Kabut Asap Kian tebal

Penerbangan di Dumai Terganggu

Penerbangan di Dumai Terganggu

PEKANBARU (HR)-Kekhawatiran banyak pihak tentang bakal maraknya kembali kabut asap di Riau, saat ini sudah mulai terbukti. Ironisnya, kondisi ini terjadi saat Riau baru saja memperpanjang status siaga darurat kabut asap. Di Kota Dumai, aktivitas penerbangan sudah mulai terganggu.

 Hal itu sejak semakin tebalnya kabut asap yang menyelimuti kota pelabuhan itu, dua hari belakangan ini.
Sejauh ini, di Kota Dumai terpantau enam titik api yang tersebar di dua kecamatan, yakni Dumai Barat dan Dumai Selatan. Dari pantauan lapangan, kabut asap sudah mulai tampak pekat terhitung sejak Minggu (28/6). Kabut asap tampak dengan jelas saat akan menjelang malam dan bertambah tampak saat dini hari. Banyak abu-abu sisa pembakaran hutan dan lahan (karhutla) beterbangan di udara. Aroma udara juga bercampur dengan bau bekas lahan terbakar.

Tak ayal, kondisi itu membuat aktivitas penerbangan di Bandara Pinang Kampai, Dumai, jadi terganggu. Kondisi itu dibenarkan Kepala Bandara Pinang Kampai Dumai, Catur Hargowo, Senin (29/6).

Dijelaskannya, pada Senin kemarin, sejumlah jadwal penerbangan terpaksa ditunda akibat kabut asap yang terus menebal.

Hal itu disebabkan jarak pandang di landasan pacu terjadi terbatas. Akibat kabut asap, jarak pandang di landasan pacu hanya sekitar 2 kilometer, sedangkan normalnya adalah 4 kilometer.

Di antaranya penerbangan yang ditunda itu adalah pesawat Trans Nusa jurusan Dumai-Jakarta dan Dumai-Batam yang mengalami penundaan keberangkatan selama 30 menit. "Kondisi ini sudah berlangsung selama dua hari," jelasnya.

Sementara itu, Kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Dumai, Tengku Ismet, Senin (29/6) juga mengakui kondisi tersebut. "Dari pantauan kami di lapangan, ada enam titik api yang tersebar di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Dumai Barat seluas tujuh hektare dan Kecamatan Dumai Selatan sekitar satu hektare," katanya.

Ia juga mengakui pihaknya mengalami kendala dalam memadamkan api, karena akses jalan yang terbatas. Bahkan ada areal yang tidak bisa dimasuki kendaraan bermotor, sehingga pihaknya terpaksa harus menggunakan gerobak untuk mengangkut mesin air.

Saat ini tim gabungan yang terdiri dari BPBD Dumai, TNI dan Polri dan Instansi terkait lainnya tengah berjibaku melakukan pemadaman Karhutla di dua kecamatan itu. Para petugas dibantu alat berupa eskavator milik Dinas PU Dumai. Alat berat ini diturunkan untuk membuat embung (tempat mengambil air, red) sedalam tiga hingga empat meter. Air dari embung itu digunakan untuk menyiram api.

Di tempat terpisah Wakapolres Dumai, Kompol Arief Hidayat Ritonga mengatakan pihaknya menurunkan sedikitnya 60 personel untuk melakukan pemadaman api di Kecamatan Dumai Barat.
"Sebanyak 60 personil kita turunkan kelapangan untuk membantu proses pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Kecamatan Medang Kampai. Operasi ini dipimpin langsung Kapolsek Dumai Barat," imbuhnya.

Rohil 12 Titik
Sementara itu di Kabupaten Rokan Hilir, Plt Sekdakab Rohil, H Surya Arfan yang melakukan peninjauan melalui udara, menemukan ada 12 titik lokasi kebakaran.

"Yang terparah berada di Kepenghuluan Labuhan Tangga Hilir, Kecamatan Bangko tepatnya di belakang STAI Ar Ridha. Kita minta kepada pihak kepolisian secepatnya menangkap dan penjarakan sesuai hukum yang berlaku, karena banyak orang susah jadinya," pintanya.

Ia juga sangat menyayangkan karena lahan yang terbakar banyak tidak diketahui pemiliknya. Padahal, lahan tersebut jelas keberadaannya. "Setiap tahun alasannya tak tahu siapa pemiliknya, tanya penghulu setempat pasti tahu dan panggil pemiliknya," tegas Sekda.

Terkait hal itu, Kapolsek Bangko Kompol Nurhadi Ismanto berjanji akan mengusut tuntas pelaku pemkabaran hutan, bahkan salah satu identitas pemilik lahan sudah dikantongi. "Salah satunya pemilik lahannya bernama Akiang yang juga pemilik Hotel Kent Bagansiapiapi, kita terus dalami info ini," terang Kapolsek.

Saat ini, Pemkab Rohil terus melakukan upaya pemadaman dengan helikopter dengan memanfaatkan air Sungai Rokan. "Kalau dibiarkan, kondisinya sudah mengkhawatirkan. Mata bisa terasa perih. Meskipun tak terlihat kabut, namun kondisi ini cukup membuat masyarakat resah, apalagi dalam keadaan berpuasa," ujar Surya.

Berbagai Upaya
Terkait hal itu, Plt Gubri Arsyadjuliandi Rachman, ketika dikonfirmasi mengatakan, Pemprov Riau bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) hujan buatan, telah melakukan berbagai upaya. Di antaranya dengan mencoba membuat hujan buatan.

Kabut asap yang terjadi saat ini, bukan saja berasal dari Karhutla di Riau namun juga ada asap kiriman dari Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan.

"Semua sudah bergerak, bahkan hingga Manggala Agni. Tapi memang ada beberapa daerah yang susah dijangkau sehingga api sulit dipadamkan," terangnya.

Dijelaskan Plt Gubri, cara lainnya seperti water bombing juga telah dilakukan oleh tim satgas Karhutla, dan berhasil memadamkan beberapa daerah yang mengalami kebakaran hutan dan lahan. Begitu juga bantuan water boming dari perusahaan yang ada di daerah yanh mengalami kebakaran.

"Dengan bantuan water bombing dari dunia usaha kita tertolomg juga lah," ungkap Plt Gubri.

Disinggung mengenai belum maksimalnya hujan buatan dengan menggunakan TMC, Plt Gubri mengatakan masih menunggu proses tersebut. Selain itu dirinya juga menghimbau kepada masayarakat juga ikut membantu melalui doa atau dengan mengadakan salat minta hujan.

"Saya juga sudah menyampaikan kepada Bupati dan Walikota dan masyarakat juga ikut membantu memadamkan api, dengan doa-doa yang bisa kita minta," kata Plt Gubri.

Sementara itu, kepala BPBD Riau, Edwar Sanger, mengatakan, kabut asap yang menimpa daerah Riau merupakan asap kiriman dari Provinsi tetangga Jambi dan Sumatra Selatan. Bahkan kiriman asap ini juga sampai ke negra tentangga Malaysia dan Singapura.

"Asap ini asap kiriman, memang dari daerah kita juga ada asap tapi tidak parah, dari kebakaran yang ada di Rohil, Pelalawan dan Siak," kata Edwar Sanger.

Dijelaskan Edwar Sanger, tim dari BNP dan UPT hujan buatan telah melakukan proses hujan buatan dengan TMC, namun dikarenakan angin yang cukup kencang menyebabkan hujan hanya terjadi di beberapa daerah, dibawa angin ke daerah lain.

"Hujan terjadi di Meranti dan Kampar, sudah empat kali dilakukan penyemaian garam. Angin cukup kencang diatas sehingga hujan yang kita harapkan terjadi di daerah Karhuta terbawa ke daerah lain. Tadi (kemarin res) juga sudaj dibuat TMC di daerah selatan," ujarnya. (zul, zmi, nur)