(Bukan) Kota Menggantang Asap

(Bukan) Kota Menggantang Asap

Mungkin satu lagi julukan negatif yang bakal disematkan bagi Kota Pekanbaru dan kota lainnya di Riau, yaitu kota asap, khususnya di musim kemarau panjang yang disertai dengan kebakaran hutan. Untuk tahun2015 diperkirakan musim kemarau akan berlangsung lama,  hingga Oktober.
Jadi, Riau tidak hanya dikenal sebagai produksi ikan asap atau ikan salai atau karasak ikan  selais, baung dan patinnya, tapi kini beberapa kota dan wilayahnya diselimuti asap pekat. Kepekatan asap bukan oleh kenderaan bermotor atau industri, namun lebih disebabkan oleh asap hasil kebakaran hutan di Riau atau  kiriman dari daerah lainnya.
Fenomena ini seperti kejadian rutin setiap tahun di musim kemarau. Bedanya dari tahun ke tahun adalah dari kadar kepekatan asap dan lama berlangsungnya asap mengepung kota dan wilayah Riau. Bisa satu minggu, dua minggu bahkan berbulan-bulan.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) gagal untuk mengantisipasinya. Masyarakat kecewa dan pemerintah seolah tak berdaya. Berbagai dalih, argumen, alasan dapat dikemukakan, termasuk kambing hitam yang perlu jadi tumbal untuk dikorbankan. Ibarat kata peribahasa ‘anjing menggongong, kafilah berlalu’. Kebakaran hutan terus terjadi hampir setiap tahun, tanpa ada yang dapat untuk mencegahnya.
Kini,  warga kota Pekanbaru dan masyarakat Riau secara keseluruhannya menanti dengan cemas segala ketidakpastian  kepungan asap yang semakin mengkhawatirkan; memedihkan mata, mengganggu pemandangan serta menyesakkan nafas. Bahkan anak sekolah sudah wanti-wanti akan diliburkan jika kabut asap semakin liar dan tak terkendali.
Hujan yang diharapkan turun untuk membantu  membasmi kebakaran hutan dan menyejukkan bumi dari siraman terik panas matahari terasa belum maksimal. Hujan berhenti, asap muncul kembali. Demikian, drama kabut asap di Riau dalam beberapa bulan belakangan ini. Program hujan buatan dengan penaburan garam di awan  sudah dilakukan berulangkali kali dengan biaya yang tidak sedikit, dengan harapan hujan turun, namun hasilnya masih belum memenuhi harapan.
Ditinjau dari perspektif agama, dosa apa yang telah dilakukan umat manusia sehingga bencana ini muncul? Sadarkah manusia? Dalam konteks ini, secanggih apapun usaha manusia dengan segala ilmu pengetahun dan teknologi mutakhir sekalipun jika Yang Mahakuasa tidak mengabulkan maka manusia  tidak akan dapat berbuat apa-apa. Bagaimanapun, usaha dan upaya perlu dilakukan secara maksimal dengan diiringi do’a,  mohon bantuan dan pertolongan dari Allah. Selain itu juga, agar do’a diijabah dan dikabulkan, setiap insan juga dituntut memperbaiki dirinya dan bertobat atas segala dosa dan kesalahan yang telah dilakukan. Sudahkah ini dilakukan warga kota Pekanbaru dan masyarakat Riau?
Menggantang Asap
Apakah usaha untuk mengantisipasi kabut asap di Riau selama ini, seperti peribahasa menggantang asap? Artinya hanya harapan hampa yang jauh dari kenyataan. Semua program penanggulangan  karhutla pada awalnya  begitu hebat, keras dan bersemangat, namun kemudian hilang lenyap ditelan bumi. Panas-panas taik ayam kata orang bijak.
Jika sekiranya, keadaan kemarau yang bakal berlangsung lama tidak dilakukan langkah-langkah preventif sedini mungkin, dengan segala kemampuan dan daya yang kita miliki, maka kita akan menanti segala ketidakpastian bencana kabut asap yang akan sangat merugikan.
Pemerintah, dalam hal ini harus segera proaktif melakukan langkah-langkah strategis untuk meminimalisir dampak yang lebih luas. Kerjasama dengan pihak swasta, khususnya dengan provider jaringan telekomunikasi juga sangat perlu dilakukan untuk dapat memberikan informasi terkini, cepat dan murah kepada seluruh warga kota dan masyarakat Riau tentang kondisi yang ada, dan langkah-langkah untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak dikehendaki.
Sehingga, jika terjadi kebakaran hutan dan kabut asap masyarakat tidak panik, karena melalui sms via  handphone, atau media sosial lainnya segeradiberikan informasi dan penjelasan dan langkah-langkah untuk mengantisipasinya. Informasi yang akurat dan terkini tentang berbagai bencana, khususnya dalam menghadapi kabut asap dan kebakaran hutan yang kini sedang di depan mata.
Melalui media sosial dan jaringan komunikasi, masyarakat juga dapat memberikan informasi terkini tentang situasi yang dialaminya sehingga sesegera mungkin dapat diambil tindakan.
Belajar dari pengalaman musibah banjir, media sosial dan jaringan komunikasi via sms, dan internet ternyata cukup ampuh untuk memberikan informasi terkini, murah  dan akurat.
Di akhir tulisan, kita juga sangat berharap agar  hujan lebat kembali turun membasahi bumi Lancang Kuning dan kita semua dijauhkan sejauh-jauhnya dari musibah kabut asap. Semoga segala upaya dan daya yang kita lakukan berbuah manis dan bukan hanya sekedar menggantang asap.  Amin. Wallahu a’lam.***
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau Pekanbaru.

Oleh: Dr Apriyan D Rakhmat