Ribuan Penumpang Telantar di Pelabuhan Tanjung Buton

Ribuan Penumpang Telantar di Pelabuhan Tanjung Buton

SIAK (HR)-Arus puncak balik Lebaran Idul Fitri tahun 2015, bisa jadi sudah berlalu. Namun hal itu tampaknya tak berlaku di Pelabuhan Tanjung Buton, Kabupaten Siak. Pasalnya, hingga Kamis (30/7), ribuan penumpang serta ratusan kendaraan, masih telantar. Bahkan ada calon penumpang sudah menunggu hingga satu minggu. Wah!

Umumnya, para calon penumpang serta kendaraan itu, hendak berangkat menuju Batam. Namun mereka tidak bisa berangkat, karena kapal roll on roll off (roro) yang tersedia hanya satu unit. Parahnya lagi, fasilitas umum di sini masih terhitung minim, sehingga menambah penderitaan calon penumpang.

Tak hanya itu, ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah gambaran para calon penumpang. Pasalnya, harga tiket agar bisa menyeberang dengan kendaraan mereka menuju tempat tujuan, saat ini melambung drastis.

Kondisi itu dibenarkan Sinta (38), satu salah satu penumpang yang hendak menyeberang ke Batam. Dikatakan, sejak berangkat dari kampung halamannya di Sumatera Barat, total sudah seminggu ia tertahap di Pelabuhan Buton.

Hingga Kamis kemarin, ia dan keluarga serta mobil miliknya, belum kunjung mendapat tiket kapal. Ketika ditanya, petugas di pelabuhan selalu mengumbar janji. Kondisi ini membuat ia dan keluarga mengalami kelelahan yang luar biasa karena menunggu jadwal penyebarangan.

"Sejak sampai di Tanjung Buton, kami dijanji-janjikan berangkat. Hari ini dijanjikan bisa menyeberang ke Tanjung Balai Karimun. Hingga sore ini (kemarin) belum ada kapal roro. Untuk penyeberangan di sini hanya sampai ke Tanjung Balai Karimun, itu tak jadi masalah. Yang penting bisa cepat sampai tujuan," keluhnya.

Hal senada juga diungkapkan calon penumpang lainnya, Sono. Ia mengeluhkan Dinas Perhubungan yang tidak meningkatkan jumlah armada kapal roro pasca-Lebaran. Namun yang lebih ia sayangkan, kapal roro yang hanya satu unit tersebut, malah lebih mendahulukan penumpang pejalan kaki. Padahal, seharusnya mereka menggunakan beberapa kapal fery stand by di Pelabuhan Buton.

"Saya coba tanyakan pada petugas, mengapa petugas  takmendahulukan penumpang yang berkendaraan. Mereka cuma jawab, bahwa kebijakan mendahulukan penumpang pejalan kaki. Padahal, ini kapal roro, untuk menyeberangkan kendaraan. Kalau untuk penumpang pejalan kaki, kan bisa menggunakan kapal fery," keluhnya.

Tak hanya itu, para calon penumpang juga mengeluhkan tarif tiket kapal roro yang melambung drastis. Saat ini, harga tiket untuk menyeberangkan kendaraan pribadi, seperti kendaraan roda empat menuju Tanjung Balai Karimun, bisa mencapai Rp1,2 juta.

"Tapi yang paling penting adalah bagaimana kita bisa cepat menyeberang. Ini tidak, sudahlah tiket mahal, terlantar pula hingga berhari-hari," lontar Ucok, salah sopir angkutan yang ikut antre.

Menurutnya, kondisi para penumpang sudah mengkhawatirkan. Karena fasilitas umum seperti kamar mandi dan WC di Pelabuhan Tanjugn Buton, sangat minim.

"Pokoknya parah, persediaan air untuk mandi, MCK dan lain-lain sangat minim, bahkan air pun susah kita dapatkan karena kran air rusak, ditambah lagi tempat MCK yang jorok dan kotor hingga  berwarna coklat. Selain itu juga karena fasilitas listtik yang tidak memungkinkan sehingga ketika pukul 00.00 WIB lampu di pelabuhan tersebut dimatikan sehingga kita kesulitan mencari makanan," keluhnya.

Terkait hal itu, Kepala Dinas Perhubungan Siak, Kharudin melalui stafnya yang bertugas di Pelabuhan Buton, Awaludin, membenarkan banyaknya keluhan para calon penumpang yang terlantar tersebut.

"Kapal roro di pelabuhan Buton menuju Tanjung Balai Karimun atau ke Batam memang sangat terbatas. Kita sudah menghubungi pihak Angkutan Sungai Danau dan Pantai (ASDP) Batam, tapi belum ada tanggapan. Kapal yang datang, hanya saat pagi dan sore itu pun tidak setiap hari. Mau tidak mau, calon penumpang memang harus menunggu," jelasnya.

Ditambahkannya, saat ini ada 90 kendaraan yang akan berangkat ke Tanjung Balai Karimun. Namun tidak semua bisa diangkut, karena kapasitas kapal roro hanya bisa membawa 30 unit kendaraan. Sehingga pihaknya mengambil kebijakan mendahulukan calon penumpang yang berjalan kaki.

Awaludin juga mengaku minimnya fasilitas umum di pelabuhan itu. Begitu juga penginapan yang memang tidak ada. "Kita tidak bisa berbuat banyak. Memang kasihan juga kepada calon penumpang yang sudah lama menunggu," tambahnya.

Sementara terkait harga tiket kapal, Awal menilai tidak ada kenaikan harga yang mencolok. "Kalau untuk tiket kendaraan hanya Rp1,1 juta. Menurut kami itu tidak melambung tinggi dan hanya standar saja,"jelasnya. (sug)