Bangun IPAL dengan Pinjaman Bank Dunia, Dewan: Retribusi Masyarakat untuk Bayar Utang

Bangun IPAL dengan Pinjaman Bank Dunia, Dewan: Retribusi Masyarakat untuk Bayar Utang

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Ketua Pansus II Raperda Pengelolaan Air Limbah Domestik DPRD Kota Pekanbaru, Nurul Ikhsan mengaku pembangunan instalasi pipa air limbah (IPAL) di Indonesia menggunakan dana pinjaman dari Bank Dunia. Oleh karenanya, masyarakat yang rumahnya dilalui dan memanfaatkan IPAL nantinya akan dimintai retribusi untuk membantu pemerintah membayar utang.

"Jadi pelaksanaan proyek ini kan membebankan pemerintah karena meminjam dana Bank Dunia. Maka untuk menutupi utang pemerintah itu, ya kita tarik retribusi dari masyarakat," ujarnya kepada Riaumandiri.co, Jumat (18/6/2021).

Meski begitu, pemasangan IPAL untuk masyarakat dinilai punya manfaat banyak. Nurul menceritakan, proyek IPAL telah direncanakan sejak 2011. Namun, baru bisa direalisasikan pada 2016. Indonesia, kata Nurul, jauh terlambat daripada Malaysia.


Di Malaysia, pada 1948 masyarakatnya masih membuang air limbah domestik di parit dan tanah. Tapi, pada 1984 sudah mulai memikirkan dan membangun IPAL. Maka sekarang, terbukti parit-parit di Malaysia hanya mengalirkan air hujan saja.

"Tujuannya agar limbah cair domestik (rumah tangga) itu tidak menyebar ke mana-mana. Entah nanti sumur bor diresapi air-air kotor. Dampak jangka panjangnya anak-anak Pekanbaru pada masa yang akan datang. Bisa jadi autis, dsb.

"Tugas kita yang susah itu memberi pemahaman. Kontrak awal ini akan disambungkan itu 11 ribu rumah sampai 2024. Tapi semua masyarakat harus menerima proyek ini. Jadi parit itu bersih. Air kotornya ke dalam IPAL. Kalau masih ada masyarakat yang menolak, tentu masih ada dampak itu nanti. Makaya, masyarakat ikut andillah menyukseskan program ini," katanya.

Hingga saat ini, belum ditentukan berapa besaran retribusi yang akan ditarik dari masyarakat.

"Belum. Tunggu ranperdanya selesai dulu," tutupnya.