Namun, kata dia, seharusnya bila melihat situasi saat ini, pihak-pihak yang meragukan asumsi rupiah itu bisa lebih yakin.
"Saya tegaskan 13.900 itu asumsi dalam APBN 2016," katanya.
Menurut hemat Mirza, kurs rupiah terhadap dollar AS terbilang masih sangat kompetitif untuk mendorong ekspor manufaktur dan pengendalian inflasi. Pasalnya, kenaikan harga dari barang impor akan bertahap.
Catatan Mirza menunjukkan, inflasi sampai dengan akhir tahun mencapai 4,3 persen. Sementara defisit pada akhir tahun ada di angka dua persen.
 "Ini sangat sehat," katanya.
Menjawab pertanyaan apakah volati-litas rupiah yang tajam tak bermasalah, Mirza menjawab, "Tidak."
Alasannya, saat pelemahan rupiah beberapa waktu lalu, importir juga sudah sangat tertekan. Dengan penguatan rupiah saat ini, tekanan terhadap importir akan berkurang.(kpc/kon/mel)