Harga Karet Juga Parah

Sawit Petani Kampar Hanya Dihargai Rp300 Per Kilo

Sawit Petani Kampar Hanya Dihargai Rp300 Per Kilo

BANGKINANG (HR)-Mengenaskan. Begitulah gambaran tentang kondisi para petani sawit di Riau saat ini. Hal itu menyusul masih anjloknya harga tandan buah segar kelapa sawit di tingkat petani. Bahkan di Kabupaten Kampar, hasil panen petani hanya dihargai Rp300 per kilogram oleh para toke atau pengumpul sawit. Nyaris tak masuk akal.

Sama dengan beberapa waktu sebelumnya, sejauh ini belum tampak ada tindakan tegas dari pemerintah untuk melindungi para petani sawit di Bumi Lancang Kuning, yang jumlahnya mencapai ribuan orang. Tak ayal, kondisi ini membuat petani sawit di kabupaten itu kelimpungan akibat dilanda rasa cemas.

Informasi yang dihimpun dari sejumlah petani sawit, harga jual yang hanya Rp300 per kilogram itu, dirasakan sudah sangat parah. Bahkan sudah tidak sebanding lagi dengan biaya pembelian pupuk dan perawatan kebun. Akibatnya, petani memilih tidak memanen sawitnya dan membiarkannya begitu saja di pohon.
Sawit
Sebelumnya, aksi serupa juga dilakukan para petani sawit di Kabupaten Siak. Penyebabnya juga sama, harga jual TBS di tingkat petani dirasakan sudah sangat mencekik leher.
 
"Terus terang, saya loyo melihat buah sawit saat ini karena hanya Rp300 per kilo. Padahal selama ini harganya bisa mencapai Rp1.400 per kilo. Bahkan kadang-kadang bisa di atas itu," ungkap  Syahrizul, petani sawit di Bangkinang, Selasa (1/9).

Menurutnya, rendahnya harga jual TBS saat ini, tentu saja membuat petani menjadi resah. Apalagi pada umumnya para petani sawit memiliki pinjaman di bank dan koperasi. Dengan kondisi harga jual TBS yang sudah sangat parah seperti saat ini, mereka tentu kesulitan mengangsurnya.

"Jangankan untuk mengangsur pinjaman, upah panen saja sudah tak tertutup. Petani terpaksa membiarkan buah yang ada di batang sawit," tambahnya.

Dijelaskannya, untuk upah panen sawit untuk satu orang pekerja dalam satu hari adalah sebesar Rp100 ribu. Jika harga TBS hanya Rp300 per kilo, maka bisa dipastikan hampir seperempat ton hasil panen sawit, habis hanya untuk biaya upah panen saja. "Entah berapa lagi yang bisa dibawa pulang untuk memenuhi kebutuhan di rumah," ujarnya lagi.
 
Hal senada juga dilontarkan petani sawit lainnya, Martin. Sama dengan petani lain, Martin mengaku untuk saat ini tidak lagi memanen buah sawitnya. Hal itu disebabkan harga jual tak sebanding dengan upah yang harus dikeluarkan.

Namun di sisi lain, ia juga mengaku heran. Karena di tengah anjloknya harga TBS, namun harga pupuk sama sekali tidak mengalami perubahan. "Kalau seperti ini memang sulit dalam memupuk tanaman sait karena  tak bisa membeli pupuk," akunya.

Seperti dirilis sebelumnya, keresahan petani sawit di Riau terkait anjloknya harga jual TBS, sudah berlangsung sejak beberapa pekan belakangan ini. Tidak hanya di Kampar, kondisi serupa juga terjadi di daerah penghasil sawit lainnya. Bahkan di Kabupaten Siak, para petani sudah menghentikan panen, karena dinilai tidak sesuai lagi dengan harga jual. (dom)