Harga TBS

Berharap Peron Jadi Stabilitas

Berharap Peron Jadi Stabilitas

Ujung Batu(HR)-Wakil Bupati Rokan Hulu Hafith Syukri mengimbau pengusaha peron atau ram timbangan dapat berperan dalam upaya stabilisasi Harga Tandan Buah Segar Kelapa sawit yang harganya makin anjlok.

Hal itu diungkapkan Wabup saat meresmikan operasional Peron Roleysia 86 di Desa Ujung Batu Timur, Kecamatan Ujung Batu, Selasa (1/9).
Hadir dalam peresmian tersebut, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Rohul Sri Hardono, Camat Ujung Batu Elbisri, tokoh masyarakat, petani mitra dan masyarakat Desa Ujung Batu Timur.

Disampaikan Hafith, penurunan harga TBS disebabkan lesunya ekonomi global yang menyebabkan menurunnya ekspor CPO di pasaran dunia. Hafith menduga, penyebab anjloknya harga TBS saat ini karena terlalu panjangnya mata rantai perdagangan TBS di Rohul. Akibatnya, para petani harus menjual TBS-nya jauh dari harga pabrik.
"Saya mengharapkan, peron bisa bekerjasama dengan petani dalam rangka menstabilisasi harga TBS. Bukan bekerja sama dalam menurunkan harga," ujar Hafith Syukri.

Hafith mengakui Pemkab Rohul sulit melakukan tindakan kongkret untuk meningkatkan harga TBS secara signifikan. Pasalnya aturan harga TBS ini merupakan wewenang dari Pemprov Riau dan juga harga CPO dunia.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan Pemkab Rohul saat ini adalah dengan berupaya mengurangi rentang penjualan dari petani ke pabrik yang menambah biaya dan mengurangi keuntungan petani. Selain itu ke depan Pemkab Rohul juga akan berupaya melakukan pembinaan terhadap peningkatan kualitas TBS petani, sehingga rendemenya mendekati.

"Kita  sulit melakukan langkah kognkrit karena penetapan harga itu wewenang Pemprov dan tergantung harga CPO dunia. Yang bisa kita lakukan adalah memperpendek rentang penjualan agar petani tidak terlalu merugi, serta meningkatkan kualitas buah petani bersaing dengan kualitas buah inti," sebut Hafith.

Sementara itu pemilik Peron Roleysia 86 Syamsurizal mengaku  pendirian peron ini didasari karena ingin membantu masyarakat di desanya. Pasalnya selama ini masyarakat di desa tidak bisa langsung menjual TBS ke pabrik. Pabrik hanya mau membeli dalam jumlah tertentu saja.

Meski mengambil keuntungan, namun Syamsurizal menjamin keuntunganya tersebut tidak terlalu membebani petani. Ia  hanya mengambil keuntungan sebesar Rp15 per kilogram dengan timbangan yang terjamin akurasinya. (yus)