Harga Tembus Rp30 Ribu Per Tabung

Gas Melon Kembali Langka di Pekanbaru

Gas Melon Kembali Langka di Pekanbaru

PEKANBARU (HR)-Untuk kesekian kalinya selama tahun ini, gas elpiji ukuran 3 kilogram alias gas melon, kembali menghilang. Kelangkaan ini sudah berlangsung sejak beberapa hari belakangan ini. Masyarakat Pekanbaru pun dibuat kelimpungan. Pasalnya, pasokan gas melon di banyak pangkalan, juga ikut menghilang. Kuat dugaan, kondisi ini terjadi akibat adanya permainan.


Gas Melon
Kondisi itu membuat masyarakat terpaksa harus beralih dan membeli di pengecer, meski harganya bisa mencapai Rp30 ribu per tabung. Harga ini tentu sangat jauh di atas ketentuan harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan Pemko Pekanbaru, yakni Rp16 ribu per tabung.

Kondisi ini, tak ditampik Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Masirba H Sulaiman. Ia mengakui, pihaknya juga merasa geram dengan kelangkaan yang kembali pada gas elpiji bersubsidi tersebut.

"Kami sudah sering bilang, untuk pangkalan jangan main-main dengan menahan gas, atau coba membodohi masyarakat dengan memberikan penjelasan bohong bahwa gas kosong. Kalau benar tidak disuplai agen, Saya minta bukti, kapan terakhir agen menyuplai gas. Kalau ketahuan bohong, kita tutup. Artinya mereka kan sudah bosan itu buka pangkalan. Tidak ada alasan bahwa perbuatan itu dilakukan karena rugi, sudah berhenti saja, masih banyak orang yang mau buka pangkalan," tegasnya, Minggu,(27/9).

Irba menyebutkan, kelangkaan yang terjadi saat ini, berkaitan dengan tutupnya empat Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE), Kamis(24/9) kemarin. Pasalnya apabila SPBE tutup selama satu hari akan berdampak dengan langkanya gas elpiji yang diperkirakan bisa satu minggu, karena sebanyak 12 ribu tabung elpiji akan terhambat pendistribusiannya.
Pihaknya juga sudah coba tanyakan ke pihak Pertamina terkait dengan alasan mengapa SPBE itu tutup.
"Apakah betul ada permainan antara agen, pangkalan dan SPBE, ini kan sepertinya terindikasi ke sana bisa saja, kenapa waktu hari Kamis kemarin SPBE tutup. Kalau sudah seperti ini kejadiannya, berarti yang bermain oknumnya sudah di atas agen lagi, bukan permainan kelas bawah," tegasnya.

Saat ditanyakan mengapa gas melon sering mengalmai kelangkaan dilapangan, Irba menyebut oknum pelaku selalu bermain kucing-kucingan. Hal itu bisa dibuktikan saat operasi pasar digelar, kuota yang disiapkan tidak pernah habis. Karena pelaku telah mengeluarkan gas-gas melon yang disimpan dari persembunyiannya.

HET
Ketika ditanyakan, apakah ada kaitannya kelangkaan dengan akan munculnya HET baru yang akan diterbitkan, Irba tak menampiknya. Menurutnya, hal itu bisa saja terjadi. Karena pada HET baru ada selisih sekitar Rp2 ribu dibandingkan dengan ketentuan lama. Dengan begitu, bila dikalikan Rp2ribu dengan kuota Pekanbaru yang sekitar 500-an tabung, akan diperoleh uang sebesar Rp1 miliar.

"Indikasi itu bisa saja, Kita akan awasi terus, hari ini, Senin,(28/9), kami panggil empat pangkalan di sekitar Panam, mereka terbukti menjual di atas HET. Sementara menurut pengakuan warga, stok di pangkalan itu selalu kosong," ujarnya.

Masyarakat juga mulai hari ini harus sedikit keras kepada pangkalan, karena pangkalan kan juga tetangga masyarakat juga. Saat pangkalan mengatakan bahwa kekosongan gas terjadi di pangkalannya, masyarakat harus meminta bukti kepada pangkalan itu.
Selanjutnya Disperindag akan menindaklanjuti dengan mengeceknya ke agen, apakah benar pernyataan yang disampaikan pangkalan tersebut. Sedangkan untuk warga yang bermukim di lokasi yang jauh jaraknya dari pangkalan, diminta untuk mengajukan ke perangkat desanya untuk mengadakan pangkalan.

Rp30 Ribu
Sebelumnya, dari pantauan Haluan Riau di lapangan, kelangkaan elpiji tiga kilo terjadi sejak beberapa hari belakangan ini. Dari pengakuan beberapa warga yang ditemui di lapangan, juga mengaku sulit mencari gas bersubdisi itu.
Bilapun ada, harga jual jauh di atas HET, bahkan bisa mencapai Rp30 ribu per tabung. Diantaranya untuk kawasan Jalan Hangtuah, Harapan Raya, Sukajadi, Rumbai dan sekitar kawasan Panam.

"Kami berharap kepada instansi terkait untuk mengatasi masalah ini, janganlah sampai langka, Kami sangat butuh. Toh kalau pun mahal sedikit, kami bersedia beli. Kalau begini apa namanya, sudahlah mahal, langka pula," kata Usnan, warga Panam. (her)