Warga Tapung Ini Manfaatkan Kotoran Sapi untuk Memasak dan Penerangan
RIAUMANDIRI.CO- Biogas kini mulai dirasakan manfaatnya oleh masyakarakat. Salah satunya Sudarman dan keluarganya yang mengubah kotoran sapi miliknya menjadi biogas.
Sedikitnya, ada tiga manfaat yang disarakan oleh Sudarman dari inovasi tersebut yakni memasak, penerangan dan pupuk tanaman.
Pertama, gas yang dihasilkan dari reaktor, bisa pengganti gas elpiji untuk memasak. Dari situ, juga dapat menghasilkan tenaga listrik untuk penerang. Selanjutnya, limbah cair yang dihasilkan reaktor biogas itu, merupakan pupuk cair yang bermanfaat untuk tanaman.
Para wartawan dari berbagai media cetak, eletronik dan online, silih berganti mengajukan pertanyaan kepada Sudarman dan istrinya yang menjadi salah satu keluarga binaan Pertamina Hulu Rokan.
Terutama ketika Sudarman menghidupkan lampu yang dialiri listrik dari reaktor biogas. Demikian pula ketika istrinya mempraktekkan memasak telor dadar dengan kompor yang dialiri gas dari reaktor yang sama.
Para wartawan pun diajak oleh tim manajemen Pertamina Hulu Rokan ke lokasi kandang sapi milik sudarman yang tak jauh dari rumahnya. Hadir pula pada kesempatan itu Kepala Desa Mukti Sari Waryono Kepala UPT Dinas Peternakan Kampar Firnando Hutagaol dan Irfan dari Yayasan Rumah Energy.
Seperti kebanyakan kandang sapi, di bagian belakang kandang terdapat banyak kotorannya. Nah, dibagian belakang kandang sapi itulah dibangun semacam sumur dan penampungan kotoran sapi yang juga disebut sebagai reaktor biogas.
Dari bagian atas reaktor biogas tersebut terdapat tuas yang yang berfungsi semacam stop kontak gas yang dialirkan ke rumah. Sedangkan dibagian ujung penampungan kotoran sapi, terdapat kolam kecil sebagai penampung limbah cair yang telah menjadi pupuk.
Tim CSR PHR WK Rokan Deli Paramita menyebut, Sudarman merupakan salah satu masyarakat penerima manfaat dari CSR PHR, terutama bagi warga daerah eksplotasi PHR. Selain di tempat Sudarman, kata Deli Paramita, masih ada 7 reaktor biogas serupa yang dibangunkan oleh PHR.
Kegiatan ini mereka namakan sebagai desa berdikari energi. Dengan memanfaatkan kotoran sapi sebagai biogas. Ditambahkan Deli Paramita, di tahun kedua ini, PHR akan menambah sekitar 12 reaktor biogas lagi di daerah tersebut.
Sementara itu, Kepala UPT Dinas Peternakan Kampar Firnando Hutagaol, program CSR PHR ini sejalan dengan program pemerintah yang memberi bantuan sapi kepada kelompok tani. "Sasarannya, petani yang memiliki sapi. Minimal sapi yang ada di kandang sebanyak delapan ekor, " kata bang Gaol sapaan akrab pria ini.
Pembatasan jumlah sapi, kata Bang Gaol, berkait dengan jumlah kotoran sapi yang dihasilkan sebagai bahan reaktor biogas. Dengan kapasitas penampungan kotoran sapi delapan kubik di reaktor biogas, barulah memadai untuk menghasilkan enrgi alternatif yang bermanfaat untuk pengganti gas elpiji dan listrik sebagai penerang.
Disamping itu, kata Bang Gaol, manfaat terbesar dari reaktor biogas sebenarnya adalah pupuk cair yang dihasilkan dari limbah biogas. Saat ini, kata Bang Gaol, pupuk cair, bisa dijual seharga Rp10. 000 perlima liter.
"Selagi pupuk mahal di pasaran, saya yakin ini akan menjadi pilihan terbaik dan akan berkesinambungan, " ujarnya.
Bang Gaol mengatakan, sejak reaktor biogas itu dibangun di tempat Sudarman dan beberpa kelompok di desa Mukti Sari, penerima manfaat dari CSR PHR itu kini sudah bingi irit bayar listrik PLN, bisa menjual pupuk, dan tidak lagi beli gas elpiji untuk memasak. (brc)