Dividen 6 BUMD Riau Tahun Ini Meningkat

Dividen 6 BUMD Riau Tahun Ini Meningkat

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU – Pemerintah Provinsi Riau telah menerima laporan dividen tahun 2021 dari 8 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Dari 8 BUMD tersebut, PT Bank Riau Kepri (BRK) peyumbang dividen tertinggi yakni sebesar Rp106,306 miliar.

Sedangkan BUMD PT Bumi Siak Pusako (BSP) mengalami penurunan dividen yang cukup signifikan, tahun 2020 sebesar Rp14,964 miliar, sementara untuk tahun ini sebesar Rp3,962 miliar, dengan selisih dividen sebesar Rp12,373 miliar. Dengan demikian BSP dalam menjalankan perusahaannya juga mengalami penurunan bila dibandingkan tahun sebelumnya.

Kepala Biro Ekonomi Setdaprov Riau mengatakan, dari 8 BUMD yang telah berjalan selama satu tahun ini, 6 BUMD telah memberikan dividen. Untuk tahun ini realisasi dividen mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai Rp29 miliar. Sementara PT Riau Petrolium satu-satunya BUMD yang belum memberikan dividen sama sekali.


“Realisasi dividen BUMD kita mengalami peningkatan, tahun 2020 lalu sebesar Rp88,442 miliar, untuk tahun ini sebesar Rp117,402 miliar. Tentu ini hasil yang cukup baik bagi BUMD kita yang terus berjalan dan memberikan dividen bagi Pemprov Riau,” ujar Karo Ekonomi Jhon A Pinem, Minggu (22/8/2021).

Dijelaskan Jhon Pinem, untuk PT BRK sendiri mengalami peningkatan yang cukup baik, sedangkan Riau Petrolium sendiri belum menjalankan perusahaannya pada tahun sebelumnya, dan ditargetkan pada tahun ini, Riau Petrolium bisa memberikan dividen melalui kegiatan yang dijalankan.

“dividen yang tertinggi masih BRK, dan memang BRK masih menjadi harapan kita untuk terus memberikan dividen. Sedangkan Riau Petrolium belum memberikan dividen, dan kita berharap nantinya Riau Petrolium bisa memberikan dividen, setelah berjalannya pengelolaan Blok Rokan, dan kita mendapatkan PI 10 persen. Jika nanti Riau Petrolium diberikan kepercayaan menjalankannya tentu akan memberika dividen bagi Pemprov,” ujar Jhon Pinem.

“Kalau untuk BSP memang turun jauh dividen yang kita terima, sebelumnya hampir mencapai Rp15 miliar, tahun ini hanya Rp3 miliar. Penghasil dari BSP berkurang, dan kita hanya mempunyai saham di BSP sebesar 15 persen. Makanya tidak begitu besar dividen yang kita terima. BSP tidak sepenuhnya kita yang jalani,” tambah Jhon Pinem.

Sementara untuk BUMD lainnya yang memberikan dividen pada tahun ini di antaranya, PT Jamkrida, memberikan dividen Rp4,004 Miliar, PT Permodalan Ekonomi Rakyat, dividen sebesar Rp1,067 Miliar, PT Pengembangan Investasi Riau (PIR) dividen sebesar Rp904 juta. PT Sarana Pembangunan Riau (SPR) dividen sebesar Rp1,275 Miliar. PT Bumi Siak Pusako, dividen sebesar Rp3,926 miliar, PT Asuransi Bangun Akrida dividen sebesar Rp187 juta.

“Jadi ini semua berkat kerjasama di seluruh BUMD kita setelah dilakukan evaluasi. Sehingga seluruh BUMD bekerja dengan baik, dan terjadi kenaikan dividen bagi APBD kita. Mudah-mudahan ke depan lebih baik lagi,” tutupnya.

Sementara itu, Komisaris PT BSP, Riki Hariansyah mengakui bahwa dividen dari perusahannya pada tahun 2021 ini mengalami penurunan. Kondisi ini dikarenakan harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) mengalami penurunan pada tahun 2020, dan berpengaruh terhadap produksi yang ada di BSP.

“Ini dikarenakan penurunan harga ICP, pada tahun 2020 ICP rata-rata 43 USD, biasanya 3 tahun sebelumnya mencapai 65-67 USD/barel. Namun secara operasi masih normal, rata-rata produksi di 9200-an barel/day, harga UAD 14000-an, ada penurunan sebesar +- 33 % ICP dari tahun sebelumnya,” ujar Riki melalui pesan Whatsapnya.

Dijelaskan Riki, dividen yang dihasilkan oleh PT BSP tergantung dari tiga faktor, mulai dari produksi, pengaruh dari naiknya nilai mata uang dolar, sampai dengan ICP. Jika ICP naik maka penghasilan akan naik, namun jika ICP menurun maka juga akan menurun penghasilan yang menyebabkan dividen juga mengalami penurunan.

“dividen BSP itu tergantung oleh 3 faktor, pertama Produksi/ lifting, kedua USD terhadap rupiah, dan ketiga harga. Biasanya industri migas itu mengalami penurunan pendapatan di karenakan haraga minyak mentah dunia, kalau kita ICP, tapi kegiatan operasi normal-normal saja. Untuk laba tahun ini, laba bersih 1,97 juta USD, sekitar Rp28,7 miliar. Biasanya laba mencapai Rp80 miliar,” jelasnya.

Untuk meningkatkan laba bersih atau dividen PT BSP, pihaknya telah melakukan evaluasi dan meningkatkan kinerja, seiring dengan melihat naiknya ICP. Untuk tahun 2021 ini ICP diinformasikan naik mencapai 65 USD/barel. Diharapkan peningkatan ini akan lebih meningkatkan kinerja dengan menambah sumur bor di wilayah kerja BSP.

“Tahun 2021 ini rata-rata ICP sudah naik 65 USD/barel. Tahun ini kita lagi melakukan optimalisasi sumur-sumur eksisting dan pengeboran sumur baru, ada 16 sumur yang akan kita bor tahun ini. Dengan optimalisasi dan pengeboran sumur baru, otomatis akan meningkatkan produksi. Kita berharap ICP jangan sampai turun lagi, kalau ICP turun, itu di luar kuasa kita sebagai operator migas,” tutupnya.



Tags Ekonomi