Bisakah Pakai Filosofi Air Mengalir untuk Bertahan di Era Disruption?

Bisakah Pakai Filosofi Air Mengalir untuk Bertahan di Era Disruption?
Oleh: Dr Irvandi Gustari
Direktur Utama Bank Riau Kepri
 
Kita sering mendengar dari berbagai pihak bahwa hidup itu lalui saja bagaikan air mengalir, dan air itu cepat atau lambat akan sampai juga ke muara. Air mengalir juga akan mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah dan itu tanpa diarahkan, ya memang akan mengalir dengan sendirinya ke tempat yang lebih rendah.  
 
Air pun punya kekuatan unik, dimana secara lambat laun bila ada yang menghalanginya seperti batu besar dalam alirannya, maka secara lambat laun batu itu akan dikikisnya sampai ada aliran yang bisa dilewati, atau batu itu dilewatinya dengan ketinggian yang bertambah dan pada akhirnya air bisa melewati batu itu.
 
Banyak memang keunikan dari air tersebut. Namun betulkah dalam era disruption ini filosofi air mengalir sudah tidak cocok kita pakai? Hidup bagaikan air mengalir sebenarnya mengajarkan kita bahwa hidup ini seolah -olah sudah ada mengaturnya, artinya seolah-olah kita pasrah kepada nasib, kita pasrah kepada takdir, dan kita pasrah kepada suratan hidup. Semuanya itu sebenarnya adalah pembenaran bahwa hidup itu tidak perlu ngoyo dan ikuti aja sesuai dengan suratan nasib kita, sehingga setiap kegagalan yang kita alami selalu yang dikambing hitamkan adalah nasib atau takdir. 
 
Masih bisakah paham seperti itu kita jadikan pegangan dalam era disruption ini? 
 
Di era disruption ini yang dulunya kita berfikir hal itu tidak mungkin bisa, nah sekarang ternyata lebih dari itu malah bisa. Contohnya sederhananya saja, tidak pernah terpikir oleh kita sebelumnya dulu bahwa pada usaha taksi, namun tidak perlu punya kendaraan taksinya serta tidak perlu mengelola dan menggaji supir taksinya. 
 
Juga tidak pernah pula terpikirkan oleh kita, orang menabung ataupun minta kredit ke bank, tanpa perlu datang dan hadir di kantor bank tersebut. Ada lagi contoh lain bahwa perusahaan travel agent tidak perlu ada kantor serta tidak perlu bertemu dengan customer service untuk pelayanannya. 
 
Ya begitulah contoh yang sangat sederhana saja yang terjadi pada era disruption, dan kita mau tidak mau harus bisa mengikuti perubahan yang begitu cepat, dan kadangkala seringkali perubahan yang barupun sudah ada lagi, kendati perubahan yang sebelumnya belum tuntas untuk diantisipasi.
 
Lalu bagaimana dengan sikap kita menghadapi era disruption ini? Apakah kita tetap bersikap “low profile” bagaikan air mengalir saja kah? Ataukah kita bersikap sebaliknya, tidak mengikuti air mengalir namun melawan arus air tersebut ?
 
Dalam era disruption ini sesuatu yang tadinya mustahil atau tidak mungkin sesuatu itu akan bisa terjadi. Nah, malah akan terjadi dan terwujud segala sesuatunya itu diluar konteks pemikiran kita secara normatif. Ya, memang perkembangan teknologi dalam era disruption ini, secara cepat dan tak terduga  mampu mengubah pola pikir dan bahkan peradaban manusia secara revolusioner 
 
Lalu bagaimana sebaiknya sikap kita? Prinsip air mengalir tentunya tidak bisa lawan atau kita bantah, sebab hal itu adalah sudah merupakan suatu kodrat alam. Namun untuk bisa dan tetap bertahan dalam era disruption ini, prinsip air mengalir itu, tidak boleh ada titik atau berhenti sampai disitu saja. Jadi prinsip air mengalir itu sebenarnya masih ada lanjutannya atau masih ada tanda baca koma, Apa kalimat setelah koma (tanda baca koma tersebut)?
 
Secara lengkapnya prinsip air mengalir yang cocok untuk bertahan di era disruption adalah: “Pakailah prinsip air mengalir, namun tidak boleh hanyut”. 
 
Dijamin bila kita menerapkan prinsip tersebut yaitu dengan menambahkan kalimat “ … tidak boleh hanyut”, maka secara filosopi dapat dimaknai bahwa kita dalam kehidupan tidak bisa memungkiri adanya suatu dinamika perubahan yang berkelanjutan, namun perubahan-perubahan yang terjadi tersebut, bukan berarti kita pasrah begitu saja. 
 
Kita harus memaknai dan mengikuti proses perubahan itu secara positif, dan namun kita harus tetap eksis dengan format dan pola perubahan yang kita yakini sesuai dengan kemampuan serta nilai-nilai kearifan lokal yang kita miliki.
 
Jadi? Kita harus selalu berubah sesuai dengan perubahan yang tak henti-hentinya dalam dunia kehidupan ini. Dan ingat, kita harus punya jati diri sendiri dan tanpa perlu latah ikut-ikutan berubah mengikuti format perubahan orang atau pihak lain, namun lakukanlah proses perubahan tersebut sejalan dengan nilai-nilai dan norma budaya yang kita miliki.