Masjid Jami’ Air Tiris

Pilihan Wisata Religi di Riau

Pilihan Wisata Religi di Riau

AIR TIRIS (HR)-Provinsi Riau memiliki banyak potensi wisata religi yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota. Salah satu adalah Masjid Jami' yang terletak di Pasar Usang, Desa Tanjung Berulak, Kenegarian Air Tiris, Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar.

Untuk mencapai masjid ini tidakah terlalu sulit. Letak masjid memang tak berada di pinggir Jalan Raya Bangkinang-Pekanbaru. Namun dari Pasar Air Tiris cukup memakan waktu sekira lima menit dengan kendaraan.

Masjid yang terbuat dari bahan alami berupa kayu dan beratap seng  ini berada di sebelah Pasar Usang atau pasar lama Air Tiris. Masjid ini berjarak lebih kurang 13 kilometer dari ibu kota Kabupaten Kampar atau  dari Kota Bangkinang. Kalau dari Pekanbaru berajarak 52 km.

Masjid yang masuk dalam cagar budaya ini dibangun pada tahun 1901 atas prakarsa seorang ulama bernama Engku Mudo Songkal, sebagai panitia pembangunannya adalah yang disebut dengan “Ninik Mamak Nan Dua Belas,” yaitu para ninik-mamak dari berbagai suku yang ada dalam seluruh kampung. Tahun 1904 masjid ini selesai dibangun dan diresmikan oleh seluruh masyarakat Air Tiris dengan menyembelih 10 ekor kerbau.

Menurut penuturan Ketua Pengurus Masjid Jami' Agusman, melalui wakil Ketua Pengurus Masjid Jami' Nasrizal Nurdin, yang didampingi Imam Masjid Abdullah dan Gharim Zufri Abdullah, kepada Haluan Riau akhir pekan lalu, hingga  saat ini masjid ini masih menjadi salah satu masjid yang dikunjungi banyak orang baik dari luar daerah, dalam daerah  bahkan  dari mancanegara.
 
"Tidak hanya pada hari libur, tapi hari-hari biasa selalu ada warga luar yang datang ke sini, kadang-kadang ikut jamaah dengan warga di sini," ungkap Nasrizal.

"Kalau libur atau akhir pekan biasanya yang ramai juga anak-anak sekolah dari SD sampai tingkat SMA. Tak jarang juga dari mahasiswa," katanya. Kunjungan ke masjid ini selalu meningkat  pada bulan puasa dan setelah hari raya idul fitri yakni hari ke 7 yang di kenal hari raya puasa enam.

Keberadaan Masjid Jami' juga menjadi simbol kebesaran Islam di wilayah Air Tiris maupun Kabupaten Kampar. Hingga saat ini pengurus Masjid juga mengaktifkan Taman Pendidikan Alquran (TPA) Annur dibawah  Yayasan Masjid Jami' yang terletak tidak jauh dari bangunan masjid ini, yakni di sebelah kanan arah barat Masjid Jami'.

Puluhan anak-anak belajar mengaji setiap hari di sini.
Kegiatan keagamaan lainnya yang diaktifkan adalah wirid mingguan yang digelar setiap Jumat setelah pelaksanaan ibadah Salat Magrib hingga masuknya waktu  Salat Isya dengan mendatangkan guru.

Arsitektur masjid ini menunjukkan adanya perpaduan gaya arsitektur Melayu dan Cina, dengan atap berbentuk limas. Keunikan masjid ini adalah, seluruh bagian bangunan terbuat dari kayu, tanpa menggunakan besi sedikit pun, termasuk paku. Pada dinding bangunan, terdapat ornamen ukiran yang mirip dengan ukiran yang terdapat di dalam masjid di Pahang, Malaysia.

Masjid Jami' nan bersejarah ini juga memiliki legenda yang cukup dikenal, yakni adanya batu berbentuk kepala kerbau yang terdapat di  bak air yang berada di sisi bangunan masji.  Di dalamnya terendam batu besar yang mirip kepala kerbau. Konon, batu tersebut selalu berpindah tempat tanpa ada yang memindahkannya.

Sisi keunikan Masji Jami' lainnya adalah mengenai daya tampung masjid yang tak terbatas. "Waktu kunjungan Gebernur Rusli Zainal beberapa tahun lalu orang yang hadir ramai sekali, diperkirakan tidak akan muat di dalam masjid. Tapi ternyata masih tetap bisa diisi jamaah, tak mau penuh," ungkapnya.

Kemudian masjid ini juga luput dari hantaman banjir. Banjir terbesar terjadi pada tahun 1978 lalu namun air tidak sampai masuk ke lantai masjid yang berjarak sekira 70 sentimeter dari tanah. "Kalau dilihat dari ketinggian banjir di wilayah sekitar,  permukaan air  diperkirakan 40 sentimeter di dalam masjid. Namun  Alhamduillah air tak sampai menembus lantai masjid, hanya 2 sentimeter di bawah lantai. Jadi tak pernah masuk air ke lantai walau bagaimanapun ketinggian air Sungai Kampar itu," bebernya.

Perlu Perhatian Pemda
Lebih lanjut Nasrizal mengungkapkan, meski masjid ini termasuk cagar budaya, namun kondisi masjid ini perlu mendapat perhatian.
Nasrizal Nurdin bersama pengurus lainnya, mengungkapkan masyarakat sangat berharap perhatian dari pemerintah daerah maupun pemerintah Pusat, karena kondisi masjid sudah banyak yang rusak dan kusam. "Kami minta kepada pemerintah daerah mohon untuk membenahi masjid ini kedepannya. Bermurah hatilah memandang salah satu masjid tertua ini," katanya.

Salah satu permintaan masyarakat adalah penggantian atap masjid yang banyak bocor. "Kalau dapat dengan Gubernur kami berharap sangat karena Gubernur juga  sering kesini," ungkapnya. Perbaikan terakhir masjid ini dilakukan pemerintah daerah pada tahun 2006 lalu.

Selain perbaikan atap seng, pengurus juga minta pemerintah menganggarkan dana untuk biaya pernis bangunan masjid yang terbuat dari kayu. "Karena warnanya di luar maupun di dalam juga sudah  pudar. Ini untuk menambah ketahanan kayu," imbuh Zufri, yang bertugas sebagai gharim di masjid ini.

Selain itu pengurus juga berharap, perbaikan bak maupun tempat berwuduk di masjid ini.

Di samping kegiatan perbaikan fisik, jajaran pengurus juga minta pemerintah daerah menganggarkan honor bagi imam  dan gharim,  karena masjid ini merupakan salah satu cagar budaya di Riau. ***