OJK Literasi Para Siswa Fungsi Industri Keuangan

OJK Literasi Para Siswa Fungsi Industri Keuangan

PEKANBARU (HR)-Untuk lebih memberikan wawasan terhadap lembaga keuangan yang berada di bawah pengawasannya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus melakukan literasi kepada masyarakat terkait apa fungsi dan manfaat lembaga keuangan. Literasi tersebut dimulai dari kalangan pelajar, yakni dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah menengah Atas (SMA) sederajat.

Demikian diungkapkan Kepala OJK Riau M Nurdin Subandi, Senin (25/1) di kantornya. Dijelaskannya, literasi yang dilakukan OJK ini sudah diluncurkan sejak tahun 2015 lalu. Literasi tersebut dirangkum dalam sebuah buku yang berjudul 'Mengenal Otoritas Jasa Keuangan dan Industri Jasa Keuangan'.

"Masih rendahnya pengetahuan pelajar tentang lembaga keuangan, makanya OJK mencoba memberikan edukasi dalam buku literasi. Sehingga nantinya bisa digunakan sebagai referensi bagi siswa untuk bisa memahami sejak dini apa itu lembaga keuangan dan OJK" ujar Nurdin.

Dijelaskannya, di Riau literasi baru dilakukan di tiga kabupaten, yakni Meranti, Dumai dan Siak yang dilakukan di 49 sekolah. masing-masing rincian, Dumai sebanyak 15 sekolah, yakni 9 SMP dan 6 SMA. Untuk Siak dilakukan di 17 sekolah, yakni 7 SMA dan 10 SMP dan juga 17 di Meranti yakni di 10 SMP dan 7 SMA. Jumlah tersebut sudah termasuk 2 orang guru dimasing-masing sekolah.

"Kita berharap kedepan seluruh sekolah di Riau juga bisa, karena dalam literasi ini kita menyediakan buku yang berisi tentang seluruh fungsi dan manfaat lembaga keuangan, mulai perbankan, pegadaian, perusahaan pembiayaan, dan juga pasar modal serta dana pensiun," tuturnya.

Dengan diluncurkan literasi tersebut, pihaknya sangat bersyukur karena mendapatkan respon positif baik dari para siswa maupun dari para guru. Namun begitu, pihaknya telah mencanangkan untuk terus melakukan literasi kepada kabupaten/kota yang belum. Khususnya bagi sekolah yang sulit dijangkau atau terpencil.
"Ke depan kita mencanangkan akan melakukan literasi di 6 kabupaten dengan melibarkan unsur terkait, mulai dari dinas pendidikan perbankan, asuransi dan lainnya," tambahnya.

Dalam buku literasi tersebut diuraikan mulai dari konsep, generalisasi dan teori yang bisa membantu peserta didik dalam memaknaik industri jasa keuangan dan OJK. Sehingga diharapkan bisa mengantarkan menjadi masyarakat yang mampu mengelola keuangan dengan baik dan mendorong terciptanya masyarakat yang sejahtera.

Sementara itu, Kepala Departemen Literasi & Inklusi Keuangan OJK Agus Sugiato menuturkan, program ini juga untuk mengembangkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan tabungan dan investasi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia serta akses masyarakat terhadap jasa keuangan yang dinilai masih rendah saat ini. Dengan target yang dilakukan oleh OJK pada tahun ini menargetkan peningkatan sebesar dua persen (2 persen) untuk indeks literasi keuangan.

"Penguatan sektor perbankan senantiasa membutuhkan profesional berkualitas untuk mengelola bank-bank di seluruh nusantara," ujar Agus.

Menurutnya, OJK mempunyai tiga strategi untuk meningkatkan indeks literasi keuangan Indonesia. Pertama melalui pendidikan formal dengan menerbitkan buku untuk SMP dan SMA. Jumlah pilot porjectnya mencapai 1.270 SMA dan 1.500 SMP. Lalu melalui pendidikan nonformal.

Selanjutnya, kedua dengan membangun infrastruktur antara lain berupa mobil keliling untuk simulasi program, e-learning dan sosial media. Terakhir, ketiga dengan mengembangkan produk  dan jasa keuangan dengan mengembangan produk keuangan dan jasa keuangan skala  mikro.***