Jauhilah Sifat Ujub

Jauhilah Sifat Ujub

Imam Al-Ghazali memberi definisi tentang ujub yaitu: “Merasa bangga terhadap diri sendiri dengan sebab adanya sesuatu dan lain hal”. Ujub merupakan sifat yang melekat pada diri manusia yang telah menganggap dirinya adalah segala-galanya. Muara dari ujub adalah kesombongan atau keangkuhan.
Kita tahu orang sombong ialah orang yang menolak kebenaran dan meremehkan orang lain dengan anggapan kepandaiannya lebih hebat dan lebih tinggi derajat maupun pangkatnya dari orang lain. Sifat sombong merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Dalam pergaulan orang orang sombong akan menjelma menjadi bentuk tindakan membanggakan diri, ingin tampil, jika ada perdebatan atau diskusi akan muncul keras hatinya dan jangan coba coba menolak dan membantah pendapatnya, sekalipun pendapatnya itu jelas jelas salah.
Jika diberi nasihat, ditolaknya dan sebaliknya jika ia memberi nasihat maka siapapun harus menerimanya. Sombong akan merusak tatanan, menimbulkan kepalsuan kepalsuan, semu belaka, pembenaran pembenaran dan pemaksaan pemaksaan. Pintu masuk sombong dan ujub yaitu keilmuan, ibadah, keturunan, paras/wajah, harta dan kekuasaan.
Kita lihat beberapa contoh, pertama sombong karena harta, biasanya orangnya pelit, hubbuddunya, rakus dan tamak. Dia meremehkan orang lain karena hartanya. Segala sesuatu dinilai dengan uang.
Berikutnya sombong karena kekuasaan, orangnya otoriter, pemaksaan-pemaksaan kehendak, cenderung dengan kekerasan, ancaman dan merasa paling berkuasa. Suka menyalahgunakan kekuasaan. Berikut sombong karena ibadah, dia dan alirannyalah yang benar, orang lain salah. Merasa alim, seolah olah surga hanya untuk dia, orang lain tak pantas. Tentang agama dialah yang paling tahu. Karena tidak sealiran jarang tegur sapa.
Bahaya sombong dan ujub dalam kepemimpinan, sulit bekerja sama (teamwork), cenderung pemaksaan dan egois. Tak boleh ada saingan, tak boleh ada dua matahari. Akibatnya akan terjadi kehidupan yang penuh kesemuan dan feodalisme.
Islam jelas-jelas sangat menentang kesombongan dan ujub. Lihat surat Al-Mukmin 35: “Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang wenang”. Berikutnya An-Nahl 24 : “Sesungguhnya Allah tidak suka orang orang sombong". Begitu pula hadis: “Ada tiga hal yang merusak kehidupan, pertama bakhil yang ditaati, yang kedua nafsu yang diikuti dan ketiga kagum terhadap diri”.
Hadis lain: “Bukanlah seorang muslim yang suka mencela dan menyakiti perasaan orang lain”. (HR Tarmidzi). Pertanyaan sekarang, adakah di sekitar kita orang orang yang ujub dan sombong? Mari kita jawab dengan jujur. Dan jawabannya tentu ada. Malah ada di semua lapisan masyarakat. Namun yang paling berbahaya adalah jika sifat ujub menginggapi para elite dan pemimpin. Akan terjadilah apa yang kita sebut di atas, seperti otoriter, egois, pemalsuan pemalsuan, feodal dan yang menyakitkan mulutnya yang tak terkontrol.
Bagaimana cara menjauhi sifat ujub? Imam Al-Ghazali menyebutkan sebagai berikut; Pertama, biasakan mengenali diri, siapa kita sesungguhnya, asal muasal kita, apa yang telah kita berikan kepada orang banyak, agama dan bangsa. Kedua, berusaha menjadi orang orang tawaddu yaitu orang orang yang rendah hati, tahu diri, menebarkan salam, kata-katanya sejuk dan berisi, menghargai pendapat orang lain, sabar, suka musyawarah serta ikhlas.
Intinya adalah menghindari sifat ujub dan sombong dengan bersikap saling merendahkan diri dan saling menghargai, bak kata orang bijak “Pakailah ilmu padi, semakin berisi semakin tunduk”. Jika gagal mengatasi rasa kagum terhadap diri, cepat atau lambat di dunia kita akan dijauhi dan dibenci, di akhirat neraka jahannam telah menanti. Oleh sebab itu buat apa kita ujub? Mari kita renungkan.***

Oleh: Iqbal Ali - Pengamat sosial dan keagamaan