Penderita Penyakit Tembus 78.933 Orang

Sepanjang Hari, Riau Gelap Diselimuti Asap

Sepanjang Hari, Riau Gelap Diselimuti Asap

PEKANBARU (HR)-Asap yang menyelimuti Riau sejak tiga hari belakangan ini, benar-benar mengkhawatirkan. Bahkan sepanjang Rabu (21/10), sebagian besar wilayah di Riau berada dalam kondisi gelap, karena diselimuti asap.
Tidak hanya itu, kondisi pencemaran udara di hampir

Sepanjang
seluruh wilayah, juga terus memburuk. Di beberapa daerah seperti Pekanbaru, Duri, Bengkalis, Indragiri Hulu dan Kuantan Singingi, kondisi udara kembali masuk dalam kategori berbahaya. Sementara di daerah lain, kondisinya juga tidak begitu baik karena berada pada level sangat tidak sehat.
Khusus Kota Pekanbaru, suasana kota tampak mencekam karena lebih gelap dibanding hari-hari sebelumnya. Jarak pandang dari pagi pukul 06.00 WIB hingga petang pukul 18.00 WIB, hanya berkisar 50-100 meter.
Indeks standard pencemaran udara menunjukkan konsentrasi PM 10 mencapai 649 mikrogram per meter kubik ke atas, dari data BMKG, angka ini menunjukkan ISPU di Riau sudah berbahaya.
Data di Dinas Kesehatan Riau menunjukkan, masyarakat yang menderita sakit akibat kabut asap sudah menembus angka 78. 933 orang. Terbanyak adalah penderita ISPA mencapai 66.234 orang, Pneumonia 1.076 orang, asma 3.073 orang, irittasi mata 3.693 orang, dan iritasi kulit 4.875 orang.

Menurut Kepala Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger, semakin parahnya asap di wilayah Riau, selain akibat Karhutla dari Riau juga semakin diperparah dengan tidak hilang-hilangnya hotspot di Sumatra Selatan, yang mencapai 462 titik. Sedangkan di Riau sendiri tercatat sebanyak 26 titik. Sementara di Provinsi Jambi tercatat sebanyak 70 titik.
"Intinya kalau di Sumsel tidak clear kondisi asap di wilayah kita akan seperti ini. Kalaupun di tempat kita ada hotspotnya tidak separah ini," ujarnya.

Dijelaskan Edwar Sanger, tim satuan tugas (Satgas) Karlahut, terus bekerja memadamkan setiap terpantau titik api yang ada di wilayah Riau. Dan direncanakan hari ini, Kamis (22/10), akan mendapatkan bantuan dari BNPB berupa cairan yang akan disebar di lahan-lahan yang masih ada titik apinya.

"Besok (hari ini, red) dua ton lebih cairan kimia akan disebar untuk mempercepat pemadaman api," ungkap Edwar Sanger.

Sidang Suap APBD Ditunda
Kabut asap juga membuat sidang perdana kasus dugaan suap pengesahan APBD P Riau Tahun 2014 dan APBD Riau Tahun 2015, dengan terdakwa mantan anggota DPRD Riau, Ahmad Kirjuhari, batal digelar di Pengadilan Tipikor Pekanbaru.

Sesuai jadwal, seharusnya sidang sudah bisa digelar pada Rabu kemarin. Namun jaksa dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak bisa mendarat di Pekanbaru. Hal itu disebabkan aktivitas penerbangan di Bandara SSK II Pekanbaru lumpuh akibat asap.

Menurut Panitia Muda Tipikor PN Pekanbaru, Denni Sembiring, pihaknya telah mendapat pemberitahuan penundaan jadwal sidang yang sejatinya akan mendengarkan dakwaan JPU, dari majelis hakim yang diketuai Masrul.

"Ditunda karena jaksanya tidak bisa datang. Jadi pesawatnya tidak bisa landing dari Jakarta ke Pekanbaru. Kabut asap ganggu penerbangan di bandara," terangnya.

Terkait hal ini, sebut Denni, jadwal sidang akan ditunda hingga Jumat (23/10) mendatang. "Ditunda jadinya Jumat besok," tegas Denni.



Mengungsi ke Sumbar
Dari Bangkinang, kabut asap yang parah membuat pemandangan berubah menjadi kekuningan. Buntutnya, sejumlah warga pun memutuskan untuk mengungsikan anggota keluarganya ke daerah yang lebih aman dari asap, seperti Sumatera Barat.

"Ini sudah berbahaya. Kami tak mau ambil resiko anak-anak terancam kesehatannya. Insya Allah, saya akan bawa anak-anak ke Sumbar. Kabarnya udara di sana tak separah di sini," ungkap Nedi, warga Bangkinang.


Menurut Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kampar, Willem Tarigan menyebutkan bahwa saat ini Kampar tidak ditemukan titik api  dank abut asap yang ada saat ini merupakan kiriman dari daerah lain.

Dikatakanya  bahwa BLH tetap merekomendasikan ke dinas pendidikan dan kebudayaan Kampar untuk meliburkan siswa karena kabut asap saat ini masih berada level berbahaya. Untuk wilayah Kampar, ISPU sudah mencapai di atas 500 dan masuk kategori berbahaya.


Tutup Ventilasi Rumah
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Riau, Andra Syafril, mengatakan, selama kabut asap belum hilang di bumi lancang kuning ini, penangannan kesehatan bagi korban asap tetap akan berjalan posko-posko yang ada tetap buka dan melayani masyarakat.

"Tetap kita berikan pelayanan kesehatan, dan sekarang kita ada yang mobil keliling ke tempat-tempat yang membutuhkan pengobatan," jelas Andra.

Ia juga mengimbau masyarakat menutup ventilasi rumah untuk memperkecil kemungkinan partikel asap masuk langsung ke dalam rumah. Hal ini mengingat partikel asap saat ini sudah sangat berbahaya bagi kesehatan, khususnya bagi anak-anak dibawah usia 10 tahun.

"Kurangi aktivitas di luar ruangan kalau tidak perlu. Kondisi udara sekarang semakin memburuk. Ini sangat rentan bagi anak-anak di bawah 10 tahun, ibu hamil, usia lanjut dan yang berpenyakit khusus yaitu berpenyakit jantung, penyakit paru dan lainnya," tambahnya. (nur, dod, nie, dom)