OpenAI Kalah Putaran Penting dalam Sengketa Data Buku
Riaumandiri.co - Putaran terbaru dari gugatan hak cipta yang melibatkan OpenAI memberikan dampak besar bagi perusahaan tersebut. Pengadilan memperintahkan OpenAI untuk menyerahkan dokumen internal yang menjelaskan alasan mereka menghapus dua dataset berisi buku, yaitu “books 1” dan “books 2.” Keputusan ini membuka ruang besar dalam strategi pembelaan OpenAI.
Permasalahan ini dimulai ketika para penulis dan penerbit mendapatkan akses ke pesan Slack karyawan OpenAI yang membahas penghapusan dataset tersebut.
Sebelumnya, perusahaan bersikeras bahwa alasan penghapusan adalah “tidak digunakan,” namun belakangan mereka mencoba menarik kembali pernyataan itu dan menyatakan bahwa seluruh komunikasi terkait seharusnya dilindungi oleh privilege pengacara-klien.
Hakim Ona Wang menolak argumen tersebut.
Menurutnya, OpenAI telah “bermain di atas target yang bergerak” dengan mengubah-ubah klaim terkait perlindungan dokumen. Ketika perusahaan sudah menyebutkan alasan penghapusan, hal itu dianggap sebagai pembukaan pintu yang membuat dokumen tersebut tidak lagi bisa disembunyikan sebagai materi rahasia hukum.
Dampaknya sangat signifikan.
Jika dokumen-dokumen tersebut terbukti menunjukkan bahwa OpenAI menyadari sedang menghadapi materi berhak cipta namun tetap menghapus bukti, perusahaan bisa dikategorikan melakukan pelanggaran “sengaja.” Dalam kasus hak cipta, label ini bisa memperbesar kerugian hingga USD 150.000 per karya.
Argumentasi terkait “pembajakan buku” dari shadow libraries juga semakin memperkuat.
Dalam kasus lain yang menjerat Anthropic, hakim sebelumnya memutuskan bahwa tindakan mengunduh buku secara ilegal sendiri cukup untuk dibawa ke persidangan—terlepas dari apakah karya tersebut digunakan dalam pelatihan model. Anthropic akhirnya memilih menyelesaikan perkara tersebut dengan membayar USD 1,5 miliar.
OpenAI pun menghadapi risiko serupa.
Perusahaan harus meyakinkan pengadilan bahwa mereka bertindak dengan niat baik jika ingin terhindar dari label pelanggaran sengaja. Namun jalan terasa sulit, terutama karena perusahaan dianggap menghalangi akses terhadap bukti yang menggambarkan kondisi mental mereka saat menghapus dataset.
Di tengah tekanan ini, OpenAI tetap bersikeras bahwa mereka tidak melakukan pelanggaran hak cipta secara sengaja.
Pada hari Rabu, mereka mengajukan permohonan untuk menunda pemenuhan kewajiban discovery, meski peluang itu tampak semakin kecil seiring memburuknya posisi mereka di pengadilan.(MG/AND)