Pancasila Jadi Barang Rongsok, FKPMR: Perlu Formula Baru Agar Diterima Milenial

Pancasila Jadi Barang Rongsok, FKPMR: Perlu Formula Baru Agar Diterima Milenial

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Ketua Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR), Chaidir menilai pemerintah perlu menyusun formula baru ala Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi milenial. 

Chaidir menyebut, kalangan muda tidak lagi bisa sekadar didongengkan tentang sila-sila. Butuh keteladanan dari tokoh, khususnya pejabat sehingga nilai-nilai Pancasila dapat diterima dengan baik. 

"Sekarang ini era sudah berubah. Pemikiran kita sudah digerogoti dengan perubahan yang begitu cepat terjadi, baik internal dan eksternal. Jadi kita memerlukan cara yang baru untuk memasyarakatkan nilai Pancasila itu. Ya kalau sekarang mau menggunakan P4, itu dulu mungkin bisa di era Orde Baru. Tapi sekarang harus dicari pola baru, terobosan agar Pancasila bisa diterima kalangan milenial kita. Pertemukan Pancasila itu dengan teknologi agar ia menjadi akrab begitu," jelasnya kepada Riaumandiri.co, Selasa (1/6/2021).


Selain itu, Pancasila dinilai sudah jarang dibicarakan, kecuali hanya pada hari kelahirannya saja. Menurut Chaidir, bagaimana mungkin sebuah ide dapat direalisikan tanpa terus dibicarakan. Istilahnya, lancar kaji karena diulang. 

"Saya teringat dulu Pak Habibi pidato pada 2015, kalau tidak salah. Beliau mengatakan sekarang Pancasila itu dibiarkan kesepian di sebuah pojok dan gelap. Jarang bahkan tidak pernah disapa lagi," katanya. 

"Pancasila itu sejak dulu kita pahami, bahwa kelima sila itu harus satu kesatuan dan diamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari, berbangsa, dan bernegara. Namun, yang jadi masalah, sekarang kita sudah jarang membicarakan Pancasila itu. Bapak-bapak kita, pejabat-pejabat kita, dalam pidatonya kan tidak pernah lagi menyinggung Pancasila," tambahnya.

Akhirnya, kata Chaidir, terasa ada jarak atau Pancasila itu semacam ditinggalkan. Jadi, perilaku, nilai-nilai, norma yang ada di tengah masyarakat seakan sudah demikianlah adanya tanpa lagi mengacu pada dasar negara, yaitu Pancasila. 

"Kalau jarang dibicarakan, padahal kan lancar kaji karena diulang," tutupnya. 

Hari ini adalah peringatan Hari Lahir Pancasila. Dikutip dari laman BPIP, Hari Lahir Pancasila ditandai oleh pidato Presiden pertama Indonesia, Soekarno pada 1 Juni 1945 dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan). Pidatonya itulah pertama kalinya mengemuka konsep awal Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia.

Dalam sejarahnya, sidang berjalan sekitar hampir 5 hari, kemudian pada 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan ide serta gagasannya terkait dasar negara Indonesia, yang dinamai “Pancasila”. Panca artinya lima, sedangkan sila artinya prinsip atau asas. Pada saat itu Bung Karno menyebutkan lima dasar untuk negara Indonesia, yakni Sila pertama “Kebangsaan”, sila kedua “Internasionalisme atau Perikemanusiaan”, sila ketiga “Demokrasi”, sila keempat “Keadilan sosial”, dan sila kelima “Ketuhanan yang Maha Esa”.

Untuk menyempurnakan rumusan Pancasila dan membuat Undang-Undang Dasar yang berlandaskan kelima asas tersebut, maka Dokuritsu Junbi Cosakai membentuk sebuah panitia yang disebut sebagai panitia Sembilan. Berisi Soekarno, Mohammad Hatta, Abikoesno Tjokroseojoso, Agus Salim, Wahid Hasjim, Mohammad Yamin, Abdul Kahar Muzakir, AA Maramis, dan Achmad Soebardjo.

Setelah melalui beberapa proses persidangan, Pancasila akhirnya dapat disahkan pada Sidang PPKI 18 Agustus 1945. Pada sidang tersebut, disetujui bahwa Pancasila dicantumkan dalam Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar negara Indonesia yang sah.



Tags Riau