Harga TBS Merosot Tajam

‘Lebih Mahal Goreng Pisang daripada Sawit’

‘Lebih Mahal Goreng Pisang daripada Sawit’

Petani kelapa sawit di beberapa kecamatan di Kabupaten Siak mengeluh. Pasalnya harga jual tandan buah segar anjlok dari Rp1.200 per kilogram menjadi Rp500 per kilogram.

“Dalam dua bulan ini saja, sudah terjadi beberapa kali penurunan harga jual buah sawit. Saat ini harga sawit Rp500 per kilogram,” kata Odon, salah seorang petani sawit dari Kecamatan Sungai Apit, Jumat (21/8).

Lebih lanjut Odon mengatakan, penurunan harga awalnya terjadi sebelum Idul Fitri, atau pertengahan Juli lalu, yakni dari Rp1.400 per kilogram menjadi Rp1.200 per kilogram. Setelah Lebaran, harga TBS kembali turun dari harga Rp1.200 per kilogram menjadi Rp950. Setelah itu turun lagi menjadi Rp600 per kilogram. Tak lama kemudian, harga kembali turun dan hingga sekarang harga sawit hanya Rp500 per kilogram.

“Jika harga turun lagi, dipastikan masyarakat petani kelapa sawit banyak yang stres, sebab harga jual sawit tidak seimbang lagi dengan harga pupuk serta operasional kebun,” keluhnya.

Petani sawit lain di Kecamatan Lubuk Dalam, Lukman, juga mengeluhkan hal yang sama. Diungkapkannya, harga sawit yang mengalami penurunan ini membuat perekonomian petani terpuruk. Harga beli sawit tersebut biasanya bergantung pada harga minyak sawit di pasar internasional. Harga pembelian sawit di tingkat pabrik secara rutin diperbaharui setiap dua pekan, disesuaikan dengan harga minyak sawit di pasar dunia.

"Masih mahal harga pisang goreng per buah dibandingkan harga sawit per kilogram. Artinya dengan penurunan harga buah sawit masyarakat benar-benar rugi, karena ongkos ndodos sawit (upah memanen sawit) saja per kilogram Rp250, belum lagi ini dan itunya. Pokoknya kami kelabakan harus memutar otak untuk mencari sampingan lain agar ekonomi keluarga tak terpuruk," ungkapnya.

Warga Kecamatan Sabak Auh, Anto (49), membenarkan jika akhir-akhir ini harga TBS anjlok, akibatnya petani mengeluh, dan buah sawit yang ditampung pun tak lagi sebanyak bulan lalu, karena petani tidak bisa memupuk sawit.

"Sudahlah buah sawit trek (kurang produksi) akibat tak dipupuk, ditambah lagi harga buah sawit anjlok. Benar-benar keterlaluan para oknum pemain bisnis sawit ini, pasti ada permainan khusus para mafia buah sawit," ungkapnya dengan nada kesal.

Sementara itu Kepala Disperindag Siak Wan Buhori dihubungi melalui telpon selulernyamengatakan akan memanggil Pabrik Kelapa Sawit dan menyurati Plt Gubernur Riau. "Karena bukan hanya sawit yang dikeluhkan masyarakat, harga karet yang anjlok juga menjadi keluhan masyarakat kita," ujar Bukhori.***