Ada Apa dengan Bahasa Indonesia?

Ada Apa dengan Bahasa Indonesia?

TENTU banyak yang bingung dengan judul dari tulisan ini. Ada apa dengan Bahasa Indonesia?. Sebagai guru Bahasa Indonesia, penulis sering melihat dalam berkomunikasi, masyarakat  tidak menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi dan pemersatu bangsa. Bahkan, ada ungkapan yang mengatakan bahwa bahasa adalah jiwa bangsa.

Bisa dibayangkan bagaimana kalaukomunikasi antar individu menggunakan bahasa daerahnya masing-masing?, para pemimpin bangsanya juga menggunakan bahasa daerahtanpa menghiraukan Bahasa Indonesia. Apa yang terjadi? Sudah dipastikan akan terjadi dominasi bahasa-bahasa tertentu yang akan berpotensi menimbulkan perpecahan sesama anak bangsa.

Potensi inilah yang sudah diantisipasi oleh para pendiri bangsa dan menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu. Pemilihan ini tentu tidak mudah dan sudah melewati serangkai pemikiran arif para pendahulu kita.


Hanya saja perjuangan pendahulu yang telah diikrarkan dalam Sumpah Pemuda itu, kini kian mengalami kemunduran, atau setidaknya tidakdirawat dan dijaga dengan baik.  Berbahasa tidak lagi selaras dengan kaedah Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Contohnya, dalam acara-acara resmi masih banyak menggunakan istilah-istilah dari bahasa asing. Istilah-istilah asing yang sering digunakan seperti curiculum vitae.

Dalam dunia teknologi informasi seperti kata download, message, dan banyak lagi istilah asing yang lainnya. Semua kata-kata asing tersebut padananannya sudah ada dalam Bahasa Indonesia .

Ada apa sesungguhnya dengan Bahasa Indonesia?, benarkan ini gejala bahwa penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar kian mengalami disorientasi, atau  berbahasa Indonesia yang baik dan benar itu hanya berlaku dalam penulisan karya ilmiah seperti penyusunan skripsi, tesis, disertasi atau jurnal ilmiah?. Setidaknya penulis melihat ada beberapa hal yang menyebabkan penggunaan Bahasa Indonesia tidak berjalan selaras kaedahnya.

Pertama, realitas bahasa komunikasi langsung. Dalam bahasa lisan, sampainya pesan kepada yang menerima pesan adalah inti dari komunikasi secara langsung. Artinya aspek tata bahasa tidak menjadi hal  penting ketika pesan itu telah sampai dan dimengerti. Alhasil, penggunaan bahasa yang baik dan benar tidak menjadi panduan utama. Kendala ini tidak hanya melanda Bahasa Indonesia, tapi juga melanda semua bahasa di dunia.

Kedua, keteladan dari pejabat atau lembaga-lembaga resmi negara. Selama ini banyak pejabat atau lembaga-lembaga resmi yang  seharusnya memberikan keteladan dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar, malah melakukan penodaan dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang tidak baik, bahkan dalam ceramahlisan dan tema-tema acara banyak mengadopsi istilah-istilah asing. Malah pembicara yang tampil di media, baik televisi maupun radio, tidak sah kalau tidak menggunakan istilah asing.

Ketiga, gejala global. Mudahnya mengakses informasi, menyebabkan bahasa-bahasa asing maupun bahasa gaul cepat masuk dalam komunikasi masyarakat. Apalagi, penggunaan bahasa asing dilihat lebih bergengsi dan ilmiah dibanding Bahasa Indonesia sendiri.

Apalagi penggunaan itu diulang-ulang dan menjadi pakem yang sulit dihilangkan. Sebab sudah menyangkut prestise seseorang, bahkan terkadang merasa bangga menggunakan bahasa asing seperti Bahasa Inggris dalam berkomunikasi sesama anak bangsa sendiri.

Apa yang berlaku sekarang sesungguhnya ironi bagi bangsa besar seperti Indonesia. Kita mungkin perlu bercermin dan mempertanyakan kembali komitmen terhadap Bahasa Indonesia. Siapa lagi yang membesarkan Bahasa Indonesia kalau tidak kita sebagai penutur aslinya. Janganlah kita terlalu mengagungkan bahasa asing, sehingga membuat kita tidak percaya kepada bahasa sendiri.

Seperti menggunakan bahasa asing ketika berkomunikasi dengan orang asing di negara sendiri. Padahal ketika berada di luar negeri kita juga menggunakan bahasa asing. Alhasil, Bahasa Indonesia seakan tidak punya nilai tinggi dalam alur komunikasi dunia.

Memartabatkan Bahasa Indonesia tidak cukup dengan mengukirnya dalam lembaran Sumpah Pemuda saja, namun harus selaras dengan penggunaan yang benar dalam alur komunikasi utama sesama anak bangsa maupun dengan bangsa yang lain.

Merangkainya dengan istilah-istilah asing ataupun ungkapan gaul serta menggunakannya tidak sesuai kaedah hanya akan membuat Bahasa Indonesia akan kehilangan jatidiri di tanah sendiri. Sehingga akan terus muncul pertanyaan ada apa dengan Bahasa Indonesia?. Semoga anak bangsa ini tersadar dalam mimpi indahnya dengan bahasa asing, selanjutnya bangun untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.***
Guru SMAN 2 Bengkalis