Satu Pasien Diduga Positif Covid-19 Meninggal di RSUD Tengku Rafian Siak

Satu Pasien Diduga Positif Covid-19 Meninggal di RSUD Tengku Rafian Siak

RIAUMANDIRI.ID, SIAK - SN (62), seorang pasien yang diduga positif Covid-19 meninggal dunia di RSUD Tengku Rafian Siak, Riau. Sebelumnya pasien pernah dipulangkan dari RSUD Tengku Rafian karena dianggap dalam kategori penyakit ringan. 

Direktur Utama RSUD Tengku Rafian Siak dr Benny Chairuddin menjelaskan, pada hari Sabtu (11/4/2020) pukul 18.00 WIB, pasien dibawa oleh keluarga ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Tengku Rafian Siak dengan keluhan sesak nafas. Yang sesaknya itu timbul sekitar 15 sampai dengan 30 menit sebelum ke Rumah Sakit. 

Dikatakan Benny, 1 minggu yang lalu, tepatnya 5 April 2020, pasien sudah pernah datang ke IGD RSUD Tengku Rafian dengan keluhan demam dan nyeri tenggorokan. Tapi dalam pemeriksaan tidak ditemukan adanya riwayat kontak dengan orang yang positif Covid-19 atau riwayat perjalanan baik pasien sendiri maupun keluarga. 


"Kita sudah menanyakan tapi keterangan didapatkan tidak pernah ada dan tidak pernah disampaikan oleh keluarga bahwa ada riwayat seperti itu," ungkap Benny, Ahad (12/4/2020).

"Akhirnya oleh tim Rumah Sakit pada 5 April 2020 ini dianggap sebagai flu biasa dan pasien dipulangkan. Karena demam dan nyeri tenggorokan masih dalam kategori ringan dan sedang," jelas Benny.

Dikatakan Benny, riwayat pasien ini ternyata dia seorang perokok aktif tapi dia tidak punya riwayat diabetes melitus, kencing manis, darah tinggi atau penyakit ginjal.

"Selama ini pasien dalam kondisi sehat tidak pernah sakit berat atau sakit kronis. Jadi kita tidak pernah bepikir adakah penyakit-penyakit berat pada pasien ini sebelumnya," ujar Benny.

Ditambahkan Benny, kemarin sore itu pasien datang dengan kondisi lemah. Kesadaran sudah mulai turun dan tekanan darah sudah jauh di bawah 60 sampai 40. Dengan kecepatan jantungnya melebihi di atas normal 150x per menit. Nafasnya sangat cepat, normalnya 12 sampai 16x per menit dan kecepatan nafasnya 40x per menit. Tetapi suhunya tidak tinggi yaitu 36,8 kemungkinan karena sudah meminum obat. 

"Ketika diperiksa oleh dokter di bagian paru, dokter IGD atau dokter jaga tim IGD, ditemukan suara-suara nafas tidak normal. Ada banyak seperti cairan di paru-parunya yang manandakan adanya radang paru," ungkap Benny.

Dia menegaskan, kemudian keluarga ditanya lagi, adakah riwayat perjalanan atau kontak dengan pasien diduga Covid-19 atau baik keluarga maupun pasien pergi ke luar kota, informasi yang diberikan keluarga tidak pernah ke mana-mana.

"Pasien tepat datang di RSUD Tengku Rafian pada pukul 18.00 WIB di pukul 18.45 WIB terjadi penurunan kesadaran. Kondisinya semakin memburuk dan berhenti bernafas serta detak jantungnya juga berhenti," jelas Benny.

Dia mengatakan, kemudian dilakukan pertolongan pompa jantung selama lebih kurang 35 menit secara berkali-kali dengan masuk obat dan segala macam. Pada pukul 19.20 WIB tidak juga berespon atas bantuan itu, lalu pasien dinyatakan meninggal pada 19.20 WIB dan pada pukul 20.00 WIB jenazah dibawa pulang.

Sampel Darah

"Sebelum meninggal pasien sudah sempat diambil sampel darahnya untuk diperiksa di laboratorium," jelas Benny.

Dia menegaskan, prosedurnya sebelum pasien meninggal, untuk memastikan proses kematian itu seharusnya pasien tidak boleh diambil selama 2 jam dari tempat meninggalnya. Tetapi keluarga meminta untuk segera dibawa pulang dengan membuat surat pernyataan meminta untuk membawa pulang dengan hasil laboratorium belum keluar.

"Sekitar 19.45 Wib atau 25 menit setelah meninggal pihak RSUD Tengku Rafian mendapatkan informasi dari pihak Puskesmas Siak bahwa ternyata istri dari pasien baru pulang pada tgl 19 Maret 2020 lalu dari Sumatra Barat. Artinya keluarga pernah ke luar kota," ucap Benny.

"Pada tgl 14 Maret 2020 sebelumnya istri pasien pernah menghadiri acara reuni di Sumatra Barat bersama teman-teman sekolahnya dulu. Dan teman-temannya itu ada yang berasal dari Jakarta dan sebagainya. Kemudian ditanya lagi ke keluarga, akhirnya anak pasien mengaku memang benar ibunya baru dari luar kota," tutur Benny.

Selain itu kata Benny, karena kita sudah punya sample darah, dokter jaga IGD menelepon Dokter Arnety spesialis paru dengan konsultasi ciri-ciri gejala sakit ini dalam 1 minggu memberat tanpa ada sakit berat sebelumnya, akhirnya kita putuskan mencoba rapid test ketika pasien sudah meninggal, hasilnya positif.

Ditambahkan Benny, karena pasien ini meninggal tentu harus diselesaikan secara cepat, kita tidak bisa menunggu lagi hasil pemeriksaan selanjutnya. Maka kita putuskan pasien kita anggap sebagai PDP suspect Covid-19 atau diduga kena Covid-19. Tentunya ini prosedur penanganan Covid-19 dan prosedur pemakamannya adalah prosedur protokol Covid-19.

"Akhirnya pasien yang sudah sampai di rumah kita putuskan untuk dijemput kembali dan dibawa ke kamar jenazah untuk diproses sebagai jenazah Covid-19," jelas Benny.

Benny mengatakan, pihaknya berangkat ke rumah pasien, dan dibicarakan kepada keluarga di sana didampingi oleh pihak TNI, Polri dan tokoh masyarakat sekitar. Akhirnya keluarga setuju jenazah dijemput dengan prosedur Covid-19. Kemudian dimakamkan di pemakaman umum Suak Santai Siak.

"Jadi dari sini kita mendapatkan analisa bahwa memang terjadi adanya  informasi yang kurang kita dapatkan dari pihak keluarga sehingga terjadi prosedur yang terlambat. Jadi pasien sudah keburu dibawa pulang sebelum dinyatakan Covid-19 karena kita tidak mendapatkan informasi yang akurat dari keluarga. Setelah kita mendapatkan informasi yang akurat dan dinyatakan Covid-19 tentu kita lakukan penanganan Covid-19," ucap Benny.

Menurut Benny, pasien sudah kita ambil swab tenggorok dan hidung. Hari ini kita kirim ke Jakarta mudah-mudahan dalam 1 minggu hasilnya keluar. Kita berdoa mudah-mudahan hasilnya tidak positif. 

"Jadi rapid test yang positif itu bisa saja karena penyakit lain. karena ini sudah meninggal dan untuk menjaga diri kita semua maka kita ambil kebijakan penanganan protokol Covid-19," pungkasnya.


Reporter: Darlis Sinatra



Tags Corona