Kisah Pilot Helikopter APP Sinar Mas Riau: Kakek 61 Tahun yang Pernah Jadi Pilot Water Bombing BNPB

Selasa, 04 Mei 2021 - 16:18 WIB
Harlan Rubby ketika akan menerbangkan Helicopter Water Bombing.

RIAUMANDIRI.CO, SIAK - Adalah Halran Rubby (61), seorang kakek bercucu dua yang hingga kini masih setia menjalani profesinya sebagai pilot helicopter. Saat ini, Harlan merupakan pilot Helicopter Water Bombing Superpuma di PT Arara Abadi-APP (Asia Pulp & Paper) Sinarmas. 

Harlan telah 39 tahun menjadi pilot. Ia berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Harlan juga mengaku pernah menjadi bagian dalam tim BNPB Nasional. Tentu saja, menjadi pilot helicopter, khususnya Heli Water Bombing. 

“Saya sudah 39 tahun jadi pilot helicopter. Tapi pertama kali jadi pilot Heli Water Bombing, yaitu sekitar pada 1999 yang lalu. Pada saat itu belum populer istilah water bombing. Baru pertama kali water bombing di Indonesia ya pada 1999, yaitu urgensi yang sangat tinggi di Kalimantan Timur untuk menjaga habitat orang utan. Saat itu, belum ada satu orang pilot pun di Indonesia yang bisa melakukan water bombing, maka waktu itu kami 4 orang Indonesia dan 1 orang asing dilatih sama orang Australia. Misi kami saat itu menyelamatkan habitat orang utan di Kaltim," jelasnya kepada wartawan, Selasa (4/5/2021) di Heli Base APP Sinarmas, Perawang. 

"Singkat cerita, sejak 2016 awal sampai saat ini saya beroperasional menerbangkan Heli Water Bombing untuk perusahaan di bawah naungan APP Sinar Mas," tambahnya. 

Harlan meceritakan, pertama kali ia menerbangkan fixed Wing C23 Sundowner, kemudian setelah training, ia mulai menerbangkan helicopter jenis Bell 206. Lalu, ia juga pernah menerbangkan Heli SA 330 Puma, AS332 Superpuma, Heli B0 105 Bolco, Heli Bell 212, Bell 412, Bell 430, dan Bell 205.

"Jadi ada 9 jenis pesawat yang pernah saya terbangkan. Kesemua pesawat di atas, saya terbangkan ketika saya sudah bekerja di 6 perusahaan penerbangan berkelas internasional," ujarnya. 

Harlan juga menjelaskan metode kerjanya sebagai pilot helicopter yang notabene menjadi salah satu kunci dan harapan apabila terjadi kebakaran hutan. Menurutnya, meski mendapat tugas memadamkan api, ia tak bise seenaknya melakukan penerbangan. Ada banyak aturan dan hitungan teknis yang dipertimbangkan. Meskipun kebakaran terjadi pada lingkungan perusahaan naungannya sendiri. 

"Dengan endurance (jarak tempuh) lebih kurang 3-3,5 Jam per refuelling (pengisian bahan bakar) sebanyak 1.800-2000 liter, pilot harus memperhitungkan endurance heli. Selain itu pilot mempunyai batas terbang per hari itu hanya 5 jam. Itu sesuai regulasinya. Jadi, baik kami pilot maupun APP Sinar Mas dalam penggunaan Heli Water bombing, harus benar-benar memperhitungkan atau mengorganize operasional heli. Tidak hanya masalah efisiensi dan efektifitasnya, termasuk juga waktu. Jadi tidak semua kebakaran yang akan mengancam lahan kita, bisa jor-joran menggerakan Heli Water Bombing. Harus ada perhitungannya," jelas pria dengan 5 anak ini. 

"Contoh, jika kita diminta bantuan pemadaman oleh pihak luar Sinar Mas di wilayah utara maupun selatan dari Riau ini, untuk jarak tempuhnya saja sudah 1 jam pergi dan 1 jam kembali, total 2 jam. Jadi efektif memadamkan hanya 1-1,5 Jam menjelang refuelling. Endurance heli hanya 3,5 jam. Bisa dibayangkan besarnya biaya dan waktu terbang 3,5 jam hanya bisa dilakukan pemadaman 1 jam. Nah untuk sortie (penerbangan ke dua), sudah tidak mungkin lagi setelah refuelling, karena heli tersebut habis waktu terbang pilotnya. Itulah yang perlu kita ketahui bersama, dan rata-rata selama saya bertugas di APP Sinar Mas, saya lebih banyak ditugaskan APP Sinar Mas memadamkan Karhutla di luar konsesi APP Sinar Mas di Riau ini, karena api yang di luar tersebut batas 5 km akan mengancam lahan APP Sinar Mas," kata Harlan menambahkan. 

Di waktu ketika hujan kerap turun seperti saat ini, rutinitas Harlan hanya standby. Dan di waktu standby-lah Harlan manfaatkan untuk beristirahat. Sebab, jika sudah memasuki musim kemarau, ia akan bekerja sebanyak apa ia beristirahat.

"Baik musim hujan maupun kemarau, atau ada api maupun tidak ada api, setiap pukul 07.00 sesuai permintaan APP Sinar Mas, heli dan crew dalam posisi alert (siaga). Kita harus siap berangkat. Kita standby di sekitar heli base, karena ketika kita standby harus digunakan semaksimal mungkin untuk istirahat, karena ketika sedang bekerja kita harus melakukan pekerjaan seberapa banyak yang harus kita kerjakan," jelasnya. 

Selama bekerja di Sinar Mas, Harlan mengaku senang sebab tim APP Sinar Mas sudah ada, sudah ready. Menurutnya, tim APP Sinar Mas juga cukup terlatih mengantisipasi kondisi yang serba mendadak. 

"Artinya, pada saat kita kelapangan memadamkan api, tim darat dari APP Sinar Mas yang ada di lapangan itu sudah terorganisasi untuk apa yang kita lakukan dari udara, mereka bisa lakukan follow-up di bawah untuk memadamkan api. Jadi, harus ada komunikasi dan kordinasi tim udara (water bombing) dan ground crew (tim darat) untuk memdamkan api, dan lebih sukanya lagi api itu padam dan tuntas kita selesaikan. itulah sukanya," paparnya. 

"Sedangkan dukanya pada saat kita diminta bekerja, kita mendapatkan kesulitan, misalnya pesawatnya trouble atau pada saat kita bekerja memadamkan api, kita dapat kesulitan teknis dari pesawat. Dan pas kita pulang, ada rasa kurang happy, tapi walau bagaimana pun keselamatan tetap kita utamakan. Karena kita seperti membiarkan api menyala terus, seolah-olah kita memadamkan api yang tidak pernah tuntas, dan itu mengganjal di hati," tambahnya. 

Selain itu, Harlan juga menjelaskan rutinitas jam kerja hariannya. Juga bagaimana ia mengatasi kebosanan di hari-hari kerjanya, seperti memberi makan ikan, berkebun, dan lain sebagainya. 

"Jam kerja dari perusahaan, 21 hari kerja dan 21 hari off (libur), dan saya saat di masa Ramadhan ini seharusnya menjelang lebaran nanti sudah harus off dan pulang, dan ini sudah biasa bagi saya selama 39 tahun saya lakukan yang jauh dari keluarga, tapi karena ini bukan hal yang pertama, maka kondisi ini harus diterima. Di samping ini tugas dan kerinduan terhadap keluarga sudah pastilah. Apalagi pengumuman karena Covid-19, dari tanggal 6 sampai 17 Mei tidak ada boleh keluar daerah, jadi kemungkinan jadwal pulang saya harus diperpanjang (tertunda)," jelasnya. 

“Karena hal ini boleh dikatakan hal yang sangat biasa, jadi saya mengatur aktifitas dari aktifitas yang tidak ada dari pekerjaan pokok (sebagai pilot water bombing). Misalnya, cari aktifitas lain, merawat tanaman di sekitar heli base ini, kasih makanan ikan yang saya pelihara, tanam-tanaman kecil di sekitar heli base ini, tukang-menukang, pokoknya lakukan aktifitas untuk mengobati beban kerinduan saya kepada keluarga. Jadi karena suasana pandemic Covid-19 ini sudah jauh-jauh hari diumumkan pemerintah, maka saya berusaha berkontribusi dengan pemerintah, supaya kita cepat-cepat keluar dari pandemi ini, kita ikuti aja regulasi pemerintah, kita fun-fun saja. Jadi, sesuatu hal yang logis bagi pekerjaan saya. Pada saat rasa sepi, saya harus minimize rasa sepi itu, tapi bukan berarti saya tidak punya rasa rindu terhadap keluarga," tutupnya. 

Pada saat diwawancarai di Heli Base, Harlan menerima video call dari anaknya. Terlihat Harlan bersenda gurau dengan cucunya di video call sambil mengobati kerinduannya.

Editor: Redaksi

Terkini

Terpopuler