Tumpukan Capai 25 Meter, Kerja Sama Pengelolaan Sampah di TPA Muara Fajar Belum Dimulai
Riaumandiri.co - Kapasitas daya tampung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Muara Fajar II, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru saat ini sudah penuh.
Bahkan, sampah yang kini tertumpuk di sana sudah mencapai ketinggian hingga 25 meter.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Pekanbaru, Reza Aulia Putra, mengatakan, sampah yang masuk ke TPA mencapai 1.000 ton per hari.
Namun demikian, untuk mengatasi persoalan itu, Pemko Pekanbaru masih memiliki lahan kosong di sekitar kawasan sebagai perluasan TPA.
"Jadi di sini lahan Pemko ada 8 hektar. Yang TPA beroperasi itu 4 hektar, dan di belakang sana ada 4 hektar lagi," kata Reza Aulia Putra, Minggu,(5/10).
Disinggung terkait kerja sama yang akan dilakukan Pemko Pekanbaru dengan pihak ketiga dalam pengolahan sampah di TPA untuk dijadikan energi listrik, Reza, mengatakan, belum dimulai.
Sebab, masih menanti Peraturan Presiden (Perpres) terkait tata kelola dan kerja sama yang dilakukan. Termasuk tarif energi listrik dari pengelolaan sampah yang dijual ke PLN.
Seperti diketahui, Pemko Pekanbaru kini tengah mempersiapkan kerjasama dengan PT Indonesia Clean Energy (ICE) untuk mengolah gunungan sampah di TPA Muara Fajar menjadi energi listrik.
Dalam kerjasama nanti, Pemko Pekanbaru berkewajiban menyiapkan akses dari TPA menuju lokasi pembangkit. Sementara PT ICE sebagai mitra akan membangun pembangkit listrik berbasis sampah di kawasan yang berdekatan langsung dengan TPA.
Energi listrik yang kemudian dihasilkan dari pengelolaan sampah akan dijual oleh PT ICE ke PT PLN Kanwil Riau-Kepri.
Diketahui pula, untuk mengelola sampah menjadi energi listrik tersebut, Penjabat Sekretaris Daerah Kota Pekabaru bersama Asisten II, juga sudah berkunjung ke Kota Chongqing, Tiongkok, baru- baru ini.
Menurut Sekdako, meskipun di sana Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampahnya telah ditutup selama lima tahun, namun pengolahan sampah masih mampu menghasilkan listrik.
“Di sana (Chongqing), satu mesin mampu menghasilkan 700 sampai 800 kWh. Jika dikalikan enam mesin yang beroperasi penuh selama 24 jam, totalnya mencapai 150 megawatt per hari," ujarnya.
Listrik yang dihasilkan, lanjut dia, kemudian dijual ke PLN setempat dengan harga sekitar Rp1.400 per kWh. Kalau dihitung, dari 150 megawatt per hari, maka perusahaan bisa mendapatkan sekitar Rp210 juta setiap harinya.
"Itu pun dari sampah yang TPA-nya sudah mati lima tahun lalu," tutup Ami, sapaan akrab Sekdako Pekanbaru itu.