Setelah Bombardir Suriah, Trump Ingin Secepatnya Tarik Pasukan AS

Setelah Bombardir Suriah, Trump Ingin Secepatnya Tarik Pasukan AS
RIAUMANDIRI.CO, WASHINGTON – Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden Donald Trump ingin agar pasukan Amerika Serikat (AS) di Suriah pulang secepatnya. Pernyataan tersebut disampaikan sehari setelah Presiden Prancis, Emmanuel Macron menyatakan telah meyakinkan Trump untuk mempertahankan keberadaan pasukan Amerika Serikat di Suriah untuk jangka panjang.
 
"Sepuluh hari yang lalu, Presiden Trump mengatakan 'Amerika Serikat harus mundur dari Suriah'. Kami meyakinkannya bahwa (pasukan AS) perlu tinggal,” kata Macron dalam wawancara yang disiarkan televisi dan radio.
 
"Kami meyakinkannya bahwa (pasukan AS) perlu tinggal untuk jangka panjang."
 
Namun, Gedung Putih kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa Trump tetap berencana untuk menarik pasukan Amerika Serikat dari Suriah.
 
"Misi AS tidak berubah - presiden telah mengatakan dengan jelas bahwa dia ingin pasukan AS secepat mungkin pulang ke rumah," kata Juru Bicara Gedung Putih, Sarah Sanders sebagaimana dilansir Reuters, Senin (16/4/2018).
 
“Kami bertekad untuk sepenuhnya menghancurkan ISIS dan menciptakan kondisi yang akan mencegah mereka kembali. Selain itu kami mengharapkan sekutu regional dan mitra kami untuk mengambil tanggungjawab yang lebih besar, baik secara militer dan finansial untuk mengamankan kawasan ini, ” tambahnya.
 
Pada Sabtu, Amerika Serikat, Prancis dan Inggris meluncurkan 105 rudal yang menargetkan tiga lokasi yang diduga sebagai fasilitas senjata kimia di Suriah. Serangan tersebut merupakan respons Barat terhadap Damaskus yang dituduh bertanggungjawab atas serangan senjata kimia yang dilaporkan menewaskan puluhan korban di Douma pada 7 April.
 
Pemerintah Rusia dan Suriah membantah tuduhan negara-negara Barat tersebut dan menyatakan tidak terlibat dalam serangan senjata kimia di Douma. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut serangan ketiga negara tersebut ke Suriah sebagai tindakan ilegal karena dilakukan tanpa mandat dari PBB.
 
Editor: Nandra F Piliang
Sumber: Okezone