Soal Lahan Bekas Karhutla, Ini Tanggapan Gubri Syamsuar 

Soal Lahan Bekas Karhutla, Ini Tanggapan Gubri Syamsuar 

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Gubernur Riau Syamsuar meminta agar lahan bekas kebakaran lahan dan hutan yang sepanjang 2019 ini mencapai lebih dari 1.700 hektare dan mayoritas terjadi di pesisir wilayah itu untuk ditanami kembali dengan tanaman kopi.

Syamsuar mengatakan, tanaman kopi liberika dinilai layak dikembangkan di Provinsi Riau, terutama wilayah pesisir yang mayoritas berkontur lahan gambut. 

Selain itu, dia mengatakan komoditas kopi saat ini diterima dengan baik di pasar dunia internasional dan sukses dibudidayakan di wilayah Kepulauan Meranti.


"Itu salah satu solusi. Kita tidak berharap lagi di situ ditanami dengan tanaman sawit," kata Syamsuar di sela-sela ekspor beragam komoditas pertanian Provinsi Riau di Kantor Balai Karantin di Pekanbaru, Senin (11/3/2019).

Dia menyebut masyarakat Provinsi Riau masih memiliki pola fikir bahwa sawit merupakan sumber kehidupan utama. Padahal, kata dia, kopi seperti jenis liberika yang menurut dia sukses dikembangkan di wilayah pesisir seperti Kepulauan Meranti, Riau, diterima dengan baik dunia internasional. "Dan saat ini menjadi tren dunia," ujarnya.

Untuk itu, dia berharap kepada Kementerian Pertanian dapat membantu penyediaan bibit kopi untuk bisa dikembangkan di wilayah bekas Karhutla.

"Kalau bisa ada bibit dari pemerintah, yang bisa cocok dengan tanaman gambut bekas terbakar. Jadi kalau bisa kita ekspor, salah satunya kopi. Itu jadi ikon internasional," jelasnya.

Kepala Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian, Ali Jamil menyambut baik rencana tersebut. Ali menyebut saat ini komoditas ekspor Provinsi Riau mayoritas masih ditopang dari kelapa dan kelapa sawit serta produk turunannya.

Untuk itu, dia mengatakan berdasarkan instruksi dari Presiden Joko Widodo, pihaknya siap membantu mempercepat kegiatan pengembangan dan ekspor komoditas pertanian dari Provinsi Riau. Salah satunya dengan menyiapkan sertifikasi produk-produk pertanian tujuan ekspor untuk bisa diterima di negara tujuan.

"Provinsi Riau yang kaya akan produk pertanian ekspor ini juga dilakukan sertifikasi pelepasan ekspor terhadap komoditas pertanian lainnya," ujarnya.

Pada hari ini, Balai Karantina melepas ekspor komoditas pertanian Provinsi Riau senilai Rp627 miliar. Ali mengatakan potensi niali ekspor komoditas pertanian Riau masih jauh lebih besar, karena saat ini banyak eksportir masih memilih mengirim produk mereka via luar Provinsi, seperti Pelabuhan Balawan Medan dan Bandara Soekarno Hatta.

Ke depan, dia menuturkan akan terus melakukan penguatan sistem perkarantinaan. Khusus untuk akselerasi ekspor upaya yang dilakukan diantaranya meningkatkan kualitas layanan publik, sertifikasi manajemen mutu laboratorium ISO/EIC 17025-2017, penerapan sistem manajemen anti penyuapan dan pembinaan perusahaan eksportir dengan program Agro Gemilang.