Ditegur Tito, Pasha 'Ungu' Sudah Pangkas Rambut Pirangnya Jadi Botak

Ditegur Tito, Pasha 'Ungu' Sudah Pangkas Rambut Pirangnya Jadi Botak

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Wakil Wali Kota Palu, Sigit Purnomo Said atau Pasha 'Ungu' akhirnya memangkas rambut pirangnya yang sempat menjadi sorotan khalayak hingga ditegur Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian.

Pentolan band Ungu itu sempat membagikan momen tersebut di akun Instagram-nya dan kemudian dikonfirmasi oleh asisten pribadi Pasha, Ifan Taufan.

"Rambut pirang Pasha dicukur pada Kamis (30/7) malam sekitar pukul 00.00 WITA, sebelum ada pernyataan dari Pak Tito," ujar Ifan seperti dikutip  dari CNNIndonesia.com, Sabtu (1/8/2020).


Meski demikian, Ifan mengungkap bahwa Pasha berterima kasih atas teguran Tito yang menurutnya sebagai bentuk perhatian.

"Selaku orang tua dan tokoh kebanggaan, Pasha berterima kasih kepada Pak Tito karena sudah diperhatikan," katanya.

Ifan mengatakan bahwa Pasha mewarnai rambut untuk sementara waktu sebagai keperluan syuting video musik.

Gaya rambut Pasha pertama kali diketahui dari unggahan di akun Instagram pribadinya @pashaungu_vm, pada Senin (27/7) lalu. Saat itu, Pasha terlihat memakai seragam PNS dan sedang menerima kunjungan dari DPRD Kabupaten Kutai Kertanegara.

Beberapa waktu setelahnya, penampilan Pasha pun langsung menjadi sorotan hingga mengundang perhatian dari Mendagri Tito Karnavian.

Tito menegur wakil wali kota Palu tersebut dan menyarankan untuk memberi contoh yang baik kepada masyarakat karena masih berstatus sebagai kepala daerah.

"Sebaiknya pejabat negara memberikan contoh etika yang baik dan bertindak negarawan. Negarawan itu bisa dalam hal penampilan," kata Tito usai usai menggelar Salat Iduladha di Kantor Kemendagri, Jakarta, Jumat (31/7) kemarin.

Tito mengakui tak ada aturan tentang etika penampilan kepala daerah dan memaklumi latar belakang Pasha sebagai musisi sehingga gaya seniman masih terbawa saat menjadi kepala daerah.

Meski demikian, Tito menyarankan agar Pasha bisa menempatkan diri dengan baik berdasarkan kondisi dan jabatannya saat ini.

"Beliau harus bisa menempatkan antara seniman dan birokrat yang memiliki kode etik, kultur tersendiri sebagai birokrat," ujarnya.