Puasa dan Pendidikan Karakter

Puasa dan Pendidikan Karakter

Begitu terasa cepat waktu berlalu, sepertinya Ramadan  yang lalu baru meninggalkan kita, tatapi kini bulan yang dinantikan oleh umat muslim sudah tiba, dan sewajarnya lah kita bersyukur kepada Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang telah mempertemukan dengan Ramadan tahun 1437 H ini.

Tentunya harus kita buktikan tanda syukur tersebut, dengan cara memaknai Ramadan sesuai dengan ajaran Islam, yakni  mengisi dengan berbagai macam aktivitas yang positif, inovatif, kreatif, konstruktif dan meningkatkan amal ibadah kepada-Nya.

Barangkali Ramadan tahun ini, yang kita laksanakan sebagai perintah untuk melaksanakan puasa juga sekaligus waktu jeda terhadap permasalahan yang sedang dialami oleh anak bangsa kita.

Apa yang terjadi  saat ini sejumlah peristiwa yang memprihatinkan, seolah-oleh nilai dan norma sosial terguras dan terdegradasi, krisis multidimensi dan dekadensi moral meraja lela di tengah masyarakat kita.

Penyakit sosial semakin menjadi-jadi dan berkembang seakan tidak bisa dikendalikan. Perbuatan cabul dan tindakan kekerasan yang dilakukan pada anak-anak maupun wanita seperti hal yang biasa saja.

Ada anak sekolah yang diperkosa sampai belasan orang yang terjadi pada anak yang bernama Yuyun di Bengkulu. Ada juga anak yang tega menganiaya orang tuanya sendiri, bahkan menghabisi nyawanya.

Bahkan ada orang tua yang menggarap anak kandungnya sendiri. Penggunaan obat yang terlarang dan pengedarannya semakin hari semakin meluas, tidak hanya melanda masyarakat perkotaan, akan tetapi sudah melanda ke wilayah pedesaan.

Barangkali untuk menangkal itu semua mari kita jalankan ibadah puasa di bulan Ramadan ini dengan kaffah, insya Allah kita akan mampu megendalikan diri dan terhindar dari permasalahan tersebut.

Allah berfirman yang artinya, “ Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu, supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa”.

(QS. Al-Baqarah: 183). Nah dari ayat ini, tujuan akhir dari puasa itu adalah menjadikan orang tersebut bertakwa. Untuk menciptakan nilai takwa itu wajib melalui ujian kesabaran, melatih diri untuk menahan hawa nafsu dari makan dan minum, menahan diri dari perkataan dan perbuatan sia-sia termasuk riya.

Rasulullah bersabda yang artinya, “Bukanlah puasa itu hanya sekedar menghentikan makan dan minum tetapi puasa itu ialah menghentikan omongan-omongan kosong dan kata-kata koto.

” (HR. Ibnu Khuzaimah). Puasa secara sederhana diartikan sebagai suatu bentuk penghindaran diri dari segala hal yang membatalkannya sejak fajar sampai dengan Magrib. Esensi yang termuat di dalamnya adalah puasa secara fisik dan mental.

Fisik artinya meninggalkan makan dan minum, sedangkan secara mental artinya menghindari segala sesuatu yang dapat membuat batin kita berdosa baik lewat mulut, mata dan lain sebagainya dan yang lebih utama menjaga agar hati jangan sampai tergerak berbuat dosa.

Tanpa disadari dengan melaksanakan puasa sesuai dengan pengertian tersebut di atas, kita telah melakukan pendidikan karakter pada diri sendiri, sebab kalau kita puasa pasti menjaga diri dari hal yang membatalkan puasa, dan harus pula menjaga mulut atau lisan untuk berbicara yang tidak baik.

Secara terminologi, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri.

Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang.

Karakter murupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat (Agus Zaenul Fitri: 2012).

Dari arti karakter tersebut di atas, tidak salah jika kita mengatakan bahwa puasa dapat melatih berkarakter, karena telah dijelaskan bahwa puasa mengajak kita untuk menahan diri kita dari melakukan hal-hal yang buruk, yang paling utama adalah mejaga lisan kita dari berkata tidak baik. Bukankah ini merupakan pendidikan karakter?

Kita harus menjaga lisan, hal ini justru akan baik karena kita dapat menjaga hubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Ciri orang yang berakhlak  dalam kehidupan sehari-hari adalah orang yang konsisten dalam berucap dan berperilaku.

Seseorang bisa dilihat berkarakter baik dari lisannya, yakni cara berbicara atau berbahasanya.

Orang yang berbahasa baik dan sopan bisa dikatakan atau dipastikan ia memiliki karakter baik. Puasa dapat membentuk karakter Islami, banyak hal positif yang dapat menjadi wahana dalam membentuknya.

Salat lima waktu, tadarus quran dan hal lain yang bersifat amal saleh. Hal yang paling utama yang harus dilakukan ialah mengendalikan hawa nafsu.

Jika seseorang tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya maka dalam berpuasa ia tidak akan mendapatkan apa-apa. Hawa nafsu adalah puncak dari segalanya yang ada dalam diri manusia.

Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa peperangan yang besar ialah peperangan melawan hawa nafsu.

Pengendalian diri dari hawa nafsu seperti batasan dalam menjalani kehidupan. Kita harus mampu membatasi diri dari keinginan duniawi, jangan sampai kita terjerumus dalam kehancuran.

Kemampuan mengendalikan hawa nafsu ini lama-lama berubah menjadi terbentuknya akhlak dan moral baik. Kemampuan mengendalikan hawa nafsu akan melahirkan manusia-manusia yang berkarakter baik.

Jika semua masyarakat kita dapat melakukannya, maka masyarakat kita ini dapat menjadi masyarakat yang aman dan tenteram. Puasa selama bulan Ramadan akan mengembalikan manusia kepada fitrahnya, seperti manusia yang baru lahir.

Ibadah puasa sebagai sebuah pendidikan karakter adalah upaya pembangunan yang bertata nilai. Pembangunan yang akan melahirkan manusia yang berkarakter unggul. Manusia-manusia yang akan membentuk masyarakat yang baik.

Segala ibadah yang dilakukan di bulan Ramadan ini merupakan sumber pendidikan karakter bagi umat Islam.

Apabila hakikat puasa ini bisa diwujudkan pada setiap manusia, sudah barang tentu akan berdampak besar bagi pendidikan karakter buat bangsa kita.

Dan yang terpenting segala amal di bulan ramadhan kita laksanakan juga pada bulan-bulan lainnya. Insya Allah Negara kita akan menjadi negara yang berkarakter dan diperhitungkan dunia. ***
Penulis Guru SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, Meranti