Soal Vaksinasi Serentak, Warga: Sudah Tidak Percaya Pemerintah

Soal Vaksinasi Serentak, Warga: Sudah Tidak Percaya Pemerintah

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Sebanyak 22.000 dosis vaksin Covid-19 merk Sinovac telah sampai di Kota Pekanbaru pada Selasa (5/1/2021) lalu. Rencananya, pemerintah mulai melaksanakan vaksinasi terhadap para prioritas serentak se-Indonesia pada 13 Januari 2021 medatang, bertahap, hingga target 70 persen masyarakat di tiap provinsi dapat tervaksinasi.

Akan tetapi, hasil uji klinis fase 3 vaksin asal China ini baru akan diumumkan BPOM pada 15 Januari 2021 nanti, terlambat dua hari dari jadwal serentak vaksinasi secara nasional. 

"Kita akan buat laporan intrim report sekitar tanggal 15 januari 2021 atau dua bulan setelah suntikan kedua selesai," tutur Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Universitas Padjajaran (Unpad) Kusnandi Rusmil, seperti dilansir dari Kompas.com.


Pemerintah sekaligus para dokter dan ilmuwan terus berupaya mensosialisasikan tentang vaksinasi ini. Tentang vaksin tidak berbahaya, imbauan tidak termakan hoax, ajakan tidak perlu takut divaksin, dsb. Namun, apakah imbauan dan ajakan ini ditanggapi positif oleh masyarakat?

Riaumandiri.Co mewawancarai beberapa warga Panam, Pekanbaru dan sekitarnya secara acak dan mendapati hampir semua narasumber tidak percaya, bahkan tidak ingin divaksin dengan berbagai alasan. 

"Enggak usah percaya vaksinlah. Udah ada vaksin tapi masih ada lagi 4 varian Covid-19 ini dibikin, dibilang WHO. Jadi apa gunanya vaksin ini? Apa fungsinya?" ujar Adrian Eka Nasution usai menonton video CNBC Indonesia di kanal Youtube berjudul WHO: Ada 4 Varian Baru Virus Corona. 

Amerita Syahrial, warga Sidomulyo yang Riaumandiri.co temui juga mengaku tidak ingin divaksin. Menurutnya, vaksin justru memancing penyakit. Ia juga mengaku tidak lagi percaya informasi yang disampaikan pemerintah. 

"Aku enggak mau pakai vaksin. Udah bilang ke keluarga. Menurutku vaksin ini justru memancing penyakit. Kita udah hidup sehat, udah bersih. Jelas di badan kita enggak ada apa-apa, dikasih pula vaksin. Aku juga enggak minum vaksin kaki gajah. Menurutku sama aja semua itu," ungkapnya. 

"Selain itu aku juga udah enggak percaya pemerintah lagi. Informasi yang mereka kasih kayak enggak pernah kredibel lagi. Jadi mau vaksin, pemerintah, aku udah enggak percaya lagi," tambah Ame. 

Mahasiswi asal Padang Panjang, Anisa Qisti juga mengungkapkan hal senada. Ia mendapat informasi dari media bahwa negara yang memproduksi Vaksin Sinovac justru membeli vaksin dari negara lain. Hal itulah yang membuatnya tidak yakin keampuhan Vaksin Sinovac. 

"Aku sempat baca, Cina ini ekspor vaksin ini cuma ke beberapa negara aja. Terus aku mikir, Cina ini kan emang negara eksportir ya. Tukang ekspor. Tapi kenapa dia cuma ekspor di beberapa negara aja? Bukannya semua negara? Terus, dia bikin vaksin, tapi dia malah impor vaksin dari luar negaranya. Kan dia produksi sendiri, ngapain dia pakai vaksin bikinan negara lain? Jadinya kita ragu sama Vaksin Sinovac ini," paparnya. 

Mauludin Wamoi, perantau asal Papua Barat bahkan mengungkapkan pemerintah gagal membendung informasi keliru soal vaksin. Hal itu menurutnya yang membuat banyak orang, bahka dirinya, menjadi tidak yakin dengan narasi-narasi tentang vaksin yang dibuat pemerintah.

"Jadi pemerintah kayaknya enggak mampu meyakinkan warga bahwa vaksin ini baik. Tapi aku pribadi juga enggak yakin sama vaksin ini. Karena aku pikir ada kemungkinan-kemungkinan buruk pasca menggunakan vaksin ini. Kan vaksin ini cairan yang masuk ke dalam tubuh," jelasnya. 

"Jadi ada banyak ketakutan masyarakat yang tidak dijelaskan dan dijawab secara detail oleh pemerintah," tambahnya. 

Dengan ketidakpercayaan masyarakat terhadap solusi yang ditawarkan pemerintah, sekaligus jelang vaksinasi serentak secara nasional pada 13 Januari 2021 nanti, sesungguhnya apa yang diharapkan oleh pemerintah?

 

Reporter: M Ihsan Yurin

 



Tags Corona